***
Usakan-usakan kecil Shani rasakan pada kepalanya, dia terduduk sedikit perasaan tegang dan sesekali menatap Gita yang berdiri di sebelahnya. Dia melihat Gita terus menepuk-nepuk kepalanya seakan membersihkan sesuatu di sana.
"Rambutmu kotor dan berantakan, jadi aku rapi kan" Kata Gita, terdengar nada suaranya yang datar membuat Shani tak jadi untuk berkomentar.
Dia biarkan Gita sibuk dengan aktivitasnya di rambutnya. Sesaat setelah Alaric pergi, Gita buru-buru ke sisi dimana tadinya Alaric berada dan sibuk untuk 'merapikan' rambut Shani. Padahal Shani sandiri merasa rambutnya baik-baik saja.
Tak lama muncul lah senyuman kecil dari Shani, dia menyadari sesuatu. Sikapnya Gita padanya saat ada Alaric tadi dan saat ini adalah karena Gita merasa cemburu. Memikirkan hal itu membuat sensasi kupu-kupu berterbangan di perutnya.
Hug
Merasa gemas sendiri, tiba-tiba saja Shani memeluk pinggang Gita. Karena pelukannya itu, Ia tak merasakan lagi pergerakan di atas kepalanya. Dia tahu saat ini Gita tengah terdiam, tapi itu tidak menghentikan keinginan Shani untuk terus memeluk Gita, malahan ia eratkan pelukannya. Membenarkan wajahnya pada perut rata Gita.
Nyaman, lebih nyaman dari semua pelukan yang pernah dia terima. Dan dengan berat hati pelukan yang Shiren selalu berikan padanya juga kalah dengan pelukan ini.
"Kenapa?" Tanya Gita lembut, tangannya tak lagi berada di atas kepala Shani, tapi mengusap punggung Shani dan mengusapnya, memberi kenyamanan lebih.
Gita tak mendapatkan jawaban dari Shani, tapi dia merasakan Shani menggelengkan kepalanya. Ia tersenyum kecil akan tingkah Shani saat ini.
Shani manja, itu yang Gita sadari setelah malam dimana mereka tidur bersama di lokasi syuting Shani saat itu. Malam dimana akhirnya Gita bisa pastikan sendiri jika Shani adalah Shani. Malam itu, Shani sangat manja lebih dari biasanya. Bahkan ia bergerak sedikit untuk membenarkan posisi tidurnya pun bisa membuat Shani cemberut karena berpikir ia hendak meninggalkannya.
Sifat Shani yang mungkin tak banyak orang tau, entah Gita harus bersyukur atau bagaimana karena merasa dirinya salah satu orang spesial yang terpilih untuk tahu bagaimana luar dalamnya seorang Shani Indira.
"Kita lanjutkan makan yuk, kamu harus minum obat kapan?" Tanya Gita, tapi tak berniat melepas pelukan mereka, apalagi saat Shani malah semakin memeluk erat dirinya.
Okay, untuk beberapa menit lagi mungkin Gita biarkan Shani terus memeluknya. Sepertinya 'pacarnya' itu masih ingin memeluk tubuhnya. Dengan penuh kesadaran Gita mengangkat tangannya, dia letakan tangannya ke atas kepala Shani lalu melakukan gerakan yang sama seperti yang dilakukan oleh Alaric tadi pada Gita.
Tanpa mereka ketahui satu sama lain, mereka berdua sama-sama tersenyum. Shani tersenyum karena tindakan Gita, sedangkan Gita tersenyum karena 'rasanya'-nya pada Shani.
Interaksi yang manis dari keduanya, tanpa mereka sadari sudah menarik perhatian Shiren yang berdiri di luar sambil menatap ke celah jendela. Shiren menyilangkan tangannya di dada, senyumannya terbentuk melihat bagaimana putrinya diperlakukan oleh Gita.
"Dia itu Gita, yang aku bicarakan" Timpal Harry yang entah sejak kapan berada di sebelah Shiren.
"Bagaimana orangnya?" Tanya Shiren, tapi pandangannya tak pernah lepas dari interaksi Gita dan Shani di dalam sana.
"Baik, sejauh ini dia terlihat baik" Kata Harry.
Shiren mengangguk paham walaupun dia tidak puas dengan jawabannya. Hanya baik tidak cukup untuk putrinya, tapi mungkin untuk saat ini selagi Shani bahagia, dia akan biarkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World
FanfictionGita Sekar, mahasiswa sastra Inggris semester akhir yang sedang disibukkan dan dipusingkan dengan skripnya, tetap mencoba waras dengan melampiaskan rasa lelah dan stressnya pada mainan. Gita yang memang sedari dulu suka sekali mainan dan punya kein...