Chapter 11

3K 295 20
                                    

***

Jam menunjukkan pukul 9 pagi dan keadaan kediaman Opa Natio atau keluarga Shani yang berada di daerah semi pedesaan ini tampaknya sangat tenang, apalagi udara dan cuaca pagi ini yang cukup segar.

Di luar sudah ada tukang kebun yang sedang bekerja, ada juga beberapa orang suruhan Opa Natio yang berjaga di sana.

Selain para penjaga, di salah satu balkon kamar yang ada di rumah ini terdapat Harry dan Mariam yang sepertinya sedang santai sambil minum kopi paginya. Dan jangan lupakan sang tuan rumah yaitu Opa Natio yang sedang sibuk memberi makan ikan di kolam ikan lumayan besar yang terletak halaman depan.

Kesibukan pagi yang cukup tenang, mengingat jika hari ini sudah mulai memasuki weekend. Mereka tidak terlalu sibuk dan memiliki waktu untuk bersantai di rumah.

Namun, berbeda dengan Shani yang sudah sibuk dengan ponselnya. Shani sedari tadi setelah selesai mandi dan sekarang sudah berpakaian rapi sangat sibuk dengan panggilan telepon dari Sisca.

Sisca mengomeli Shani, karena Shani gak datang tadi malam dan membuat dirinya menjadi tumbal omelan para atasan.

"Sorry ya sekali lagi, lagian semalem gue beneran gak bisa dateng" Ujar Shani sambil berjalan dari arah kamar mandi hendak menuju meja rias yang ada di kamarnya.

Shani kini menyimak omelan Sisca lagi sambil mengecek penampilannya di cermin yang ada pada meja rias.

"Iya gue tahu—" Ucapan Shani terpotong dan tiba-tiba dia terdiam membuat Sisca di seberang sana memanggil-manggil namanya, tapi tidak ada jawaban dan membuat Sisca semakin marah pada Shani.

Alasan Shani tiba-tiba diam adalah saat matanya menangkap sesuatu yang menarik. Dia melihat seseorang sedang berdiri di balkon kamarnya, hal biasa memang, tapi tidak biasa bagi Shani karena orang itu adalah Gita. Shani yang awalnya lupa jika ada Gita, jadinya ingat lagi.

"Sisca, nanti gue telepon lagi ya" Kata Shani lalu segera menutup teleponnya, dia tak peduli jika Sisca semakin marah kepadanya.

Dia rasa urusan dengan Sisca bisa nanti, lagian jika Sisca marah juga Shani bisa bujuk. Namun, tidak dengan kesempatan mengobrol dengan Gita. Dia tak bisa menebak apakah setelah ini dia bisa bertemu dengan Gita mengingat jadwalnya yang padat, atau bisa jadi Gita-nya yang tak mau bertemu lagi dengannya.

Karena itu dia lebih mementingkan mengobrol dengan Gita, dia masih ingat jika mereka berdua belum menyelesaikan masalah pertengkaran yang terjadi diantara mereka.

Dengan Santai Shani berjalan menghampiri Gita, dia berdiri di samping Gita dan menatap keluar, dia menatap apa yang Gita lihat.

Kedatangan Shani membuat Gita mengalihkan pandangannya sekilas ke arah Shani, lalu menatap kembali ke depan. Dia tak tahu apa tujuan Shani sekarang disini, padahal sedari bangun tidur tadi sampai mereka sudah rapi, Shani sibuk banget dengan teleponnya. Itu membuat Gita kesal karena dirinya seakan tak terlihat untuk Shani, tapi dia juga cukup sadar diri jika kesibukan Shani disebabkan olehnya juga karena semalam menahan Shani untuk pergi.

"Pagi" sapa Shani, terlalu telat untuk mengatakan itu, tapi hanya itulah hal yang bisa awali pembicaraan antara mereka berdua.

Sayangnya Gita tak menjawab, dia hanya melirik Shani sekilas lalu mengangguk setelah itu menatap lagi ke depan. Sepertinya bagi Gita melihat kesibukan orang-orang diluar dan pemandangan yang bisa dilihat dari balkon lebih menarik daripada ucapan selamat pagi yang Shani berikan.

"Gita" Panggil Shani karena dirinya dicuekin oleh Gita.

Kali ini Gita mengubah posisi berdirinya sedikit miring ke arah Shani, tangannya yang satu dia letakan bersandar pada pagar besi pembatas balkon, lalu matanya menatap Shani dengan tatapan tanya.

Different World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang