13{nyaman}

28 2 0
                                    

Happy reading (⁠☆⁠▽⁠☆⁠)

**

**


**

**

Dengan riang Gania berjalan menuju meja makan untuk mengisi perutnya yang kosong di pagi hari yang cerah ini.

"Pagi semuanya!!", sapa Gania seperti biasanya. Gania mengerutkan dahinya, "ini tempat duduk aku, kok kamu di sini?", ucap Gania dan berdiri di samping Kalisa. Sedangkan Kalisa mendongakkan kepalanya untuk melihat Gania.

"Tapi aku dulu duduk di sini kok, ya kan dad?", bela Kalisa sambil meminta pembenaran dari pria paruh baya yang menatap mereka sedari tadi.

"Duduk di kursi yang lain!", titah Denio dengan nada tegasnya. Gania menatap ayahnya itu dengan tidak setuju.

"Gak mau! Aku lebih dulu duduk di sini!", tolak Gania dengan tegas juga.

"Heh! Bisa gak sih Lo jangan buat keributan?!", sentak Axel dengan nada sinisnya. Gania menatap tajam ke arah Axel yang menatap gadis itu dengan tatapan mengejek.

"Tapi,,ini kan cuma kursi, mau duduk di mana saja kan sama", ucap gadis berambut panjang dengan hiasan pita merah.

"Gue mau duduk dekat ayah!", habis sudah kesabaran Gania, entah kenapa ia merasa sangat kesal pada gadis itu.

"Gania!", bentak Denio saat gadis itu hendak membuka mulutnya lagi.

"Aku cuma mau duduk di sini ayah!", ucap Gania yang tak kenal takut. Akhirnya Kalisa berdiri dan mengambil kursi makan di samping Aland.

"Dasar kampungan!", cibir Axel dengan pedas. "Lo udah buat putri westernson sedih tau gak?!", marah Axel saat melihat ekspresi murung Kalisa, gadis yang tadi menunduk kini mengangkat kepalanya dan tersenyum, "aku duduk di sini aja, aku gak papa kok!", ucap kalisa dengan lembut.

"Hukuman mu bertambah 2 kali lipat!", final Denio dengan tegas sambil menyorot tajam gadis itu. Ia ingin melihat, ekspresi apakah yang di tunjukkan gadis itu saat ia menambah hukuman nya menjadi 2 kali lipat? Bukannya membantah atau memelas, Gania malah terkesan biasa saja, bahkan gadis itu sudah mulai memasukkan sarapannya ke dalam mulut agar perutnya tidak terasa kosong.

"Gak papa uang jajan hangus, yang penting duduk dekat ayah!", celetuk gadis itu dengan santai. Lagi-lagi Gania mendapat teguran tegas dari ayahnya.

"Gania Natasha Putri! Jangan membuat saya marah pagi ini!", bentak Denio. Kalisa memegang telapak tangan pria paruh baya itu untuk menyalurkan ketenangan. Sedangkan si pelaku yang membuat kepala keluarga westernson marah itu sedang menatap sinis Kalisa.

"Gak usah pegang-pegang ayah!", sentak Gania dan menepis tangan Kalisa. Seketika ketiga kakak laki-laki yang sedari tadi diam kini membentak gadis bersurai pendek itu dengan serempak.

"Gania!", Gania yang mendengar bentakan ke tiga laki-laki itu terlonjak kaget. "Aku cuma gak suka ayah di pegang sama Kalisa! Dia itu munafik!", Gania yang semula kesal kini tersulut emosi. Ia mengepalkan kedua tangan yang berada di samping tubuhnya. Napasnya kian memburu, karena hal itu bisa terlihat dari dada nya yang bergerak naik turun menahan emosinya.

Di tengah-tengah suasana menegangkan itu, semuanya hening, apalagi para maid yang berada di sana, mereka sama sekali tidak membuka mulutnya. Hampir semua maid menatap kejadian itu dengan senang, apalagi saat gadis yang datang lima bulan lalu ke rumah majikan mereka di bentak. Tapi, satu maid menatap kejadian itu dengan iba. Ingin rasanya ia memeluk gadis itu yang dengan berani membela dirinya yang sendirian. Riska, wanita itu tahu, jika nona muda yang dekat dengannya itu sedang menahan tangisnya. Ia ikut merasakan sakit saat gadis itu harus menerima bentakan hanya karena gadis bersurai panjang itu.

This is My Dream!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang