14{siswi baru}

20 2 0
                                    

Happy reading (⁠☆⁠▽⁠☆⁠)

**

**


**

**

Seorang gadis sedang termenung dalam pemikiran nya sendiri. Alis gadis yang berparas cantik itu beberapa kali menukik tajam dan keningnya yang berkerut. Tangan telunjuknya ia letakkan di dagu nya, seolah berpikir.

Tok!

Tok!

Gadis itu beranjak dari ranjangnya dan berjalan dengan malas-malasan ke arah pintu untuk membukakan seseorang yang mengetuk pintu kamarnya ini.

"Kenapa mbak?", tanya gadis itu to the poin pada seorang wanita paruh baya yang bernama Riska itu.

"Nona di perintahkan untuk ke ruang kerja tuan", jelas maid itu, lalu pergi setelah pamit dengan Gania.

"Tuh kan! Pasti gue kena omel habis-habisan, tapi gak papa deh! Berarti ayah sayang sama gue karena selalu negur gue!", ucap gadis itu dengan semangat menggebu-gebu, bahkan tangannya sudah terkepal ke udara dan terus tersenyum manis di sepanjang jalan.

"Agak Laen tuh orang! Kena omel malah seneng?", cibir seseorang saat melihat kelakuan dan mendengar ucapan gadis itu.

Tok! Tok! Tok!

"AYAHHH!!", teriak Gania di depan pintu ber-cat hitam itu. Tak ada sahutan setelah beberapa menit dari ayahnya dan malah seseorang yang Gania tidak suka membalasnya.

"Kamu jangan teriak-teriak! Nanti kena marah sama Daddy loh!", tegur gadis bersurai pirang itu dengan lembut dan senyuman yang selalu terpatri di wajahnya.

'Ck! Kenapa gue harus ketemu nih kuda pirang (⁠눈⁠‸⁠눈⁠)'-, batin Gania menggerutu sebal. Ia menatap gadis itu dengan sinis dan tajam.

"Emm--Nia?", panggil gadis itu ragu-ragu yang di balas Gania dengan ketus.

"Apaan?!", ketus Gania sambil bersedekap dada.

"Kamu tidak minta maaf?", tanya gadis itu setengah-setengah yang berhasil membuat Gania jengkel.

"Buat apa?! Lagian Lo nya aja yang lebay! Gue gak ngedorong udah mental gitu, apalagi kalo gue tendang Lo!", sarkas Gania dan melengos masuk ke ruang kerja Denio meninggalkan gadis itu yang tertunduk sambil mengepalkan ke dua tangannya yang berada di samping tubuhnya.

"Hehehe, maaf yah! Soalnya dari tadi gak ada sahutan, jadi aku langsung masuk aja!", bela Gania saat ayahnya menatap dirinya setajam silet.

Srakk

Denio, selaku ayah dari gadis itu melemparkan beberapa lembar kertas hingga berhamburan ke mana-mana. Gania berjongkok untuk mengambil lembaran-lembaran itu. Dan ia hanya menampilkan cengiran? Ya cengiran! Gadis itu sadar bahwa dirinya sudah banyak membuat masalah dan seperti yang ia duga, pasti semuanya akan sampai ke tangan ayahnya itu.

"Membolos, nilai rendah, rangking 3 dari terakhir, sering membuat onar, berkelahi, apa hanya itu yang bisa kau lakukan setelah menghabiskan uang saya?", tanya Denio dengan suara menahan amarah.

Sedangkan Gania di buat melongo saat pertama kali mendengar ayahnya berbicara panjang lebar padanya atau lebih tepatnya mengomelinya.

'Daebak!! Ternyata ayah bisa bicara panjang juga ya!(⁠✷⁠‿⁠✷⁠)', batin gadis itu dengan senang. Bukannya takut atau sedih mendengar Omelan ayahnya, ia malah tersenyum dan terus tersenyum hingga membuat Denio merasa kesal. Apalagi senyumannya itu mirip dengan seseorang di masa kelam nya.

This is My Dream!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang