16{tikus nakal}

18 2 0
                                    

Happy reading ꒰⁠⑅⁠ᵕ⁠༚⁠ᵕ⁠꒱⁠˖⁠♡

*°*
*°*

*°*
*°*

*°*
*°*


"

"Akhirnya gue sembuh juga!", pagi yang indah bagi gadis itu. Akhirnya ia sembuh dari demamnya dengan sendirinya.

"Pokoknya gue bakal bales ayah, karena gak mau beliin gue brownis!", ucap nya dengan menggebu-gebu sambil mengepalkan tangannya di udara. Ia sedikit kesal pada pria yang merupakan pabriknya itu. Bisa-bisanya ia tidak membaca surat yang ia tulis dengan penuh perjuangan itu. Bagaimana tidak perjuangan coba! Ia mati-matian untuk menahan ingusnya agar tidak terjun bebas saat menulis karena posisi menulis kan sedikit menunduk.

Ia pun melangkahkan kaki nya keluar kamar, Gania menghirup udara, lalu menghempaskan nya dengan kuat sampai berulang kali.

Saat di depan tangga Gania memutar bola matanya malas. Ingin rasanya ia mencungkil tangga panjang ini karena merepotkan. Ia memutar otaknya agar lebih cepat sampai. Lalu pandangan nya terkunci pada pegangan tangga yang terbuat dari kayu dengan cukup lebar.

"AHA! Gue punya ide!", ucap nya dengan senyuman manis.

Padahal kan ada lift, emang dasar nya saja ingin mempersulit hidup!(⁠ಠ⁠_⁠ಠ⁠)⁠>⁠⌐⁠■⁠-⁠■, julid nya author.

"WOHOOOOOI!! GUE TERBANG!!!", Gania meluncur dari atas dengan landasan pegangan tangga itu. Ia memekik kesenangan saat tubuh nya meluncur dengan deras, tapi sayangnya pendaratan nya tidak semulus pantat bayi. Karena apa? Karena ia lupa mengerem saat sudah berada di ujung pegangan tangga, alhasil tubuhnya terpental dan melayang.

"AAAAAAAAA!! AWAS ADA ORANG CANTIK MAU MENDARAT!!", teriak Gania saat melihat keberadaan seseorang yang mungkin akan menjadi korban akibat ulahnya. Dan benar saja,,

BRUK!!

Tubuh Gania tidak merasakan sakit karena mendarat di punggung seseorang yang sedang meringis.

"Shsss minggir badan Lo berat!", laki-laki itu terduduk sambil memegangi punggungnya.

"Hehehe maaf kak ase!", saat korban kegabutan Gania terus mengomel, Gania hanya menampilkan cengiran nya.

"Lo kampungan banget!! Gak pernah naik tangga apa?!!", marah Axel dan menatap tajam gadis itu.

Gania mendelik sinis, padahal tadi ia sudah merasa bersalah, tapi sayangnya perasaan nya meluap begitu saja.

"Gue udah teriakin Lo dari sono! Lo nya aja yang gak denger!", ucap Gania untuk membela dirinya.

"Punya gue!!", kesal Axel bertambah berkali-kali lipat saat melihat Gania memegang earphone milik nya.

"Gue gak mau tahu!! Lo harus ganti earphone gue!!", bentak Axel tepat di depan wajahnya.

"Kalem bro! Kalem! Ada ayam masuk rumah!!", tunjuk Gania pada pintu utama yang membuat Axel reflek menolehkan pandangannya.

"Gania!", desis Axel dengan amarah tertahan. Karena saat menolehkan pandangannya kembali, ia tidak mendapati seseorang yang sangat ingin ia kuliti hidup-hidup terus di sate untuk makanan buaya.

"Maaf bro gue gak sengaja!!", ucap Gania lalu melengos pergi untuk menyelamatkan diri.

Saat matahari berada tepat di atas singgasana nya, barulah gania keluar dari kandangnya untuk menghindari amukan Axel. Ia pun menuju dapur untuk mengisi perutnya yang terasa kosong melompong. Ia tidak melihat para maid yang biasanya berlalu lalang di ruangan khusus memasak dan banyak bahan makanan itu.

This is My Dream!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang