09{khawatir}

16 1 0
                                    

Happy reading (⁠ ⁠╹⁠▽⁠╹⁠ ⁠)

**
°
**
°
**
°
**

Saat ini, Sean sedang menemani Gania yang sedang di obati oleh penjaga UKS untuk mengobati lukanya. Wajah khawatir nya tak pernah luput ia tunjukkan, berkali-kali ia bertanya apakah luka yang di alami gadis itu perih atau tidak? Tapi gadis itu selalu menjawabnya dengan sama.

"Gak usah lebay, ini cuma luka biasa!", lagian luka ini gak sebanding dengan luka saat di abaikan oleh keluarga.

"Kenapa Lo bisa Dateng dengan keadaan kayak gini? Habis tawuran?", tanya Sean saat gadis yang rebahan itu saat sudah selesai di obati.

"Jatuh!", jawab gadis itu malas.

"Lo merem pas jalan? Kok bisa jatuh kayak gini?", bingung Sean.

"Lo bisa diem gak! Ya serah gue lah mau jatuh kek, mau nyungsep kek! Emangnya Lo ngerasain juga!? Enggak kan?! Jadi diem! Gue lagi gak mood!", omel gadis itu panjang lebar.

"Gue khawatir sama Lo, kok Lo marah-marah terus sih! Pms ya?", tebak cowok itu. Gania membelalakkan matanya dan membantah tebakan cowok itu langsung.

"Enak aja! Gue belom pernah woi!", kesal Gania. Pernyataan Gania berhasil membuat Sean mengerutkan alis bingung, kok bisa-bisanya ada gadis yang sudah SMA, tapi belum mengalami siklus khusus perempuan itu.

"Umur Lo berapa?",

"14!",

"Apa?!", jadi gadis di depannya ini benar-benar masih bocil di antara siswa-siswi di sekolah nya. Ia pikir badannya saja yang mungil, ternyata gadis ini masih terbilang belia. Karena rata-rata orang yang memasuki SMA di sekolah ini berumur 17 tahun.

"Kok Lo bisa masuk cepet?", beo Sean bingung.

"Karena gue pintar!", ucap Gania spontan sambil berpose angkuh. Sean memutar bola matanya, ia tertawa meremehkan.

"Gak usah bercanda sayang!", ucap Sean dengan menekankan kata terakhirnya.

"Emang gue pernah bohong?", ucap Gania dengan polosnya, hal itu membuat Sean mendengus. Ia menarik napas, dan "Lo pernah bohong sama Bu Dewi perihal belajar, di suruh ngisi tugas malah keluyuran, di beri hu-", Gania meletakkan jari telunjuknya di bibir Sean.

"Shuttt! Gue gak pernah kayak gitu!", bantah Gania sambil merotasikan matanya ke segala arah yang penting ia tidak menatap wajah datar Sean.

"Ayang! Gue boleh absen dulu gak? Gue masih sakit!", ucap Gania dengan wajah penuh harap.

Sean sempat menolak, tapi ia terbungkam saat Gania mengeluarkan akting epik nya.

"Lo mah gitu! Gue tuh udah eport buat gak terlambat sampai lutut gue lecet, terus kena tampar Dinasourus pulak, kan sakitnya double kill!", Gania pura-pura memasang wajah sedih. Sean mengusap wajahnya kasar. Baru saja ingin ia bicarakan, tapi seorang siswa memberitahukan mereka berdua untuk pergi ke ruangan Bu Dini selaku guru BK.

Gania berdecak sebal, ia bangkit dari brankar dan berjalan dengan lemah, letih, lesu, loyo, love you!😘

Sekarang Sean benar-benar tak mengerti jalan pikiran gadis aneh satu ini. Padahal tadi selama perjalanan menuju ruangan Bu Dini, gadis itu terus mengeluarkan gerutuan dari bibir ranumnya itu. Dan memaksa Sean agar ia tidak terkena hukuman. Tapi sekarang, gadis itu dengan gamblangnya mengatakan akan dengan senang hati mengikuti hukuman 'itu'.

This is My Dream!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang