25. something that is extinct

353 63 8
                                    

"Bunda, ayah" mata ini menangkap sosok dirinya yang sedang berlarian bersama kedua orang tuannya, ntah ini seperti bayangan atau apa dia sendiri tidak tau.

Jiseanza perlahan membuka kedua matanya, dia merasakan seseorang tengah berjalan dan dia menatap punggung dimiliki oleh suaminya sendiri yang sedang dia naiki. Jiseanza menoleh kesana kemari, mencari tahu dimana mereka berada.

"P-pangeran Arezka?" Panggil Jiseanza pelan, ternyata Arezka berjalan sembari menggendong dia ntah dari kapan.

"Ah kau sudah bangun" Arez berlari kecil menuju pohon yang ada disana, dia menurunkan Jiseanza sampai menyender pada pohon besar itu. Arez berbalik menatap Jiseanza yang matanya masih sangat sayu, dia mengusap rambut Jiseanza untuk disela supaya tak menutupi matanya. "Ada yang sakit? Lalu, kau ingin minum?"

"Tidak" Jiseanza menjawab sembari menggelengkan kepala, tempat ini sangat asing membuat Jiseanza pusing.

"Ah, iya, kau mencari Kyne, Marquez juga Rashieka bukan?" Tanya Arez tersenyum, Jiseanza memanggut karena dugaan dari Arez tepat.

"Kita dimana? Lalu, mereka juga dimana?" Tanya Jiseanza, kenapa mereka menjadi terpisah seperti ini.

"Jadi, setelah kau tidur...." Arez menceritakan dimana saat ia mulai berbicara pada naga itu.

"Baiklah, sudah saatnya mengantarkan kalian keluar dari hutan ini" ucap sang naga membuat keempat atensi menoleh kearahnya.

"Anu sebenernya, saya datang kesini untuk mencari seorang yang dulu tokonya berada disana" Marquez menunjuk tempat toko tersebut. "Toko yang dimiliki oleh seorang peri, dan toko itu menjual ramuan obat"

"Kenapa kalian mencarinya?" Naga itu was-was, wajahnya mulai berubah penuh selidik.

"Untuk mengobati pangeran Jiseanza" Arez mendekati sang naga, lalu dia menunjuk Jiseanza yang tertidur. "Memang dia nampak sehat, tapi tadi kau melihat sendiri bukan Jiseanza lemah dan sayapnya terluka akibat kutukan"

Arez menjelaskan secara detail, sakit apa yang dialami Jiseanza. Lalu siapa yang menerangkan, kristal sihir juga kutukan seperti apa, dan rasa sakit yang Jiseanza derita berupa apa saja semua Arez cerita supaya dia tidak curigai yang tidak tidak oleh naga itu.

"Jika seperti itu, toko ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang kecuali orang itu beruntung. Hanya ada satu cara, anda harus memasuki hutan yang terdapat jalan disana, setidaknya anda bida menemukan obat yang ampuh, lalu kalian harus berpencar mencari toko itu memang jika hanya ingin obat dari ramuan"

Jiseanza mendengarkan seksama setiap cerita yang Arez ucapkan, setelahnya dia tersenyum menatap Jiseanza. "Jadi seperti itu, Rashieka juga Kyne dan Marquez berpencar masing masing"

"Ah begitu ya" Jiseanza menunduk sedih. "Maaf saya jadi merepotkan"

"Kau ini berkata apa, Jise jangan selalu menganggap sesuatu yang menimpamu merepotkan. Paham bukan?" Arez memegang kedua tangan Jiseanza yang di genggam, lalu menatap Jiseanza dengan senyum tulus supaya dia tidak khawatir lagi.

"Um" meski kepikiran akan hal ini, Jiseanza mencoba tegar dihadapan Arez, dia memberikan senyuman. Jiseanza merasakan sayapnya akan muncul jadi sedikik menjauh dari pohon, dan benar saja sayapnya keluar membuat Arez tersenyum.

"Syukurlah tenagamu cukup pulih untuk sementara, apapun yang terjadi kita pasti menemukan obatnya" Arez mengusap-usap kepala Jiseanza pelan penuh perhatian, perasaan yang selalu membuat Jiseanza bingung kembali hadir dalam benaknya.

"Bisa berjalan?" Tanya Arez, dia hendak menawarkan gendongan untuk Jiseanza namun anak itu mengangguk yang tandanya dia bisa.

Dibantu oleh Arezka ia berdiri, sekarang mereka tinggal mencari tempat tujuan mereka sembari menatap kanan kiri. Arez sebenernya bingung, dia juga sudah cukup lama berjalan namun toko itu tidak ditemukan, ingin kembali menemui yang lain barangkali sudah ditemukan, tapi Kyne belum memberikan tanda tanda kepada dirinya.

Spring Tulips || On GoingWhere stories live. Discover now