Setelah berunding akan rencana penyusupan mereka, kini kelima laki-laki telah dapat memasuki istana kerajaan yang nampaknya minim pengawasan. Ataukah, beberapa orang diistana ini telah beristirahat? Namun, jika memang iya harusnya ada salah satu penjaga berdiri di depan gerbang bukan.
"Saya merasakan ada sesuatu yang janggal" ujar Kyne dalak sela sela penyusupan mereka ia berbicara, nampak keempat pasang mata menatap dirinya mengangguk.
"Saya juga merasa begitu, Your majesty" sambung Marquez, dalam situasi bahwa putra raja akan menikah. Mengapa suasana seperti kosong, layaknya tempat tidak berpenghuni.
"Silence" Arez berucap dalam titahnya sehingga kelima orang ini menghentikan langkah, mereka mendengar dua orang tengah berbicang dalam perjalanan yang terdengar jelas di lorong gelap ini. "Bersembunyi"
Kelima lelaki ini bersembunyi dibalik dinding, tempat minim percahayaan membuat pandangan mereka buruk. Namun tak lama datang dua orang penjaga, ntah apa yang sedang mereka bincangkan karena tidak terlalu jelas dalam jarak cukup jauh.
"Dengar baik baik" Arez mulai mengeluarkan sikap tegas yang memerintah "sergap mereka, paksa supaya memberi tahu letak kamar milik pangeran Alwen. Mengerti?"
Ia menyuruh Kyne juga Marquez untuk maju dalam perintahnya kali ini, kedua orang itu bersiaga lalu meninggalkan Arez, Jiseanza juga Jarl yang masih bersembunyi. Ketiga orang ini menunggu was was, sampai suara pekikan terdengar membuat mereka lega, bahwa Marquez juga Kyne menjalankan tugasnya dengan baik.
Arez beserta kedua lelaki yang bersamanya keluar dari persembunyian, namun ia dibuat tak percaya dengan apa yang terjadi dihadapannya. Memang Marquez dan Kyne menjalankan tugas dan perintahnya untuk menyergap, tapi bukan berarti membuat dua penjaga itu terkapar tak berdaya.
"Huh" Arez menggelengkan kepala sembari memijat pelipisnya pelan "aku menyuruh kalian untuk menyergap, bukan untuk membuat mereka pingsan"
"Maafkan kami pangeran Arez, mereka menodongkan pedang pada kami. Mau tidak mau, kami lawan" jawab Marquez menunduk gugup bersamaan dengan Kyne tak mengelak akan hal itu.
Jiseanza terkekeh melihat Marquez dan Kyne takut pada Arez, termasuknya juga Arez bingung apa yang harus dia lakukan sekarang. Mereka tidak dapat menemukan jejak dimana kamar pangeran Alwen, mereka tidak mungkin juga memutari kerajaan takutnya ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi.
"Jise?" Arez mencegah tangan Jiseanza saat hendak mendekati kedua prajurit yang tengah terkapar dengan khawatir. Membuat laki-laki manis tersebut menoleh, ia menyingkirkan tangan Arez yang begitu erat menggenggam pergelangan tangannya, ia dapat merasakan kekhawatiran itu dari tatapan mata Arez.
"Pangeran Arez tenanglah, saya hanya ingin mengambil ingatannya" jawab Jiseanza, ia melangkah berjalan kembali menuju kedua prajurit itu.
"Maksudmu?" Tanya Arez bingung, Jiseanza duduk menekuk lutut didepan kedua orang itu ditatap jelas oleh keempat laki laki yang kini kebingungan.
"Kyne, Marquez, menyingkirlah" pinta Jiseanza sembari memejamkan mata dan tangan menyatu erat dalam genggaman.
Yang disuruh menurut, mereka berjalan kearah Arez juga Jarl menatap punggung Jiseanza yang melakukan sesuatu. Atau bahkan, mengeluarkan sihirnya. Sampai dimana Jiseanza terdengar membaca sebuah mantra, lalu sayapnya muncul tiba tiba dibalik punggung. Tempat minim cahaya ini berubah seketika seperti lampu-lampu sihir dalam kupu-kupu yang menerangi Jiseanza, cantik, indah tak ada pungkiran.
Keempat laki-laki yang kini menatapnya mematung melihat keindahan saat Jiseanza menggunakan kekuatannya, Arez yang melihat istrinya ditatap sampai seperti ini oleh kedua pelayan pribadinya serta Jarl langsung membuka kedua tangan sampai menutup bagian mata Kyne juga Marquez.
YOU ARE READING
Spring Tulips || On Going
SpiritualLayaknya bunga tulips yang sedang bersemi, parasnya begitu indah, cantik untuk seorang laki laki. Arezka Cyrille Elworth, putra dari sebuah kerajaan yang dikenal dengan keagungannya, keluarga kekaisaran memiliki jabatan paling tinggi dari kerajaan l...