Kejadian kemarin tidak ada hal apapun, tidak ada yang lebih dari setelah bertemu pangeran Jarl. Jiseanza dibawa Arez untuk berisitirahat, tentu mereka tidak berada di satu kamar yang sama, mereka berada di kamar yang berbeda.
Saat pagi hari Arez akan bangun lebih dulu sebelum banyak orang yang mengetahuinya lalu pergi ke kamar Jiseanza, dan saat malam hari ia juga akan berada di kamar Jiseanza sampai semua orang yang berada di istana beristirahat. Seperti itulah kira kira meski mereka sudah menikah, Arez tidak akan menyentuh dan memaksa Jiseanza yang melakukan kewajibannya sebagai seorang istri, karena ia tau bahwa hati Jiseanza belum terbuka untuknya.
Dan ini sudah malam, kini Jiseanza bersama Rashieka sedang dirias seindah mungkin oleh beberapa maid, sedangkan Arez masih bertemu beberapa tamu dari kerajaan lain karena acara pernikahan mereka belum selesai.
Mereka masih mengadakan sebuah pesta selama 3 hari 3 malam, mengundang semua kerajaan yang keluarga Dazzle kenal. Supaya, pernikahan ini tidak terbuang sia-sia, bahkan masih ada keluarga Jiseanza untuk sekarang di kerajaan Dazzle.
"Pangeran Jiseanza, setelah ini, anda ingin memakai sebuah mahkota yang seperti apa?" Tanya Rashieka yang nyatanya ia bingung memilih mahkota yang pas untuk Jiseanza.
Karena jika memakai mahkota sebagai seorang pangeran, Jiseanza tidak cocok sama sekali untuk wajahnya yang begitu cantik. Jika memakai mahkota sebagai seorang putri, takut Jiseanza merasa risih ia diperlakukan seperti itu terus menerus.
"Yang pas pada bajuku" jawab Jiseanza menunjuk baju kemegahan bangsawannya.
"Baiklah" jawab Rashieka menatap beberapa mahkota dihadapannya.
Namun tindakan Rashieka terhenti saat merasa ada seseorang menyuruhnya untuk menyingkir, beberapa maid pun mundur juga Rashieka menuruti ucapan tersebut.
"Sepertinya, ini lebih cocok untukmu"
Jiseanza tersentak dan membalikan badan kearah belakang saat menatap sosok Arez dalam pantulan cermin memasangkan sebuah mahkota bunga di kepalanya.
"Cantik bukan?" Tanya Arez.
"Bagaimana bisa pangeran Arez berada disini secara tiba tiba?!" Pekiknya terkejut.
"Bagaimanaa ya" Arez berucap seperti menggoda Jiseanza, lalu memegang kedua bahu Jiseanza membalikan badannya kearah cermin.
"Diam dulu, aku akan merapikan rambutmu" ucap Arez.
Jiseanza hanya mengiyakan dengan anggukan kecil, dengan telaten Arez memasangkan mahkota bunga yang terbuat dari sebuah diamond indah itu terasa begitu mahal semakin cocok untuk Jiseanza.
"Darimana pangeran Arez mendapatkan mahkota seindah ini?" Tanya Jiseanza.
"Aku sengaja membelinya saat keluar dari kerajaan kemarin, aku melihat mahkota bunga ini begitu indah dan cocok pada dirimu, jadi aku membawanya" jawab Arez, lalu saat merasa sudah pas di kepala Jiseanza ia tersenyum.
"Bagaimana bisa seorang pangeran bisa memiliki wajah seindah itu?" Tanyanya menatap Jiseanza dalam pantulan cermin.
Jiseanza menggelengkan kepalanya "pangeran Arez terlalu memuji saya berlebihan"
"Tidak, itu nyata" jawab Arez memundurkan langkahnya dan membungkuk sembari mengulurkan tangan kearah Jiseanza.
"Mari pergi, pangeranku"
Entah hal apa yang membuat Jiseanza tersenyum geli saat diperlukan seperti itu, ia mengangguk membalas uluran tangan Arez hingga Jiseanza berdiri dari duduknya dan menggandeng lengan suaminya.
"Kalian rapikan saja semua mahkota ini, kami akan segera pergi" ujar Arez kepada beberapa pelayan dikamar Jiseanza.
Mereka menjawabnya dalam sebuah hormat, akhirnya keduanya pergi dari kamar Jiseanza untuk menuju aula pesta kerajaan yang sedang berlangsung.
YOU ARE READING
Spring Tulips || On Going
SpiritualLayaknya bunga tulips yang sedang bersemi, parasnya begitu indah, cantik untuk seorang laki laki. Arezka Cyrille Elworth, putra dari sebuah kerajaan yang dikenal dengan keagungannya, keluarga kekaisaran memiliki jabatan paling tinggi dari kerajaan l...