21. the feeling is real

342 66 3
                                    

Jiseanza membuka mata, pandangannya mengedar keseluruhan ruangan yang ternyata ini kamarnya, dia juga melihat Rashieka tengah berdiri sembari membersihkan kamarnya.

"Rashieka?" Panggil Jiseanza lirih, Rashieka menoleh dengan mata berbinar tersenyum sembari berjalan kearah tempat tidur Jiseanza.

"Anda sudah bangun, pangeran Jiseanza. Bagiamana, apakah nyenyak hanya tertidur beberapa menit?" Tanya Rashieka, ia membantu Jiseanza untuk duduk dan bersender pada ranjang.

"Eum, aku sudah merasa tidak mengantuk. Ngomong ngomong, dimana pangeran Arezka?" Tanya Jiseanza sembari menoleh kesana kemari mencari sosok itu, Rashieka bingung hingga menggelengkan kepalanya.

"Ah iya tadi pangeran Arez yang membawa anda kemari, anda sudah tertidur. Apa ada masalah?" Tanya Rashieka kepada Jiseanza membuat sang empu mengangguk.

"Jika masalah sepertinya tidak, mungkin karena tadi aku sedang bersamanya?" Tanya Jiseanza menaruh jari telunjuk didagu untuk berfikir mencerna apa yang terjadi.

"Begitu ya, apa anda ingin makan sesuatu?" Tawar Rashieka, dia merasa bahwa Jiseanza perlu memakan sesuatu.

"Tidak perlu, kamu tau dimana pangeran Arezka sekarang berada?" Tanya Jiseanza bangkit dari tidurnya membuat Rashieka semakin kebingungan.

"Ti— eh tadi saya melihat dia dihalaman depan sedang berbincang dengan perdana menteri keuangan, dan itu belum lama. Jik —"

"Baiklah, aku akan pergi kesana" Jiseanza meninggalkan Rashieka setelah menyela ucapan dari laki-laki tersebut, dia juga nampak girang.

"Pangeran Jiseanza ini kenapa?" Ujar Rashieka memiringkan kepala, tidak biasanya dia bertingkah seperti ini apalagi bertanya dimana Arez lalu mencarinya. "Sudahlah, mungkin ada suatu hal yang ingin dia sampaikan"

Rashieka kembali bebenah kamar, sedangkan Jiseanza berlari kecil bersenandung ria sembari menuruni tangga, sampai beberapa maid disana menatap Jiseanza aneh. Jiseanza menoleh kearah para maid tersebut yang memberikan hormat untuknya, dia membalas dengan senyuman kecil lalu berjalan kearah luar mencari Arez.

"Pangeran Jiseanza sedang bahagia?" Ujar salah satu maid kepada maid lain. "Dan terlebih lagi, dia keluar tanpa penjagaan"

Kini Jiseanza sampai dihalaman istana, dia melihat pemandangan luar biasa karena halaman ini luas tapi banyak bunga juga pepohonan kecil. Ada pondok kecil untuk berteduh, Jiseanza memang jarang dihalaman jadi menatap tempat ini semuanya asing bagi dia.

Dia melihat Arez berada di pondok dengan seorang lelaki sedang berbincang, dia berjalan perlahan kesana dengan kesan anggun.

"Maaf menganggu waktunya" ucap Jiseanza memberikan hormat kepada kedua orang tersebut, sang perdana menteri keuangan tersebut hangat lalu membungkuk kearah Jiseanza membuat.

"Tidak, ada apakah gerangan pangeran Jiseanza datang kemari?" Tanya sang perdana menteri pada Jiseanza.

"Tidak ada, hanya ingin bertemu pangeran Arez saja" jawab Jiseanza tersenyum hangat.

Arez menopang dagu, sedangkan lelaki itu tersenyum lalu membungkuk pada Arez. "Your majesty, sepertinya saya akan pergi agar Your Majesty bisa berbicara santai dengan pangeran Jiseanza"

"Jika masalahnya hanya itu, aku ijinkan kau pergi" ucap Arez, sang perdana menteri meninggalkan keduanya di pondok ini.

Arez menatap Jiseanza dari atas sampai bawah, ntah mengapa dia merasa aneh pada Jiseanza tidak seperti biasanya.

"Is there something wrong with me?" Tanya Jiseanza kepada Arez, sang empu menggelengkan kepala pelan. "Tidak, duduklah. Ada apa juga kamu ingin bertemu denganku"

Spring Tulips || On GoingWhere stories live. Discover now