Setelah kejadian tadi, Jiseanza tidak dapat mengingat apapun yang terjadi padanya. Hanya saja untuk saat ini ia merasa bahwa tubuhnya lebih ringan dan tidak terlalu merasa lelah, dia yang baru saja membuka mata dapat merasakan semua itu.
"Ah, Your Majesty, pangeran Jiseanza sudah bangun" suara yang tak asing ini ternyata dari Sora, ntah Jiseanza dimana ia tidak tau.
"Jisee" Arez datang berlari kecil untuk menghampirinya, membantu Jiseanza duduk dan dia senderkan tubuh Jiseanza pada dada bidangnya sendiri. Mengusap pelan surai Jiseanza, karena dia khawatir akan keadaan istrinya yang sempat terkena demam tinggi.
"Ini dimana?" Tanya Jiseanza, meski dia sudah memastikan bahwa ia masih di lembah peri. Tapi tempat tidur ini mengingatkan dia di kerajaan Dazzle, ataukah karena di lembah peri senyaman itu untuk dirinya?
"Kau berada dikamarku, pangeran Jiseanza? Bagaimana? Apa kau masih merasa sakit?" Tanya Sora mendekati Jiseanza dan duduk pada pahanya.
"Aku merasa sudah lebih baik" ucap Jiseanza menunduk. "Dan, aku merasa bahwa aku sudah sembuh"
"Kau benar, kutukanmu sudah menghilang" Sora terlihat sangat senang, dia bahkan terus tersenyum sembari menopang dagu menatap Jiseanza.
"Jadi maksudmu, aku benar benar sembuh?" Tanya Jiseanza kepada Sora, dan wajahnya dia dongakan untuk menangkap sorot mata bahagia dari Arezka. "Terima kasih pangeran Arez"
"Kenapa kau berterima kasih kepadaku?" Tanya Arez bingung, dia menaikan satu alisnya dengan tangan yang masih mendekap erat tubuh Jiseanza.
"Karena pangeran Arez sudah membantu saya untuk sembuh" jawab Jiseanza dengan malu malu, ntah kenapa semenjak kejadian kemarin saat dia mengakui akan berusaha mencintai Arezka. Jiseanza jadi sedikit canggung, karena dia pun tak yakin dengan hatinya sendiri.
"Anything for you, Jise" Jawab Arez tersenyum hangat, dia menoleh kesana kemari. "Sepertinya kita harus segera pulang, supaya yang lain tidak khawatir"
Jiseanza mengikuti arah pandangan Arezka, dia juga sangat mengkhawatirkan yang lainnya. Karena mereka masih berada di dalam hutan, sudah dipastikan tidak dapat ikut bersama dengan Jiseanza dan Arezka, apalagi bisa menemui lembah Fairy yang jarang dilihat oleh mata telanjang.
Tak lama setelah bersiap, Jiseanza dan Arezka yang sudah berpamitan kepada orang tua Sora. Mereka di ajak untuk pergi ke pohon kehidupan, disana Jiseanza sedikit takjup karena pohon yang telah mati itu hidup kembali, dengan kupu-kupu emas yang mengelilinginya.
"Cantiknya" Takjup Jiseanza dengan mata berbinar menatap pohon tersebut.
"Semua ini berkat dirimu pangeran Jiseanza, terima kasih atas segalanya" dia membungkuk memberikan rasa hormat untuk Jiseanza, dan ini adalah ibunda dari Sora yang melakukannya.
Jiseanza menggelengkan kepalanya, dia merasa bahwa dia tidak layak mendapatkan sanjungan seperti itu. Karena yang melakukannya adalah Arez, cintanya Arezka yang begitu besar kepadanya, juga nenek yang akhirnya bisa pulang beristirahat.
"Jangan berterima kasih kepadaku..." Jiseanza mendekati pohon itu, dia mengusapnya lalu memejamkan mata seakan berdoa. "Istirahat dalam damai, nenek"
"Jise?" Arez memanggil dengan ekspresi khawatir juga sedih, dia dapat merasakan apa yang Jiseanza rasakan. Dia tau meski hanya sekilas Jiseanza bisa melihat wajah bundanya sendiri dia tetaplah butuh sosoknya.
Jiseanza mendekati Arezka lalu memberikan senyuman hangat, dia menggandeng tangan Arezka yang membuat suaminya itu sedikit tersentak atas perlakuan tiba tiba dari Jiseanza. "Ayo pulang pangeran Arez, yang lain pasti sudah menunggu"
YOU ARE READING
Spring Tulips || On Going
SpiritualLayaknya bunga tulips yang sedang bersemi, parasnya begitu indah, cantik untuk seorang laki laki. Arezka Cyrille Elworth, putra dari sebuah kerajaan yang dikenal dengan keagungannya, keluarga kekaisaran memiliki jabatan paling tinggi dari kerajaan l...