E 28 - Atau Memang Tidak Pernah Ada 'Kita'?

69 7 0
                                    

Mengetahui Amanda yang rela turun melalui jendela kamar menggunakan tangga lipat yang tingginya sekitar 7-10 meter untuk sampai ke bawah tanpa memikirkan risiko terburuk dengan niatnya yang sebegitu ingin menghindarinya, adalah kekecewaan yang pertama kali William rasakan mengenai permasalahan mereka.

William rela bila Amanda meminta orang tuanya untuk mengusir William jika memang itu yang dia inginkan. Mengapa Amanda harus melalukan itu jika dia adalah gadis yang tak perlu melakukannya bila seseorang dapat melakukannya? Maksud William, bukankah Amanda adalah gadis yang mengatakan apa yang dia rasa meskipun itu apa adanya dan adakalanya membuat tersinggung?

Langkah William terasa berat tatkala niat yang sempat terkubur mendadak bangkit kembali perihal dia yang hendak menemui Amanda untuk menjelaskan kesalahpahaman yang masih menggantung sehingga membuat William tidak tenang. William tahu soal mereka hanya ada pertengkaran dan kesalahpahaman, seiring dengan itu mencoba berbaikan adalah hal yang berkaitan bukan?

Bel berbunyi pertanda datangnya istirahat, semua murid berhamburan keluar kelas dengan berbagai tempat yang hendak dituju, terkecuali menyisakan sepasang remaja yang asyik dengan pikiran masing-masing. William yang bimbang harus apa dan Jenna yang bingung terhadap apa yang tengah dia rasakan alias merasa bersalah karena lagi-lagi melihat William seperti sekarang yang dia yakin betul pasti alasannya adalah Amanda.

Apa waktu berhenti berputar kalau dia ada masalah sama, Amanda? Kenapa dia harus sesedih itu, kenapa dia gak mencoba biasa aja tanpa mengabaikannya—paling tidak biarlah semua berjalan sampai beberapa saat, lagian akhirnya mereka akan baikan lagi bukan?

"Amanda, ya? Kenapa lagi? Kamu gak cape terus-terusan mikirin dia tanpa ngertiin diri kamu sendiri? Hei, Will, dia aja gak peduli, kenapa kamu stuck sendiri? Nyari penyakit tau gak? Biarin aja lagian," celetuk Jenna, jengkel bukan main.

Yang dapat William lakukan adalah menghembuskan napas berat, pemuda itu berbalik membuang muka membelakangi Jenna dengan perasaan berkecamuk. Seandainya dia tak mengingkari janji dan tak mengulangi kesalahan yang sama berkali-kali, mungkin sekarang dia akan tertawa lebar dan melihat senyum manis gadis itu saat ini.

"Bego banget tau gak? Sadar, Will, sadar!" seru Jenna setelah berpindah posisi, gadis itu menampung kedua pipi William dengan tangannya. William membuang napas sembari melempar pandang tak menatap wajah Jenna membuat gadis itu sakit hati kemudian berkata. "Itu cara dia buat nyuruh kamu berhenti, dia gak mau kamu, bukan kamu orangnya."

William tersentak saat kalimat Jenna berputar-putar dalam pikirannya, pemuda itu melepaskan tangan Jenna dan menghela napas kemudian menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Amanda berdiri di depan pintu. Ya, itu Amanda, Amanda, topik utama obrolan mereka, berdiri bergeming memandang William dengan sorot tak terbaca.

"Manda?" William mengambil langkah lebar menghampiri Amanda yang terlihat menghela napas panjang membuatnya semakin gusar. "Tadi pagi aku ke rumah—"

"Sibuk banget ya kayaknya? Ganggu dong?" Amanda melirik Jenna, memasang tampang tak suka.

"Enggak. Aku mau nemuin kamu tapi—"

"Buktinya masih di sini, kan? Berduaan?" William menggeleng heran, matanya menyipit seolah tak percaya dengan Amanda yang secuek apa pun tak pernah seperti saat ini.

"Biarin aku selesai bicara, kamu dengar dulu." bujuk William tak sabaran, mencari-cari di mana Amanda yang dia kenal melalui raut wajah itu.

"Kamu tuh memang nyebelin, ya? Gak pernah jelas tau gak? Naif. Kalau memang Jenna ya Jenna, aku ya aku, aku benci sama kamu."

Amanda pergi dengan perasaan kacau, sejujurnya tak ada alasan untuk William membujuk Amanda dan meminta maaf seperti yang selama ini dia lakukan mengingat tak ada satu pun alasan gadis itu untuk menghargainya. Akan tetapi, saat melihat kedua mata yang berkaca-kaca itu, William berusaha keras untuk mengingat kesalahan apa yang dia perbuat sehingga semuanya menjadi hancur seperti sekarang?

You're MyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang