E 29 - Niat Baik

64 3 0
                                    

Haruskah hubungan mereka berakhir setelah pertengkaran terakhir yang mana kali ini tak mampu William dapatkan maaf dari Amanda setelah janji yang dia ingkari berulang kali? William sudah mencoba menjelaskan semuanya, lebih-lebih lagi meminta gadis itu untuk sekadar mendengarnya, namun nihil, Amanda tak mau.

"Biarin aja, kalau dia masih peduli sama hubungan kalian, kurasa takkan berat baginya untuk memulai duluan." ujar Jenna sembari memperhatikan kukunya yang berkilauan.

William mengaduk makanannya tanpa mengindahkan Jenna dan masih terus melamun sampai semua yang ada di sana tercampur rata, Jenna yang melihatnya amat kesal, gadis itu membuang muka tak menatap piring William sebab selera makannya akan hilang.

Kantin ramai, tawa dari tiap-tiap meja menjadi pemecah keheningan. Jenna melotot ke arah temannya saat mereka meledek Jenna yang ada atau tidak adanya dirinya tak berarti apa-apa bagi William.

"Will, aku cewek dan aku tau gimana pikiran, Amanda. Cewek tuh paling luluh kalau soal perasaan, dibujuk sekali aja, hilang marahnya kalau memang kamu orangnya." Jenna menghabiskan kunyahannya, menelannya, mengambil es teh manis dan menyedotnya.

"Buka pikiran kamu, Will. Be smart, Lover! Ada aku di sini, kita sudah kenal lama dan tau tentang masing-masing. Sedangkan dia? Egois aja yang dibanggain-" Jenna menghentikan kalimatnya tatkala serta-merta William menoleh padanya dan menatapnya tajam.

William memposisikan sendok dan garpunya menyilang dengan bagian atas ke bawah, menopang dagu dengan tangannya dan memperhatikan Jenna. Jenna yang salah tingkah terpaksa melanjutkan makan sebagaimana William inginkan.

"Rumah baik-baik aja, 'kan? Sudah gak bertengkar lagi akhir-akhir ini?" tanyanya, menghela napas berat bersamaan dengan Jenna yang semringah.

"Baik! Aman terkendali! Tau gak, weekend nanti, mama sama papa ngajak jalan! Dinner sama kolega papa, sekalian bahas soal bisnis. Pasti ngebosenin banget, tapi kapan lagi kan, bisa quality time bareng mereka?" gadis itu tertawa kecil dan mulai menyendokkan sesuap makanan ke mulut.

Dinner bareng kolega? Perjodohan, ya ...?

William menatap Jenna, sinar matanya menyala setelah menceritakan hal itu, William menghela napas berat terkesan tidak suka. Siapa pemuda itu? Akankah dia adalah orang yang tepat? William tak pernah mengharapkan hal buruk terjadi padanya meskipun dia kesal pada sikap Jenna bila mengatai Amanda apalagi di depannya.

"Jaga diri baik-baik." William menepuk-nepuk puncak kepala Jenna pelan, berdiri dan meninggalkan kantin setelah Jenna menimpali. "Telepon kalau ada apa-apa, kan?" dan William mengangguk setelah diam beberapa detik.

"Love you, Will!"

***

"Ngapain?" Amanda menatap Manaf tidak suka, jelas saja kehadiran pemuda itu mengusiknya dan basa-basinya menanyakan hal itu semakin memancing amarah siap meledak kapan saja.

"Soal mereka, kamu bertengkar ya sama, William?"

Amanda menyipitkan matanya, menyatukan alisnya, menganga beberapa saat. "Dih, peduli amat? Jangan sok kenal ya, sok tau juga." timpal Amanda jengkel.

"Bukan apa-apa, sekarang, atau kamu sama William benaran akan selesai. Gak mau, 'kan?"

Cowok resek! Pergi ga???

"Tebakanmu memang gak pernah tepat, gak seru! Siapa juga yang bertengkar, kita otw baikan juga, santai aja." sahut Amanda sok enjoy, padahal keinginan untuk meninju wajah Manaf kian mendalam.

"Ganggu banget nih?" kedatangan Baskara yang sama menyebalkannya dengan Manaf menambah kerugian pada kesehatan mental Amanda, setidaknya lebih baik menghadapi Baskara daripada Manaf.

You're MyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang