E 18 - Undangan Makan Malam #2

320 23 6
                                    

Sudah dikatakan sejak awal, bahwa Amanda dan Baskara adalah pemenangnya. Mereka tidak perlu menunggu nanti untuk mengetahui nilai tertinggi pada tugas kelompok beberapa hari lalu, lihatlah mereka, berdiri di depan seluruh murid Bahasa dengan senyum yang lebar. Peraih nilai tertinggi kedua digapai oleh Rea dan temannya, Fusia dan Kehlani menjadi peraih nilai tertinggi selanjutnya. Rea cemburu betul, ingin marah namun sadar diri.

"Ini sudah boleh duduk belum? Kram soalnya." Baskara menutup mulutnya mengulum tawa.

"Sebenarnya kamu gak berhak sedih, Rea. Aku tau kamu suka sama Baskara yang teman-teman yakin suka sama, Amanda. Sebenarnya, kamu sendirilah yang menciptakan sakit hati itu, harapanmu itu berlebihan, rasa yang kuat untuk mendapatkan Baskara lah yang membuatmu terlihat menyedihkan." sayangnya, Rea tak pernah berhenti meskipun dia letih, bahkan sakit hati.

Maafkanlah dirimu sendiri Rea, nasihat itu benar adanya, berhentilah jika itu menyakitkan, bukan cinta namanya bila membuatmu tersiksa. Amanda tidak salah apa-apa, Amanda tidak pernah merebut apa pun. Jangan inferior, dirimu berharga, hidupmu bukan hanya tentang Baskara.

***

Sampai mereka dalam perjalanan menuju rumah Baskara, gadis itu masih tak menyangka mengapa Ayah memberi Baskara izin. Sulit baginya menepis fakta bahwa dia ingin terlihat presentable di depan Baskara.

Amanda malu, khawatir Baskara mengira dirinya sedang salah tingkah. Ke mana wajah datar itu, ke mana kepiawaian Amanda dalam menentukan ekspresi? Ah, andai saja Baskara tidak setampan malam itu, Amanda takkan terbawa perasaan.

"Kamu cantik." Amanda tersandung, tidak sampai jatuh karena Baskara berhasil memegangnya.

"Apa yang sakit, Sasi?"

"Enggak ada, gak apa-apa." Baskara, mengapa kamu ungkapkan pernyataan itu? Ah, gadis kutu buku telah masuk ke dalam pesonamu.

Tibalah di rumah Baskara. Amanda menyetujui pilihan Mama pada warna ivori, penampilan yang classy membalut tubuhnya. Mereka mendekat menuju pintu utama, muncul seorang wanita berpenampilan yang sama classy-nya dengan Amanda. Senyumannya menentramkan hati, menyambut Amanda dengan penuh kasih. Keduanya sama-sama menghampiri, berpelukan dan cipika-cipiki, bak kapitalis.

Mama merangkul Amanda dan membawa gadis itu masuk ke dalam. Sesampainya di meja makan, Amanda dibuat terperangah dengan semua hidangan di sana.

"Selamat datang! Semua untuk, Sasi." sejak Baskara memberi surat undangan makan malam, Amanda sudah mengetahui seberapa niat wanita itu. Bahkan beliau menghubungi beberapa kenalannya terkait gizi, komposisi, dan aspek lainnya—perihal makanan yang beliau masak.

Bahasa tubuh wanita itu gembira sekali, Baskara tak menyangka kalau Mama sangat menyukai kehadiran Amanda padahal belum pernah bertemu.

Amanda memilih makanan pembuka jatuh pada sepotong keik sifon, ketika masuk ke dalam mulut, maka seterusnya dia akan mengenang rasanya. Mari kita saksikan, akan jadi apa makan malam Amanda kali ini?

Mama menawarkan sebuah sus, ketika Amanda menyicipi satu gigitan, vla yang rasanya benar-benar autentik itu memperkenalkan diri dengan baik. Rasanya tidak berlebihan, tak terlalu manis, cocok di lidah gadis itu—begitupun dengan kue koci yang, ah, mati sajalah, lezat nian.

Selanjutnya mencicipi lasagna masakan beliau ini, semangat sekali dirinya menunggu respons Amanda terhadap masakannya. "Enak banget, Bu!" mengambil sepotong daging dan memakannya, "dagingnya empuk banget! Sausnya akan jadi favorit, sih." lezat sekali, belum lagi ketika menyicipi tortelini, farafela, kemudian pene yang sangat lezat. Komposisinya seimbang, Amanda tidak enek.

Setelah merasakan semua hidangan utama, Amanda menerima gelato dari Mama. Nikmat sekali, rasa, suasana, dan kehangatan beliau membuat gadis itu nyaman. Amanda mengambil tutti frutti yang semua buah-buahnya dia sukai. Gadis itu menyicipi semuanya mulai dari krep, sufel, kukis, yang paling juara, es krim Neapolitan.

You're MyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang