29. Acara Lamaran Teman

479 67 1
                                    

Masalah Tzuyu telah selesai. Jennie memutuskan resign dari kantor. Sejak awal ia tidak mempunyai tujuan untuk bekerja. Ia bekerja semata-mata hanya untuk memantau Limario dan Tzuyu. Karyawan lain sampai dibuat bingung mengapa Jennie memilih mengundurkan diri. Mereka hanya dapat berasumsi bahwa Jennie tengah bertengkar dengan Lim.

Kembali ke setelan awal, dimana seharian ia mengerjakan pekerjaan rumah. Mulai dari bangun tidur sampai sekarang pekerjaan tidak ada habisnya. Hari ini Limario sengaja pulang sebentar hanya untuk makan siang bersama dengan Jennie diapartemen.

"Kamu mau kemana?"

Selesai makan tadi Jennie langsung ke kamar. Limario pikir Jennie mau tidur, ternyata mau ganti baju. Kini ia telah cantik memakai dress pink dibalut kardigan crop hitam rajut. Rambutnya yang hitam indah ia biarkan tergerai.

"Acara lamaran teman" jawab Jennie.

"Mau aku anterin"

"Nggak" tolaknya serta merta. Dendam semalam masih tersisa.

"Emang dimana tempatnya?"

"Tuh di gedung mewah dekat sini"

"Hati-hati, kalau mau dijemput telpon saja eoh"

"Gak perlu" ketusnya melengos pergi bersama tas selempang lusuhnya. Limario terkekeh kecil. Marahnya Jennie itu lucu.

Setibanya dilokasi, acara lamaran telah selesai. Jennie telat menyaksikannya tetapi tidak apa-apa. Tamu-tamu lain masih belum pulang.

"Jennie sini" panggil seseorang menyebut namanya. Meminta Jennie menemuinya.

"Omo! Oremaniya" ucap salah satu gadis memeluk tubuh Jennie. Jennie tertegun ditempat hingga si pelaku melepaskannya.

"Gimana kabarmu"

"Aku baik" ucap Jennie menjawab pertanyaan basa-basi perempuan didepannya ini.

"Ku dengar suamimu Kim Limario, kok gak bareng dia kesini"

Entah mengapa Jennie merasa pertanyaan ini adalah sebuah sindiran. Mengingat ia dengan mereka tidak pernah akur semasa SMA dahulu.

"Dia sibuk di kantor"

"Woah, kamu lagi hamil?" seru gadis berambut cokelat heboh tatkala melihat bentuk perut Jennie.

"Ne" jawab Jennie seadanya sembari menutupi perutnya menggunakan tangan. Berjaga-jaga apabila mereka mulai mengganti topik dengan membicarakan anaknya.

"Berapa bulan?"

"Lima"

"Ngomong-ngomong gimana caranya kamu bisa dapatin Lim"

"Majayo, mumpung kami masih jomblo. Kami juga mau cari cowok kaya" sahut yang lain. Jennie mulai gugup.

"Aku dan dia dijodohkan"

Audiens seketika kecewa. Ekspresi mereka langsung berubah usai mendengarnya.

"Pantesan dia mau sama kamu"

"Tau tu, kenapa gak aku aja yang dijodohin sama dia pasti gak malu-maluin banget"

"Jen, Jen. Ini udah tahun berapa dan kamu masih memakai tas buluk ini. Ini sepantasnya dibuang" ejek si gadis pembully memperhatikan tas Jennie.

"Seenggaknya kalau miskin pandai gaya dikit napa. Gak heran suami kamu selingkuh"

Hingga pandangan si gadis turun kepada paper bag ditangan Jennie. Tanpa aba-aba dia merebutnya. Si tuan rumah tersebut membuka bungkus kadonya dihadapan banyak orang.

"Seratus won, haha"

Tawanya usai melihat label harga dihanduk tersebut. Ia pun dengan entengnya membuang kado tersebut. Jennie menunduk ketakutan. Trauma saat-saat dia dibully kembali muncul ke permukaan. Menyesal telah menerima undangannya untuk datang.

"Ternyata jadi nyonya Kim gak bakal merubahmu menjadi kaya, bahkan bau miskinnya masih sangat melekat"

"Baunya tercium dari jarak 100 m" timpal yang lain.

"Pasti dia dijodohin demi keuntungan keluarga Kim kalau tidak kenapa hanya dia yang disembunyikan dari publik"

Cemoohan itu tak henti bergulir menghakiminya. Mata Jennie yang selama ini tertutup, mereka buka lebar-lebar melihat fakta. Fakta bahwa In Ah menikahkannya dengan Lim demi kepentingan pribadi.

"Eh tapi bajunya bagus loh"

"Hooh, aku baru sadar. Ini kan pakaian mahal"

"Tunggu" interupsi seorang wanita berpakaian glamor berdiri mendekati Jennie. Menatap lekat baju Jennie.

"Ini kan dress yang selama ini ku cari. Kenapa bisa ada sama kamu"

"Aku tidak tau. Ini hadiah dari suamiku" cicit Jennie menundukkan kepala.

"Berikan padaku" ucapnya menarik-narik pakaian Jennie. Jennie sekuat tenaga mempertahankan miliknya hingga suara Limario datang menginterupsi membuat si wanita menghentikan kegiatannya.

"Maaf telat" ucap Limario dengan napas terengah-engah.

"Kim Limario?" ucap mereka serentak.

"Sudah ku bilang tunggu sebentar, kamu ninggalin kadonya dimobil"

"Bukannya dia ngasih kado handuk murahan itu" ucap gadis si pemilik acara menunjuk kotak kado dilantai.

"Itu milik pembantu kami. Dia minta tolong belikan handuk itu untuk hadiah kerabatnya" alibi Limario mengarang cerita palsu.

Limario memberikan paper bag tadi ke si wanita. Tanpa berlama-lama ia membukanya hingga mendapati dua botol parfum mewah seharga miliaran.

"Woah, itu kan parfum mahal"

"Kalau gak salah itu parfum satunya 5 M" sahut yang lain terkagum-kagum.

Limario tidak mempedulikan ocehan mereka. Ia merapikan pakaian Jennie lalu mengusap sayang pipinya. Tatapan Jennie kosong membuat Limario terhenyak. Ia tau Jennie dibully makanya dia rela meninggalkan pekerjaan di kantor demi datang kesini.

"Gwencana?"

Kesadaran Jennie kembali. Mata kucingnya menatap lekat wajah tampan sang suami yang kentara sekali mengkhawatirkannya. Karena Jennie cuma diam, Limario bergegas membawanya pulang usai pamit pada sang pemilik acara.

Setibanya di apartemen, Limario turun duluan membukakan pintu untuk Jennie. Jennie keluar. Lim menutup pintu mobil kemudian menuntunnya masuk ke dalam. Sebentar lagi malam, ia harus segera mandi lalu turun memasak makan malam. Ketika sedang fokus memotong bawang, Limario datang memeluknya dari belakang. Pria itu menyimpan dagunya dibahu lebar Jennie dengan tangan melingkar diperut sang istri.

"Kamu masih marah?" tanyanya.

"Anniyo"

"Sesekali kamu harus melawan ucapan mereka"

"Mereka benar. Aku hanya perempuan miskin"

"Jangan ngomong kayak gitu. Aku gak pernah malu apapun keadaanmu" ucap Limario. Pria itu semakin menyamankan dirinya dileher Jennie.

"Kamu kok wangi banget sih" gumamnya menghirup leher jenjang Jennie. Tangannya beralih mengelus baby bump sang istri membuatnya merasa nyaman.

"Jangan sampai stress hum, gak baik buat kamu sama baby kita" nasehatnya. Jennie tertegun oleh sikap manis Limario. Kini tidak ada lagi Limario yang dingin.

"Masak apa sayang?" tanyanya memanggilnya dengan panggilan sayang membuat Jennie tidak bisa mempercayai pendengarannya.

"N-nasi goreng" gagap Jennie.

"Enak tuh dimakan dingin-dingin gini" ucap Lim antusias. Ia menyukai apapun yang Jennie masak tanpa banyak protes.

"Mau aku bantu?"

"Anniyo, ini dikit lagi selesai. Kamu duduk saja"

Limario pun pergi duduk menunggu dimeja makan. Menunggu beberapa menit sampai nasi goreng Jennie siap. Setelahnya mereka makan bersama tanpa suara. Jennie tidak sanggup menatap Lim usai Lim memanggilnya sayang.














Tbc

Marriage Without LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang