Bangun bangun Jennie telah ada di apartemen Lim. Ia menoleh kanan dan kiri. Sang pemilik apartemen tidak menampakkan diri. Apakah ia telah pergi ke kantor. Dilihat jam, masih jam enam pagi, rasanya tidak mungkin Limario pergi secepat ini.
"Kamu lapar ya nak, kajja kita cari makanan"
Begitu pintu kamar dibuka, aroma harum dari masakan langsung menyambut penciuman. Ketika diikuti, aroma itu membawanya ke sebuah meja makan dengan Limario sebagai koki.
"Kau sudah bangun" sapa Limario. Jennie memutar mata. Pandangannya tertuju pada sarapan yang Limario buat.
"Aku buatin kamu sup ayam dan kimbap. Makanlah"
"Pasti masakannya gak enak" gumam Jennie menggerutu. Dari tampilan memang terlihat lezat. Aromanya pun harum. Tetapi melihat siapa yang memasaknya Jennie jadi kenyang.
"Tunggu apa lagi, duduklah"
"Ogah, kalau kamu yang masak pasti rasanya hancur kayak muka kamu" tolak Jennie membuang muka seraya berpangku tangan.
"Coba dulu baru protes"
Jennie tetap berpaling darinya. Inilah sifat wanita yang harus selalu ia pahami. Kalau wanita tidak pernah salah dan maunya dimengerti. Limario menggelengkan kepala. Lelaki itu pergi untuk bersiap-siap. Usai memastikan Limario pergi, Jennie menarik kursi. Perutnya lapar setelah semalaman tidak makan di kantor.
"Tidak buruk" gumamnya setelah mencicipi kuah supnya. Kimbapnya pun enak. Takarannya pas. Tidak hambar, tidak pula asin.
Saking laparnya Jennie menghabiskan satu mangkok sup ayam dan kimbap tersebut dengan cepat. Meski begitu ia merasa belum kenyang. Kini sarapan Limario menjadi targetnya.
"Tadi katanya gak mau" ledek Limario telah rapi dengan pakaian kerja.
"Emang gak enak. Cuman kepaksa dimakan" alibi Jennie membuat pria itu tersenyum tipis.
Ketika hendak menyendok makanan, Jennie terus menatapnya. Bukan padanya tetapi pada makanannya.
"Mau?"
Wanita itu mengangguk cepat. Limario menggeser mangkok sup tersebut ke dekat Jennie. Dengan lahap ia memakannya. Lim tersenyum. Selagi Jennie dan anaknya sehat. Ia tidak apa tidak makan.
"Aku pergi dulu"
"Tunggu" tahan Jennie menarik jasnya.
"Aku mau ikut"
"Di rumah saja"
"Nggak!" geleng Jennie cepat.
Tidak mau melepaskan jas Limario dari genggamannya. Buru-buru Jennie menghabiskan makanannya. Limario takut ia tersedak.
"Pelan-pelan saja"
Selesai makan, Jennie menarik tangan Limario masuk lagi ke kamar. Mengikat tangan Limario pada meja belajar menggunakan syal. Lelaki itu pasrah dan tidak melawan.
"Apa masih lama?"
"Tunggu, cuma sebentar" ucapnya sehabis dari kamar mandi memelototi Limario.
Lim memperhatikan gerak-gerik Jennie yang mondar-mandir sana-sini seperti setrika. Cewek kalau dandan lebih ribet dari cowok.
"Ish, kenapa tinggi banget sih" gerutunya kesusahan menggapai baju dirak paling atas hingga handuknya melorot ke bawah.
"Aaa" jeritnya cepat-cepat memakai handuknya lagi sedangkan Limario menutup mata. Ia sedang tidak mau memperkosa istrinya itu sekarang.
"Apa kau melihatnya?"
"Hmm" dehem Limario.
"Dasar mesum" ketusnya membuat Limario melongo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Without Love
FanfictionLimario dan Jennie menikah gara-gara dijodohkan oleh Seo In Ah yang merupakan ibu dari Limario. Jennie dulunya adalah anak orang kaya raya tetapi setelah orangtuanya meninggal ia jatuh miskin. In Ah pun menyesal telah menikahkan putranya dengan Jenn...