27. Berebut Cemilan

520 64 1
                                    

Tiga hari yang lalu Jennie telah diperbolehkan pulang oleh dokter. Untuk sementara, ia tidak perbolehkan oleh Limario pergi bekerja. Alhasil, Jennie terpaksa kembali dititipkan di mansion sampai Limario pulang.

"Lim mau coklat gak ini enak loh"

Entah darimana ia datang-datang membawa sebatang coklat. Mengganggu Limario yang sedang sibuk bekerja di ruang tengah.

"Dikira aku anak kecil apa dikasih coklat" batin Limario. Namun cukup terhibur oleh kelakuan Jennie. Akhir-akhir ini dia tidak selalu murung lagi.

"Heh kamu siapin air minum buat tamu-tamu cepat" suruh In Ah.

Tanpa membantah dan banyak bicara, Jennie pergi ke dapur membuatkan teh hangat. Sebelum ia pergi ke minimarket tadi, tamu-tamu ini belum ada. Menurut asumsinya tamu-tamu ini adalah teman-teman Daehyun. Sebab jumlah tamu sangat banyak, Jennie terpaksa dua kali balik mengantar minuman.

"Miskin banget Dae cuma teh anget" sindir teman Daehyun.

"Bikinin yang lain kayak jus mangga atau apa gitu. Jangan malu-maluin gue" protes Daehyun.

Limario tidak mendengar percakapan mereka sebab berada di ruang tengah. Ia lihat Jennie balik lagi ke dapur membuatkan jus mangga, alpukat, dan jeruk. Jennie antar lagi satu-satu ke ruang tamu.

"Ambilin cemilan sekalian. Lambat banget sih kerja" decak Hyuna ikut menyuruh-nyuruh Jennie seolah dia adalah nyonya di rumah ini.

Untung tadi ia baru belanja cemilan di minimarket, Jennie tidak perlu susah-susah keluar membelinya dulu. Kalau bukan karena menghormati tamu, Jennie tidak sudi jadi pembantu.

"Soju atau whiskey gak ada Dae, udah lama gak mabuk kita nih"

"Eh Soju sama Whiskey ada gak?"

"Gak Oppa"

"Ya cepat beli sana"

"Uangnya?" tanya Jennie membuka telapak tangannya.

Daehyun terpaksa mengeluarkan beberapa lembar uang. Wajahnya terlihat sangat terpaksa. Selama ini Daehyun selalu mengharapkan uang dari sang adik atau ibunya tapi sekarang ia harus mengeluarkan uang pribadi. Kalau minta ke In Ah dulu, Daehyun bisa dipermalukan oleh teman-temannya.

"Cepetan sana beli" suruh Daehyun.

Beruntung minimarketnya terletak diseberang mansion. Jennie tidak perlu menggunakan taxi atau angkutan umum untuk kesana.

"Ini" ucap Jennie meletakkan beberapa botol Soju dan Whiskey diatas meja. Uang yang berlebih ia kembalikan.

"Kau tidak membeli minuman soda?" tanya Hyuna.

"Udah ada dikulkas"

"Ambilin cepat"

"Unnie saja yang ambil" tolak Jennie tidak mau lagi disuruh-suruh membuat Hyuna maupun Daehyun terkaget-kaget. Tidak biasanya Jennie membantah.

"Berani membantah?"

"Aku bukan pembantu" balas Jennie.

"Loh, dia bukan pembantu di rumah ini?" tanya teman-teman Daehyun ikut keheranan.

"Dia emang pembantu. Sudah sana cepetan ambil" bela In Ah. Jennie tidak apa-apa disuruh-suruh tapi ia kecewa In Ah menganggapnya sebagai pembantu.

"Daddy~" adu Jennie pada Minkyu.

"Iya nak" jawab Minkyu.

"Aku capek disuruh-suruh. aku kan baru pulang dari rumah sakit juga" ucap Jennie dengan nada mendayu. Minkyu tersenyum tipis. Menantunya ini kini mulai berani melawan.

"Hyuna kamu ambil saja ke dapur sendiri dan kamu, In Ah, Jennie menantuku sekaligus nyonya rumah ini bukan pembantu" bela Minkyu membuat In Ah dan Hyuna menggeram sedangkan Jennie tersenyum penuh kemenangan.

Dengan muka masam Hyuna pergi mengambil minuman kaleng soda di kulkas sementara Jennie duduk di lantai dapur membongkar jajanannya di minimarket tadi.

"Astaga. Anak hilang darimana ini" Limario spontan memegang dada. Hampir saja menginjak kaki Jennie.

"Sembarangan, aku bukan anak hilang" bantah Jennie.

Limario memperhatikan cemilan yang Jennie beli. Kebanyakan makanan tidak sehat seperti ciki-ciki. Seketika ide jahil muncul dibenaknya.

"Daddy" teriak Limario memanggil sang ayah.

"Wae?" jawab Minkyu mengeraskan volume suaranya sebab ia duduk diruang tamu bersama yang lain.

"Lihat, apa yang menantu Daddy ini beli" adu Limario membuat Jennie cepat-cepat memasukkan kembali jajanannya ke dalam kantong plastik.

"Lim gak usah cepu deh"

Dalam hati Limario menahan tawa melihat wajah panik Jennie. Minkyu melarangnya memakan makanan pengawet karena hal itu tidak baik bagi kesehatannya.

"Beli apa memangnya?" Minkyu datang memeriksa.

"Gak ada apa-apa kok Dad. Lim emang cepu kayak bocah. Sunatin aja sekali lagi Dad. Nakal banget" cerocos Jennie menyembunyikan kantong kresek tersebut dibalik punggungnya.

"Kalo disunatin lagi habis dong punya Lim"

"Baguslah. Kan gak bisa hamilin anak orang lagi" ketus Jennie membuat Minkyu dan Limario terkekeh. Karena diganggu oleh Limario, Jennie pindah ke taman belakang.

"Apa lihat-lihat sana pergi" usir Jennie tatkala Limario mengikutinya ke belakang.

"Eh itu punyaku"

"Gak boleh pelit" balas Limario dengan entengnya membuka bungkus keripik kentang Jennie.

Takut cemilannya diambil lagi, Jennie beringsut menjauh dari Limario. Semakin Jennie menjauh, Limario semakin mendekat. Pria itu ikut menghabiskan jajanan Jennie. Seumur-umur hidup belum pernah memakan makanan seperti ini. Ternyata enak juga.

"Ige mwoya?"

"Kinderjoy" jawab Jennie. Limario memperhatikannya seksama. Memang aneh laki-laki satu ini.

"Iih sana jangan dekat-dekat"

"Ku bilang Daddy baru tau" ancam Limario membuat Jennie pasrah.

"Wih dapet mainan" seru Limario tak menduga didalam cangkang kinderjoy ini ada mainannya.

"Ck, bocah" decak Jennie.

Tinggal satu makanan lagi yaitu permen lolipop. Keduanya sama-sama saling bertatapan. Berpacu kecepatan untuk merebut dari satu sama lain. Namun kali ini Limario lebih cepat.

"Aku dapat" serunya menjulurkan lidah.

"Kembalikan permenku"

"Nggak. Ini punyaku sana" tolak Limario menahan wajah Jennie yang hendak menjangkau permen tersebut dari tangannya.

Jennie pasrah. Wanita itu hanya bisa duduk memperhatikan Limario menikmati permennya. Mengapa pria ini menjadi sangat menyebalkan sekarang.

"Mau?" tanya Limario. Sebelum menawarkannya ke Jennie ia telah menjilat permennya membuat Jennie mendengus.

Jennie memilih mengabaikannya. Ia baru menyadari, duduk ditaman belakang ini rupanya sangat nyaman. Melihat pohon-pohon hijau serta bunga-bunga bermekaran indah. Udaranya pun segar. Jennie memejamkan mata menikmati udara dinginnya. Limario menoleh ke samping. Ia lihat istrinya itu memejamkan mata sambil memegang perut. Apa perutnya kram lagi atau pusing mengingat Jennie baru saja keluar dari rumah sakit. Lekas Jennie berdiri untuk meninggalkan tempat.

"Ngambek?"

"Anniyo. Aku mau tidur" jawab Jennie beranjak pergi.

"Tunggu" interupsi Limario mengejar langkah Jennie sebelum terlalu jauh.












Tbc

Marriage Without LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang