Selamat membaca semua nyaa !
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya , support aku dengan vote , dan komentar kalian sebanyak- banyaknya.
Kirana yang tiba - tiba pingsan pun membuat teman - teman nya merasa bingung.
Alessio dengan sigap menggendong Kirana dan membawa Kirana kembali ke Panti Asuhan.
"Lalu ini bagaimana? Apa benar pintu ini yang di cari Kirana?" Tanya Jullian.
"Sudah itu nanti saja, kita pikirkan keselamatan Kirana dulu" jawab Chiara.
Alessio menggendong Kirana dari tempat mereka menemukan pintu itu sampai ke Panti Asuhan.
Ibu Ranti yang melihat kedatangan Kirana yang seperti itu pun berseru panik "Ini ada apa, kok bisa Kirana sampai pingsan begini?" Tanya nya dengan nada Khawatir.
"Tadi saat kami mencari sesuatu, tiba - tiba saja Kirana pingsan bu" jawab Alessio, karena ia juga tak tahu mengapa Kirana jatuh pingsan begitu saja.
Kemudian Bu Ranti, mengambil minyak angin dan mengoleskan nya di dekat hidung Kirana, agar Kirana dapat segera bangun.
Dan benar saja tak lama itu Kirana pun sadar.
"Aku dimana?" Tanya Kirana bingung.
"Kamu tadi pingsan, dan sekarang kami bawa kamu ke Panti Asuhan" balas Chiara lega melihat Kirana sudah siuman.
Kirana mengangguk lemah dan merasa sedih karena ia belum sempat melihat pintu dan belum memastikan apakah itu benar pintu kuno yang ia cari.
"Jangan khawatir, Kirana. Kita masih punya waktu untuk mencari lagi. Pintu itu masih di sana, menunggu untuk kita buka,” kata Alessio dengan nada menghibur.
“Kita harus memastikan Kirana benar-benar sehat sebelum melanjutkan pencarian kita,” kata Jullian dengan bijak.
Beberapa hari kemudian, setelah Kirana pulih sepenuhnya, mereka memutuskan untuk kembali ke hutan dan memeriksa pintu kayu kecil itu. Mereka berjalan dengan hati-hati, memastikan Kirana tidak terlalu lelah.
“Apakah kamu siap, Kirana?” tanya Chiara dengan cemas.
“Ya, aku siap. Mari kita selesaikan apa yang kita mulai,” jawab Kirana dengan tekad kuat dan berharap itu pintu yang ia cari.
Setibanya di lokasi, mereka membuka pintu kayu kecil itu dan masuk ke dalam. Di balik pintu, mereka menemukan sebuah ruangan kecil yang gelap dan berdebu, dengan beberapa barang tua yang tertinggal.
“Ini bukan pintu kuno yang aku cari,” kata Kirana dengan nada kecewa.
Kirana duduk di lantai ruangan itu, memandangi barang-barang tua dengan mata berkaca-kaca. Alessio, Chiara, dan Jullian duduk di sekitarnya, mencoba menghiburnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Portal Desa
JugendliteraturDi sudut terpencil sebuah desa yang tenang , terdapat sebuah rumah kecil yang menjadi tempat bagi dua jiwa yang tak terpisahkan : nenek dan cucunya , Kirana . Kirana kehilangan orang tua nya di saat ia berusia 8 tahun dan sejak saat itu , ia telah d...