15 | If I Could

38 7 1
                                    

Meskipun hari semakin larut, ruang kamar bernuansa merah muda dipenuhi koper-koper dan baju yang tidak tertata rapi. Bukannya melanjutkan aktivitas berkemasnya, gadis itu hanya berjalan kesana kemari sembari menggigit ujung kukunya.

Wonyoung merasa gelisah. Ia merutuki perbuatannya tadi pagi. Seharusnya ia tidak melakukan hal itu bukan?

Ponsel di nakasnya bergetar, menunjukkan ada panggilan dari sebuah kontak.

"Halo Kak? Aku masih beberes."

"Iya, ngga begadang kok. Tenang aja," ujarnya.

Mengingat ia harus terbang ke Jepang besok, Wonyoung harus kembali ke rumah setelah proses syuting berakhir. Ia harus berpamitan kepada keluarganya.

Namun, karena Wonyoung kembali ke rumah itu lah yang membuat Eunbi khawatir adiknya akan terjaga sepanjang malam. Pasalnya, Wonyoung terlalu merindukan rumah, sehingga ia akan cukup aktif saat berada di rumah.

Setelah percakapan singkat itu berakhir, ia segera mematikan panggilannya. Peringatan dari Eunbi membuatnya tersadar bahwa ia harus segera istirahat. Pakaian yang berserakan kembali ia lipat dengan rapi dan dimasukkan ke dalam koper.

****

Pagi-pagi buta, Wonyoung sudah rapi dengan pakaian dan riasan tipisnya. Gadis bertubuh jangkung itu juga memeriksa kembali barang bawaannya, antisipasi jika ada yang tertinggal.

"Mau bawa ini ngga Won?" tanya Irene sambil menunjukkan sebungkus rumput laut. Dengan cepat Wonyoung mengangguk.

"Jam berapa Kak Eunbi jemput?" Kini giliran Suho yang bertanya.

"Baru jalan dari rumahnya," jawab gadis itu. Suho mengangguk dan kembali melahap rotinya.

Wonyoung pun keluar dari rumahnya untuk menengok langit yang hampir terang. Berdasarkan diskusinya dengan Eunbi, ia memilih untuk keberangkatan di pagi hari supaya menyisakan banyak waktu istirahat.

Alisnya berkerut setelah mendengar ada suara gerbang terbuka. Kepalanya berputar ke arah sumber suara. Seorang pemuda juga keluar dari sana, lengkap dengan tas ransel dan jaket universitasnya.

Wonyoung langsung berniat masuk ke halaman rumahnya, tapi ia segera mengurungkan niat. Haruto nampak tidak menyadari keberadaannya di sana. Pemuda itu juga berjalan ke arah yang berbeda. Wonyoung ragu untuk memanggilnya, ia memilin ujung bajunya sendiri.

"Haru--" Panggilannya terhenti.

Tidak.

Ia tidak akan berbicara kepadanya untuk sementara waktu. Pasti Haruto masih merasa terganggu bukan? Ia tidak boleh mengganggunya lagi.

━─━────༺ LOOVE ༻────━─━

"Jang Wonyoung! Lihat ke kamera!"

"Wonyoung! Ambil hadiahku!"

"Jang Wonyoung!"

"Wonyoung cantik!"

"Selamat datang di Jepang Wonyoung!"

Kerumunan fotografer dan penggemar memenuhi ruang gerak Wonyoung saat baru keluar dari bandara. Ia melambaikan tangannya dengan ramah, sambil tersenyum kepada mereka.

Meskipun ia masih lelah, menyapa seluruh orang yang menyambutnya adalah suatu keharusan. Bahkan, di saat seperti ini, Wonyoung harus tetap berpose sejenak demi kebutuhan liputan mereka. Hal ini sudah biasa terjadi di dunia hiburan Korea Selatan, dan ia sudah terbiasa dengan itu.

LOOVE II : Promise Me | Wonruto ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang