6 | Home

55 8 2
                                    

Haruto menyusuri jalan yang sudah lama tidak ia lalui. Kini tubuhnya lebih tinggi, rambutnya ia biarkan semakin tumbuh panjang dibanding masa ia SMA dulu. Kehidupan perkuliahan cukup merubah penampilannya saat ini.

Namun, Haruto tetaplah Haruto. Sampai kapanpun, kebiasaannya juga tidak akan berubah.

Sesampainya di depan gerbang berwarna hitam tinggi yang berdiri kokoh, Haruto memencet bel rumah itu. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya pun keluar dari sana.

"Ma, laper.." ucapnya sambil bersandar di gerbang. Nampak seperti anak yang tidak pernah diberi makan orang tuanya.

"Mama tunggu daritadi, ngga selesai-selesai."

"Aku habis rapat, terus main PS bentar." Jennie menghela nafas sembari membuka gerbang.

Bug!

Haruto langsung memeluk erat ibunya. "Bau keringet, bau kaporit badanmu, mandi sana!"

"Ga mau." Haruto semakin mengeratkan pelukannya.

"Mama ga bisa nafas ini, mau mama baru?" Haruto langsung melepaskan pelukannya dan menatap ibunya sinis. Wanita itu pun tertawa geli.

"Masuk sana, papa udah nungguin."

Haruto mengangguk lalu menuruti perintah ibunya.

"Tuan Muda Watanabe Hanbin apa kabar!?" seru Haruto ketika menuju dapur.

Hanbin sedikit tersedak. Ia mungkin harus terbiasa dengan sikap putranya yang semakin kurang ajar. Apakah anaknya salah pergaulan?

"Hari-hari makin ngga bener kamu ya."

Haruto tertawa lalu memeluknya. "Kamu mandi, makan, terus tidur."

Haruto melihat beberapa makanan yang sudah tersusun. "Yang makanan manis, aku makan sekarang, tapi yang makanan berat, besok aja gimana?"

"Emang ngga laper?" tanya ibunya.

"Dilihat-lihat udah mau jam 12, aku takut sakit perut tapi mau ganjel pake makanan."

"Ya udah, nanti bisa dipanasin besok." Jennie membereskan beberapa makanan.

Kemudian, pemuda itu naik menuju kamarnya. Saat baru dibuka, ruangannya gelap, untung saja kamarnya belum dilelang. Bahkan aromanya khas seperti terakhir kali ia tinggalkan.

Sebenarnya, setiap hari pekan seluruh mahasiswa punya kesempatan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Akan tetapi, seringkali Haruto berkutat dengan tugas dan kegiatan latihannya di kampus. Sepertinya hari itu adalah kedua kalinya ia pulang selama menjadi mahasiswa.

"Anjing, gua lupa bawa boneka cireng lagi!" ucapnya saat melihat ada yang kurang di meja koleksi figurnya.

Haruto pun membuka gorden kamarnya, hanya ada pantulan dirinya di sana. Nampaknya ruangan di seberang kamarnya masih tidak berpenghuni. Bahkan nampak lebih sunyi dibanding kamarnya ini.

Haruto kembali mengingat ucapan Wonyoung saat terakhir kali mereka bertemu. Sampai hari ini, ia masih belum mengerti. Kenapa tiba-tiba gadis itu sangat marah kepadanya? Padahal mereka tidak pernah meributkan apapun soal kesibukan masing-masing.

Di sisi lain, ia juga memikirkan perkataan adik tingkatnya di klub. Ada perasaan ia tidak ingin berpartisipasi atas nama klubnya lagi. Namun, dalam lubuk hatinya, ia juga ingin bangkit dari rasa trauma yang sempat menimpanya.

━─━────༺ LOOVE ༻────━─━

Dengan dentuman musik di telinganya, Haruto berlari mengitari kawasan perumahannya sembari membiarkan tubuhnya terkena sinar matahari. Sesekali ia berhenti di tempat-tempat yang dulu sering ia singgahi untuk bermain. Setelah 8km ia berlari, ia pun memutuskan untuk duduk di bangku sebuah taman.

LOOVE II : Promise Me | Wonruto ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang