22 | USA

41 9 2
                                    

Suara riuh dari para wartawan dan penggemar, mengerumuni artis global, Jang Wonyoung, beserta para timnya. Ia melambaikan tangan kepada kamera-kamera itu. Bahkan beberapa hadiah dan surat juga ia ambil, untuk menghormati para penggemarnya.

Tak lupa, sebelum masuk ke dalam mobil, Wonyoung menyempatkan untuk berpose di depan wartawan. Setelah ini pemberitaan mengenai kehadirannya di Amerika Serikat akan tersebar.

Wonyoung menghela nafas, pasca pintu mobilnya ditutup. Ia melirik setiap hadiah dan surat yang diberikan. Setelah ini, di hotel ia akan membuka mereka semua.

"New York Fashion Week malem ya, kamu punya waktu tidur 4 jam. Pagi kita harus fitting dulu." Eunbi mengabarkan seluruh agenda yang akan mereka lakukan hari itu.

Wonyoung mengangguk kecil. Ia merasa tidak sabar dengan acara yang sudah dinanti-nantinya sejak lama. Di depannya, sudah terpasang kamera yang tengah diatur untuk merekam kontennya.

"Siap Won?" tanya seorang stafnya, Wonyoung mengangguk.

Kamera menyala. Wonyoung segera menyapa para penggemar melalui jarak jauh. "Oney, aku udah sampai di New York. Bahkan tadi banyak kalian yang datang menyambut ke bandara."

"Aku harap kalian istirahat yang cukup," ujarnya.

Ia melanjutkan dengan bersenda gurau bersama manajer, beserta staf yang lain. Bahkan setelah sampai di hotel, Wonyoung tak lupa memperlihatkan kamar yang dipesankan khusus untuknya. Di kasur empuk itu, sudah tertata rapi kotak-kotak berlabel mewah, demi menyambutnya datang.

Seperti biasa, Wonyoung selalu memilih satu kamar dengan Eunbi. Ia hanya ingin memiliki teman di kamar seluas itu. Hitung-hitung, dirinya seperti punya kakak kandung perempuan. Bukankah menyenangkan?

━─━────༺ LOOVE ༻────━─━

Seperti yang telah direncanakan sebelumnya, Wonyoung pergi mengunjungi desainer label yang menjadikannya global ambassador.

"Great to see you again, Wonyoung!" (senang melihatmu kembali Wonyoung!) Sapa wanita berjas hitam, yang usianya sekitar 50 tahun-an.

Wonyoung ikut menyapanya, ia segera dibawa masuk untuk diperlihatkan beberapa koleksi tas yang terinspirasi dari mode pakaian gadis itu.

"I like to wear something to keep it fashionable, but not too crowded by its decorations."

Wonyoung menjelaskan tipe model pakaiannya kepada sang desainer. Mendengar pujian itu, lantas sang desainer merasa bahagia.

Di dalam sana sudah banyak wartawan yang meliput kehadiran Jang Wonyoung, untuk mempersiapkan New York Fashion Week. Ia juga turut melihat pakaian untuk nanti malam dikenakannya.

Gaun indah berwarna putih, dengan motif bunga disertai sabuk hitam di pinggang, memikat hatinya sejak pertama kali. Wonyoung terpukau dengan modelnya yang elegan. Ia tidak bisa membayangkan ketika dirinya mengenakan pakaian itu.

Serangkaian acara bergengsi seakan membawa Wonyoung larut dalam keindahan setiap seni di pakaian-pakaian yang ditunjukkan. Ia terpukau saat melihat setiap busana yang dikenakan para model.

Hal itu sekaligus menyita sepenuhnya energi Wonyoung. Apalagi esok hari ia harus berlatih menari, karena akan dilakukan proses syuting untuk video musiknya.

Malam hari di kamar hotel, Wonyoung sudah siap dengan pakaian tidurnya. Bahkan Eunbi sudah terbaring di kasur.

Ponselnya berdering, mengalihkan perhatian Wonyoung pada benda pipih itu. Saat melihat siapa yang menelepon, sempat ia ragu untuk mengangkatnya. Akan tetapi ia tidak ingin mengganggu Eunbi yang tengah tertidur.

Tombol hijau ditekan, Wonyoung mengambil nafasnya dalam.

"Kenapa?"

"Gue baru inget, minggu depan gue kompetisi. Lo pulang kapan?"

Baru ingat katanya?

"Ngga tau, banyak jadwal di sini."

"Ngga bisa hadir ya? Ya udah kalo gitu."

"Iya, belum tau kapan gue pulang. Mungkin bakal lama di sini." Ia menjawab dengan ketus.

Panggilan itu tidak berlangsung lama. Tepat setelahnya, Haruto menutup telepon mereka. Bahkan pemuda itu sama sekali tidak memberikan kabar apapun, membuat Wonyoung juga tidak lagi memberikan kabarnya seperti biasa.

━─━────༺ LOOVE ༻────━─━

Hari-hari Wonyoung selalu disibukkan dengan persiapan album barunya. Tim kreatifnya memilih beberapa tempat syuting di Amerika Serikat, yang nampak cocok dengan konsep mereka. Itulah mengapa Wonyoung cukup lama berada di sana.

Selama itu pula, dirinya sekaligus merekam beberapa konten di sana. Masa luangnya juga diisi dengan aktivitas syuting untuk menyapa para penggemar. Waktu tidur yang semakin sedikit, menjadi kebiasaan sehari-hari.

Ia merasa kelelahan pada awalnya, tetapi mengingat ia tengah berada dalam mimpinya sejak dulu, pikiran mengenai rasa lelah, seperti terlupakan.

Pada masa itu, tidak ada perbincangan antara dirinya ataupun teman-teman yang lain. Terutama sahabat kecilnya. Ia mengurungkan diri untuk berkomunikasi melalui apapun. Ia mendadak khawatir dengan perasaan yang sempat diungkapkannya.

Tidak adil?

Apakah selama ini ia merasa tidak adil? Tapi kenapa ia tidak menyadari semua itu?

"Won? Ngga tidur? Besok syuting pagi." Eunbi kebingungan melihat Wonyoung duduk termenung di sofa.

Wonyoung menggeleng, "Aku mau siaran langsung Kak."

"Tiba-tiba?" tanya manajernya.

Eunbi menyerahkan ponsel yang biasa Wonyoung kenakan untuk siaran langsung. Sebenarnya Wonyoung bisa melakukannya di ponsel miliknya. Tetapi, akan lebih efektif jika memanfaatkan gadget khusus kerjanya.

Baru saja menyalakan siaran langsung, ribuan penonton memenuhi portalnya itu. Wonyoung tersenyum lebar dan menyapa para penggemarnya.

"Kalian apa kabar? Aku pikir sudah lama ngga siaran langsung, jadi aku siaran langsung untuk sapa kalian."

"Aku dimana? Coba tebak." Wonyoung menggoda penggemarnya karena sebuah pertanyaan dalam komentar. Ia tau, pasti banyak menduga akan ada proyek besar di Amerika Serikat. Apalagi jika mereka menyadari bahwa Wonyoung masih menempati hotel yang sama.

Banyak komentar mengerumuni siaran langsungnya. Beberapa menarik perhatian Wonyoung, sehingga ia merespons itu.

Wonyoung bercerita tentang pengalamannya saat pertunjukan busana beberapa hari lalu. Banyak yang mengaku terpukau dengan penampilannya. Setiap kali ia membaca satu per satu komentarnya, hatinya merasa bahagia.

Tapi kali ini, suasana hatinya tidak mampu selaras dengan ekspresi yang ia keluarkan. Ia tersenyum lebar, tetapi tidak dengan hatinya.

Tidak ada nama seseorang yang muncul sesuai harapannya. Kenyataannya, ia memahami bahwa Haruto tidak pernah sekalipun mengikuti setiap konten atau karyanya. Wonyoung sendiri tidak pernah mempermasalahkan itu, karena bisa jadi Haruto memiliki selera hiburan yang lain.

Namun, apakah pria itu sama sekali tidak ingin mengetahui kabarnya?

Kenapa selama ini hanya dirinya yang memberikan kabar?




































©Loove II | Seon_Kim

LOOVE II : Promise Me | Wonruto ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang