29 | The letter

38 6 0
                                    

Langkah kakinya terburu-buru. Mikrofon yang dipasangkan di baju, dilepas dengan paksa. Ia mengabaikan panggilan banyak orang yang bertanya-tanya tentangnya.

Nafasnya memburu, bahkan penyanyi yang berpapasan dengannya juga tidak dihiraukan. Wonyoung menahan tangisan itu sambil berlari menuju tempat yang menjadi harapannya.

Di ruang tunggu bertuliskan namanya, ia mendorong gagang pintu dengan cepat. Tubuhnya membeku. Otaknya tidak bisa mencerna peristiwa yang terjadi saat itu.

Pria yang sedang duduk membelakanginya, sontak berdiri dan menengok ke belakang. Wonyoung berjalan mendekatinya. Tatapannya masih tidak percaya. Ia pun sulit berkata-kata.

Pertanyaan seputar bagaimana sosok itu beranjak dewasa, kini ia melihatnya. Dengan rambut yang sama, senyuman yang sama seperti ia lihat terakhir kali.

Haruto, pria itu terpukau dengan pemandangan di hadapannya. Momentum yang selalu ia tunggu setiap waktu. Tangannya memegang sebuah buket bunga untuknya. Buket bunga itu dilengkapi dengan tulisan yang dihiaskan di sana.

"Selamat, atas drama barunya..."

"Jang Wonyoung..."

Wonyoung tidak mampu menerima bunga itu. Tangannya meremas kuat lengan baju sahabat masa kecilnya. Namun, Haruto tidak melunturkan senyumannya. Ia melepaskan cengkeraman itu, dan menariknya perlahan ke dalam pelukannya.

Ia memeluk dengan sangat erat, seolah takut mereka akan terpisah lagi. Wonyoung meluapkan segala emosinya melalui air mata yang mengalir deras. Bahkan ia memukul-mukul pelan bahunya, merasa marah dengan seluruh hal yang pria itu ciptakan.

Haruto tidak berkutik, ia menduga bahwa reaksinya akan seperti itu. Haruto juga selalu dihantui oleh rasa bersalah, setiap hari.

Wonyoung melepaskan pelukan mereka. Tangannya terulur untuk mengusap setiap bagian wajahnya. Tidak ada kata kerinduan yang bisa menggambarkan suasana hatinya saat itu. Hingga Wonyoung sudah berada di titik sempat kehilangan arah. Semua karenanya.

Mata mereka bertemu. Kilauan mata wanita yang selalu dirindukannya, membuat pria itu membisu. Di saat yang bersamaan, mereka menyatukan bibirnya.

Haruto mempererat jarak mereka, mencium bibir merah muda wanita itu dengan terburu. Kedua tangan Wonyoung juga mengusap lembut rambutnya. Sampai-sampai Wonyoung kehilangan keseimbangan kakinya, Haruto menahan punggungnya dan menuntun hingga merapatkan Wonyoung ke dinding.

Telapak tangan yang berukuran lebih besar, digunakan untuk menangkup dagu Wonyoung. Haruto mengungkapkan seluruh perasaan dan kerinduannya melalui ciuman mereka.

Seakan acuh tak acuh terhadap jadwal yang tengah Wonyoung jalani. Di dalam sana hanya ada mereka berdua, dengan cita yang menyelimutinya.

━─━────༺ LOOVE ༻────━─━

Sebuah layar kecil yang menampilkan beberapa angka ditekan oleh Haruto. Pintu pun terbuka, Wonyoung mengikutinya dari belakang.

"Ma?" panggilnya.

Segera setelah itu, seorang wanita keluar dari kamar. Matanya membelalak melihat kehadiran seseorang yang tidak ia sangka. Wonyoung berlari memeluknya erat.

Jennie ikut menitikkan air mata. Ia sangat merindukan anak gadisnya dulu. Saat Wonyoung mengusap rambutnya, ia menyadari beberapa helainya memutih. Sosok yang sudah ia anggap seperti ibu kandung, semakin menua.

"Mama kangen kamu, Sayang. Setiap hari Mama kangen kamu."

Wonyoung mencium pipinya, "Wony juga kangen Mama. Setiap detik."

LOOVE II : Promise Me | Wonruto ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang