23 | Late

38 7 3
                                    

Koper-koper berukuran besar telah tersusun rapi di mobil. Wonyoung juga sudah bersiap dengan pakaiannya menuju bandara. Hari ini adalah kepulangannya, setelah 3 minggu berada di Amerika Serikat.

"Ayo Won, ada yang ketinggalan ngga?" tanya Eunbi. Wonyoung mencoba mengecek seluruh barang berharganya. Kemudian ia menggeleng.

Saat akan keluar kamar, Eunbi mendapat banyak notifikasi di dua ponselnya. Lantas Wonyoung mengisyaratkan untuk menjawabnya terlebih dahulu. Gadis itu memilih duduk di dekat jendela dan mengambil beberapa foto. Ia pasti akan merindukan tempat itu.

Tetapi, perlahan-lahan panggilan Eunbi dengan lawan bicaranya mengalihkan atensi Wonyoung. Manajernya nampak sangat serius, seperti ada masalah mendadak.

"Kenapa, Kak?" Wonyoung mulai khawatir.

"Kita diajak makan malam. Mereka udah siapin tempat dan segala macamnya."

Sontak Wonyoung memasang raut wajah muram, "Kok bisa? Harusnya mereka tau aku pulang hari ini."

"Ada miskomunikasi, Won. Mereka taunya besok kamu pulang."

Wonyoung menggeleng, "Aku ngga bersedia."

Eunbi berdecak kesal, "Lagian yang komunikasi bodoh banget. Masa pembaruan jadwal aja dia ngga tau."

"Tapi kamu juga global ambassador mereka. Kalau ditolak, ngga mungkin karena kesalahan ada di kita."

Wonyoung menyingkap rambutnya sendiri. Ia merasa kesal dengan hal itu. Seharusnya dirinya punya waktu istirahat.

"Kak, ngga bisa dibatalin?"

Eunbi masih disibukkan dengan pesan-pesan yang masuk. "Ngga bisa, Won. Biaya yang mereka keluarin pasti mahal."

Kekesalan itu membuat mereka juga merasa serba salah. Pasalnya, jika mereka menolak, pasti akan menyebabkan hubungan dengan label itu buruk. Tidak mungkin mereka mengambil resiko yang merugikan citra Wonyoung dan agensinya.

Sayangnya, Wonyoung harus menelan pil pahit akan penundaan kepulangannya. Ia merasa resah dan ingin pulang saat itu juga. Rasanya ada banyak hal yang ingin ia lakukan di rumahnya sendiri.

Setelah pertimbangan matang-matang dari Eunbi dan juga dirinya, mereka memutuskan untuk menunda kepulangan. Beberapa tim segera mengurus tiket kepulangan ke maskapai, sedangkan Wonyoung terduduk di kasurnya lagi, menahan emosionalnya yang campur aduk.

━─━────༺ LOOVE ༻────━─━

Sudah lebih dari 2 jam pemuda bertubuh jangkung itu berada di dalam gym, sebagai salah satu fasilitas di kampusnya. Keringat yang bercucuran juga tidak dihiraukannya.

---

"Ruto! Lo kenapa lagi!?"

"Lakukan seperti biasa aja To! Jangan lengah!"

---

"Mama sama papa pergi sebentar, kalo mau pulang besok aja.

---

"Setiap gue ada sama lo rasanya gue yang tersiksa."

"Mungkin lebih baik untuk kita ngga pernah ketemu lagi."

---

"Akgh!" Haruto merintih kesakitan saat tangannya tak sengaja tergores meja yang memunculkan sisi tajam dari salah satu bagian. Telunjuknya langsung dibaluti oleh darah yang mengalir.

LOOVE II : Promise Me | Wonruto ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang