16 | Confession

65 6 0
                                    

Suara riuh tawa dari para pemuda itu memenuhi seisi restoran ayam. Meskipun menjelang waktu pengecekan kedisiplinan, dengan santainya mereka masih menikmati ayam goreng yang tertumpuk di piring itu.

"Andai gue bisa ganti kampus, sekarang gua pindah," ujar Jeongwoo.

Yubin pun sedikit mendorongnya, "Bohong banget lu."

"Kalian tau ngga? Padahal dia yang setiap hari bangun pagi tiap mau praktek," lanjutnya.

Jeongwoo berdecak, "Maksud gua ke jurusan HI, biar bareng Jihan!" Sontak teman-temannya melempari Jeongwoo dengan tisu.

Haruto tidak banyak berkata. Ia melirik para temannya yang menuangkan bir dalam gelas mereka. Haruto tidak banyak minum, ia lebih menyukai soda dibandingkan bir.

Pandangannya lalu beralih pada pesan yang baru saja masuk.

••••

Wony 👶

|Malem ini pulang

|Besok mau ngobrol sebentar bisa ga?

••••

Haruto segera mengingat-ingat jadwal kuliahnya esok hari. Karena beberapa bulan kompetisi akan dimulai, saat ini lebih banyak waktu yang digunakan untuk latihan.

Tak lama kemudian, Haruto pun mengetikkan pesan kepada gadis itu.

━─━────༺ LOOVE ༻────━─━

Beberapa tas kecil sudah memenuhi tangan Wonyoung. Ia bermain dengan jari jemarinya sendiri, menunggu sahabatnya datang.

Selang beberapa waktu kemudian, akhirnya yang ditunggu telah tiba.

Haruto memakai jaket program studinya berwarna abu-abu dan biru. Haruto nampak berjalan terburu-buru. Mungkin karena mereka bertemu di malam hari, dan masih ada kegiatan yang menunggunya.

Wonyoung merapikan ikatan rambutnya. Berbeda dengan pakaian Haruto yang cenderung kasual, Wonyoung tertutupi oleh masker dan topi hitam. Ia juga memakai sweater hitam untuk menyamarkan dirinya.

"Jangan di sini ya." Belum sempat menyapa, Haruto sudah membawanya pergi dari sana.

Nampak menjadi satu-satunya tempat favorit, pemuda atlet itu membawa Wonyoung kembali ke tempat bersantai yang pernah mereka kunjungi sebelumnya. Ia mengatakan bahwa tempat itu akan aman dari para penguntit, sehingga Wonyoung tidak perlu takut.

Haruto menggulung lengan jaketnya dan bersandar pada pagar kayu. Di sampingnya, Wonyoung merasa gugup secara tiba-tiba. Menyadari hal tersebut pun membuat Haruto kebingungan.

"Kenapa?" tanyanya.

Wonyoung menggeleng, "Ta-takut."

Sontak Haruto menengok ke sekitar. "Ada gue, ngga perlu takut."

Hal itu membuatnya merasa lega, tapi justru semakin gugup disaat yang bersamaan. Untuk mengurangi kecanggungan, Wonyoung mengambil salah satu tas. "Buat lo, sama Jeongwoo, Yubin."

Haruto mengangkat alis kanannya, merasa penasaran dengan bingkisan itu. "Dari Jepang?" Wonyoung mengangguk.

Haruto tertawa. Padahal ia dan keluarganya berdarah Jepang, tapi tetap saja Wonyoung memberikan oleh-oleh dari kampung halamannya sendiri.

LOOVE II : Promise Me | Wonruto ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang