21

8 1 0
                                    

-di kediaman Kafi

"Ayah! Bawa Meghan ke sini!"

Bocah balita berlari menghampiri Arumi.

"Mama, liat ayah, ayah main game telus! Egan capek tau!"

"Pancen e Ayahmu, AYAH!!"

Kafi berjalan tergesa-gesa.

"Eh iya, kenapa sayangku?"

"Sampean ki iso pora si jaga ni bocah siji? Mama jek masak Yah, urung mesusi, urung Korah-korah, urung iki urung iku, jek akeh gawean ku yah!"

"Maaf ma.."

Arumi berdecak.

Kafi menggendong Meghan ke kamar mandi.

Arumi mengirim pesan pada ibu mertuanya. Mengeluarkan semua keluh kesahnya pada sang mertua.

Setelah cukup lama berbincang dengan Relin akhirnya Arumi memutuskan untuk pulang ke rumah Mbah Pardi di Jawa.

Dimalam hari, Arumi diam-diam membawa Meghan yang masih tertidur ke mobilnya. Ia akan pergi ke Jawa malam ini, mungkin dirinya akan sampai di jawa di siang hari.

Keesokan harinya..

Kafi terbangun dan tidak mendapati Arumi di sampingnya.

"Loh? Dek? Jam berapa ni?"

Kafi melirik jam alarm di atas nakas. Jam menunjukkan pukul 09.37. Ia juga menemukan sebuah kertas bertuliskan.
"Ayah, Meghan sama Mama lagi mau sendiri. Jangan cari kita dulu"

Kafi mencari keberadaan anak dan istrinya dimana-mana namun tak ada. Akhirnya ia memutuskan pergi ke rumah orang tuanya.

"Bun?! Liat Arumi engga?"

"Buna heran deh sama kamu, bisa bisanya kamu main game di saat Arumi ngurusin rumah ngurusin Meghan? Pola pikir kamu tuh gimana sih? Iya kamu capek yang cari uang lembur tiap hari, tapi Arumi juga Capek Kafi! Dia yang kesana kemari bersihin ini itu belum lagi ngurusin Meghan yang minta apa, sedangkan kamu? Enak² nyantai sambil main game di kamar. Kamu yang kerja bentar di kantor ga sampai satu hari masih ngeluh cape?! Trus gimana rasanya jadi Arumi nak astaga.. Bolak balik sana sini ga ada tuh ngeluh! Kamu harusnya tuh bertanggungjawab jadi kepala rumah tangga, kamu udah punya keluarga! Buna ga habis pikir sama kamu tau ga fi?! Kamu jahat sama Arumi sama aja kamu jahat sama Buna!" tangis Relin tak lagi tertahan. Ia berjalan menjauh dari Kafi yang terdiam mematung.

Gibran menghampiri anak sulungnya. Ia mengusap pelan pundak Kafi.

"Uwes, ojo ngelawan buna mu. Mereka sama-sama perempuan, jadi wajar kalo mereka sakit hati. Kamu juga, ubah sifatmu karo kelakuanmu karo Arumi. Papa wes pesen tiket, kamu nyusul anak bojomu yo"

Kafi mengangguk pelan.

(Skip di Jawa)

Arumi pulang ke rumah orang tuanya (di kuburan)

"Buk, pak.. Aku ga kuat ngadepi bojoku dewe.." Arumi menangis sembari memeluk batu nisan ke duan orang tuanya. Mbah Pardi mengusap pundak sang cucu.

"Wes sabar rum.. Gusti selalu maringi dalan awak e dewe"

(Di rumah)

Meghan berjalan di ikuti Ayu di belakangnya.

"Mama! Egan awu jajan bole?"

"Boleh sayang, nih jajan sama tante yaa"

.
.

"Ate, Mama cama Ayah agi belantem tau.."

"Berantem kenapa?"

"Ayah nda mau bantu Mama belcih lumah, ayah cuma main game.."

Ayu tersenyum lalu memeluk keponakannya.

Gibran's Family [Guanren Place]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang