28

9 1 0
                                    

Hari ini adalah hari minggu. Hari yang paling Arellya tunggu. Mengapa? Karena hari ini ia bisa bebas melakukan apapun tanpa adanya Tugas. Dan juga, ia akan ikut berbelanja dengan sang ibunda tercinta.

"Kita cari apa lagi ya? Buah udah, sayur udah, daging udah, bumbu² juga udah, apa ya.."

"Beli perlengkapan adek aja bun, tuh susunya abis, bedak abis, sabun, shampoo, tisu, vit-"

"Kok abis semua?!"

Arellya mengusap wajahnya kasar.

"Buna, adek kan udah gede nih, udah hampir satu tahun lah. Otomatis penggunaan barang-barangnya juga nunggak gitu, apalagi bulan kemarin kita ga belanja"

"Oh.. Iya juga si. Ya udah ayo lah"

Mereka pun berjalan ke toko perlengkapan bayi.

"Eh bun! Kakak ke sana ya? Boleh ya?"

"Hmm ya udah sana"..

Arellya langsung pergi ke Toko yang ia tuju yaitu toko mainan dan Aksesoris.

"Hai guys! Today gue lagi di mall, sebenernya gue tadi ngikut nyokap belanja tapi karna gue di bolehin ke sini jadi yaudah. Tandanya gue bebas milih apa aja hihihi"

Arellya memberi pesan pada Dewa karena Dewa sempat bilang kalau ia titip barang di mall.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya Arellya membeli Lego yang menurutnya murah dan tidak menguras uangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Akhirnya Arellya membeli Lego yang menurutnya murah dan tidak menguras uangnya.

"Ahh ini bagus, buat couple sama Twins! Mas yang ini 3 ya, iya makasih mas"

Arellya kembali menelusuri Toko itu hingga ia menemukan apa yang ia cari sedari tadi.

"Nah! Ini! Look, ini yang yang gue cari dati tadi guys. Kebetulan make up sama skincare gue abis semua ga ada sisa, bahkan gue tadi cuma pake liptint sama blush doang.."

"Mba, kalung yang ini satu sama gelang yang ini juga deh. Sama piyama yang kuning itu 2 pasang ya"

"Mau jepit kupu-kupunya juga kak?" tanya mba kasir.

Arellya mengangguk.
"Iya boleh deh"

"Ini ya kak totalnya 8.895.407.00 mau bayar debit atau cash?"

"Debit aja mba, bentar ya saya ambil dulu. Mana yaa"

5 menit kemudian lagi.

"Nah ini, set. Okay"

"Anu, boleh minta foto ga kak?"

"Ah boleh banget, mau ambil foto berapa? 10? 20? Wkwk bercanda"

Skip.

"Astaga, ini belanja apa aja ya tuhan.."

"Hehe, kan ibun bolehin kakak, kan? Jadi kakak beli deh, tenang setengah uda kakak bayar kok"

Relin menghela nafas pelan.
"Yaudah ayo bayar, keburu banyak Wartawan ngincar kita"
.
.
.
.
1 bulan kemudian..

Relin memperhatikan anak gadisnya yang tengah menangis di ruang tamu.

"Kak? Kamu kenapa sih? Pagi pagi udah nangis aja"

"Tau ga bun.. Ikan kakak yang warna kuning mati gara gara berri.."

"Pftt, ahahaha! Mampus lah, lu kemarin udah gantung Gesi di kresek trus di taro di panasan" ucap Dewa meledek.

"Ih! Bun liat mas Dewa"

"Hadeh, kalian ini. Hidupnya kalo kalo ga ribut ya berantem mulu"

"Papa pulang.." Ucap Gibran tiba-tiba berdiri di ambang pintu dengan Dikta di belakangnya.

Relin mengerutkan keningnya.
"Perasaan baru jam 10, kok udah pulang?"

"Ini kak, pak bos dari kemarin muntah² mulu kek bunting. Trus pusing katanya"

"Laahh, pasti gara-gara kemarin nih! Minum kopi ga tau batas, mancing tiap hari mentang-mentang cuti, jarang makan! Hiih untung gue bini lu"
Ucap Relin mengomel sembari mencubit dan memukuli tubuh sang suami.

"Aduh! Sakit sakit woy! Aaa!"

Tubuh Gibran nyaris ambruk, namun untungnya ada Arellya dan Dikta yang sigap menahan.

"Sini sini om bawa ke kamar"

Arellya menelpon Dewa untuk pulang sebentar. Sesampainya di rumah, Dewa memberikan termometer pada Gibran lalu menyiapkan beberapa barang yang ia butuhkan.

"Beh, 45°. Bisa buat panggang ikan ini mah wkwk, dek tolong ambilin tiang listrik eh salah, tiang infus maksudnya di kamar mas"

Arellya menurut. Skip.

Dewa memasangkan jarum infus di tangan Gibran.

"Eh dew, lu kan dokter nih, periksa darah gua dong. Akhir² ini kek pusing gitu"

"Boleh sini"

10 menit kemudian..

"Normal kok, mungkin kecapean aja. Bang Dikta sering lembur kan? Kurangin lemburnya"

"Ngokhey"

"Udah ngabarin Kafi sama wisnu belum?"

"Eh iya sampe lupa"

.......

Kafi pun datang seorang diri.
"Uy, bun?"

"Udah dateng ternyata, tuh Papa mu di kamar"

Kafi berjalan masuk ke kamar.

"Jiann kok iso ngene ki"

"Itu sudah, bandel"

Tak lama, Wisnu dan keluarga kecilnya juga datang.

"Tante!" ucap Arellya girang.

"Hai ya ampun makin cantik ajaa, nih kemarin tante kan abis belanja lumayan banyak gitu ya di olshop, trus ke selip ini Bodyscrub sama foundation"

"Nawarin nih? Kalo iya boleh deh hehe"

Kania memberikan totebag pada keponakannya.

"Sebanyak ini buat aku? Ini mah ke selip namanya Tann"

Kania terkekeh pelan.

Sementara..

"Eleh koe nu, nek mas e ngene agek kelingan"

"Ya maap, kan orang sibuk mas. Biasalah orang penting"

Keluarga itu sedang berkumpul. Ayena dan juga Vina datang.

"Widih, reunian bang?"

"Iye nih, mikirin biaya wkwk"

                  ~~~~~~~~~

Next bab judulnya Work out with Buna ya. Isinya dikit doang ga banyak

Janlup vote dan tinggalin jejak komentar ya!

Lopee!

Gibran's Family [Guanren Place]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang