29: Mertua Sefrekuensi

13K 802 138
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pesan Mommy jangan jadi silent readers dong!!! Vote dan komen juga

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ TAKDIR TERBAIK ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Saat ini, Najla dan Mayor Adam tengah diperjalanan menuju pondok pesantren, mereka tidak hanya berdua, tapi ada Umi Aisyah dan Abi Jafar juga Arhan. Karena dua orang tua itu yang mengajak mereka berkunjung ke pesantren Ar-Rahman untuk mengunjungi teman lama Abi Jafar.

Diperjalanan menuju bogor, Najla merasakan mual, tapi gadis itu tahan dengan cara memakan snack yang ada. Posisi duduk mereka, Mayor Adam yang berada di balik kemudi dengan Najla disampingnya sedangkan Abi, Umi, dan Arhan duduk di kursi penumpang.

"Masih lama ya Mas?." Tanya Najla merasa mual, tidak biasanya perempuan itu merasa tubuhnya lemas dan tidak bersemangat.

Mayor Adam menoleh. "Nggak kok, sebentar lagi sekitar lima menitan. Kenapa emangnya sayang?." Tanya Mayor Adam balik.

"Agak gak enak badan."

"Lho? Sudah sarapan belum di rumahnya tadi sayang?." Kini Umi Aisyah yang bertanya.

"Sudah Umi, tapi dari tadi subuh gak enak badan."

"Ya Allah, tahu begitu gak usah ikut lebih baik istirahat, Umi jadi khawatir Nak." Ucap  Umi Aisyah.

"Gak papa Umi, cuman lemas sedikit." Ucap Najla agar Umi tidak merasa khawatir.

Tak terasa mereka semua sudah sampai di pondok pesantren Ar-Rahman. Mayor Adam diarahkan oleh penjaga gerbang untuk langsung masuk dan memarkirkan mobil, parkiran mobil lokasinya sangat dekat dengan asrama santri putra.

"Alhamdulillah sudah sampai." Ucap Abi Jafar.

"Abi capek?." Tanya Arhan.

"Iya lah."

"Perasaan cuman duduk aja dari tadi." Gumam Arhan yang masih bisa didengar oleh Abi Jafar.

"Duduk juga capek Arhan." Gemas Abi Jafar.

"Sudah, baru sampai kok ribut." Lerai Umi jengah dengan keduanya. Sepertinya Arhan yang memang sumber masalahnya, karena lelaki muda itu yang sering memancing pertengkaran dengan Mayor Adam serta Abi Jafar.

Saat semua sudah turun dari mobil, Abi Jafar memimpin jalan menuju ndalem dengan Umi Aisyah disampingnya. Keberadaan Najla yang berjalan dibelakang Mayor Adam dan Arhan sangat mencolok bahkan banyak santri putra menatapnya secara terang-terangan. Karena tahu arah pandang para santri putra kemana, Mayor Adam menghentikan langkah lalu berbalik. Lelaki dewasa itu bahkan merengkuh pinggang Najla posesif, membuktikan kalau ini miliknya.

"Adek capek? Mau mas gendong?." Tanya Mayor Adam melihat raut lelah sang istri tercinta.

Naila menggeleng dengan senyum tipis yang terpatri dibibir mungilnya. "Gak usah Mas."

"Yaudah kalau begitu, pelan-pelan aja jalannya."

Sampai akhirnya mereka sudah di depan Ndalem, walaupun Najla dan Mayor Adam terlambat.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ucap Abi berharap agar sang pemilik rumah keluar dan mengetahui kedatangan mereka.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, MasyaAllah Jafar!." Jawab lantang seorang lelaki tua, lalu memeluk Abi dengan erat disertai kakehan, dua orang wanita berbeda usia juga turut menghampiri mereka dan memeluk Umi secara bergantian

TAKDIR TERBAIK (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang