09. Stranger

10.7K 1.4K 83
                                    

Banyak yg ngerayu. Ydah deh mogoknya 3 hari aja. Btw klo writer lain tuh update seminggu sekali, gue sehari sekali. Pantes aja vote nya sedikit mungkin gue terlalu baik pada SILENT READER? Oke gue mau ikutan kek writer lain.

"Aku pulang." Suara lembut Niall membangkitkanku dari sofa. Lamunan yang sedang melayang ke Harry dan Alexa terbuyarkan begitu saja. Bersyukur juga, aku tidak boleh terus-menerus memikirkan hal yang belum bisa kuselesaikan akhirnya. Jadi aku lebih memilih melangkahkan kakiku untuk menghampiri Niall.

"Hai." Senyumanku mengembang menyambutnya. Matanya menyipit ke arahku sebelum akhirnya membalas senyumanku juga.

"Hai." Balasnya. Aku maju mendekati tubuhnya dan menarik dasinya agar tak melilit di lehernya. Ia terlihat sangat lelah jadi aku membantunya mengambil jas dan melepaskan dasinya. Lagi, Niall menyipitkan matanya padaku.

"Apa?" aku bertanya dengan sinis.

"Tidak ada. Hanya saja kau terlihat berbeda." Ujarnya sambil tersenyum. "Perbedaan yang bagus."

"Kau ini. Sudah sana makan dulu. Aku sudah masak." Suruhku sambil melangkah ke kamar Niall untuk menyimpan jas, dasi, juga tasnya yang berat. Setelahnya aku kembali menghampiri Niall yang sudah berantakan dengan kemejanya yang dikeluarkan.

"Kau masak? Aku sudah makan di luar Brit." Aku melotot ke arahnya. "Kau tidak biasanya seperti ini, jadi aku pikir kau tidak masak seperti biasanya." Pembelaan diri Niall. Aku terus memelototinya dengan bibir yang kutekan menjadi garis keras padanya. Akhirnya Niall menghela napas mengalah. "Baiklah, aku makan lagi." Aku mengangguk dan menemaninya duduk di meja makan.

"Ke mana Al?" Harry ke mana saja sih? Kenapa sudah senja seperti ini belum juga pulang? Aku harus menjawab apa pada Niall?

"Dia bermain."

"Main?" matanya membesar terkejut. Aku mengangguk ragu sambil memikirkan apa yang selanjutnya aku harus jawab. Ia pasti menanyakan kenapa aku biarkan Al bermain?

"Kenapa kau membiarkannya bermain? Ini sudah sangat senja Brit." Protesnya. Tuhkan, apa kubilang. Niall pasti menceramahiku habis-habisan.

"Aku hanya tak ingin Alexa menjadi anak yang kurang pergaulan. Sudah seharusnya aku membiarkannya berinteraksi dengan orang lain selain kita." Alibiku membuat bibir Niall terbuka setengah.

"Siapa yang membuatmu seperti ini?" oh pertanyaannya mulai ngawur lagi.

"Seperti apa?"

"Seperti ini. Kau... kau benar-benar terlihat dan terasa berbeda. Aku tak pernah melihatmu memperlakukanku seperti ini. Dan Al-kau mengizinkannya sebebas itu pergi ke luar. Apalagi sebentar lagi malam datang." Niall mencoba menasehatiku dengan tenang.

"Aku akan mencarinya." Kataku dengan perasaan bersalah sambil turun dari kursi makanku. Niatnya tadi aku ingin menemani Niall makan karena sudah cukup percaya pada Harry untuk menjaga Al.

"Tidak, aku saja."

"Aku."

"Aku saja Brit! Kau sedang sakit."

"Habiskan makananmu! Aku sudah memasaknya susah payah." Bentakku keras. Ini pasti gara-gara sindrom menstruasi sialan. Aku memejamkan mataku dan menghela napas panjang ketika Niall menatapku dengan getir. "Maafkan aku, biar aku saja yang mencari Al." Kataku dengan nada bicara yang biasa lagi. Niall tak henti-hentinya memandangiku dari aku berjalan hingga aku sampai di kamarku. Kenapa sih dia? Apa yang sudah berubah dariku?

Mungkinkah Harry? Ah, untuk apa juga aku berubah hanya gara-gara Harry kembali hadir? Tapi, kurasa Al juga merasakan sesuatu yang sama denganku. Buktinya ia tidak lagi menjadi anak pendiam jika sudah bersama dengan Harry, dan aku tidak menjadi ibu yang pemarah. Ah, lupakan. Ini hanya kebetulan saja. Mungkin aku sudah sadar jika tak baik terus membentak Al, dan Al juga sudah mulai besar jadi ia berhak menentukan sikapnya akan seperti apa.

(TERBIT) Alter Ego 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang