Setelah berhasil memboyong kembali Alexa, kami melangkah beriringan masuk ke dalam. Malam semakin larut dan aku juga sudah kenyang dengan kejutan malam ini. Setelah kami bertemu dengan Gemma dan Ian, aku dan Alexa memutuskan untuk langsung pulang.
Tangan kanan Harry menuntun tangan Alexa sementara yang satunya ia lingkarkan di pinggangku dengan mesra. Percaya atau tidak, ini adalah momen yang sering kuimpikan. Pergi ke suatu tempat ramai bersama Harry, dan menunjukkan pada dunia bahwa kami memiliki Alexa tanpa malu-malu. Alexa sama sekali bukan aib. Alexa adalah keajaiban yang Tuhan kirim untuk memperkuat diriku sampai Harry kembali hadir dan membawakan kami cinta yang sangat besar.
"Harry, ini rumahmu?" tanya Alexa ketika kami berjalan di ruang tengah mencari-cari keberadaan Gemma dan Ian.
Aku melihat Harry yang tertunduk kecewa. Tatapannya meredup saat Alexa bertanya demikian. Aku tahu, jauh di lubuk hatinya Harry pasti ingin dipanggil Dad oleh Alexa. Aku tahu juga hanya aku yang bisa melakukan itu untuknya. Aku harus segera memberitahu Alexa jika Harry lah ayah kandungnya.
"Ya Sayang. Kau suka?" tanya Harry. Secara tidak sadar Harry meremas pinggangku gemetar.
"Aku lebih suka apartemenmu. Ini terlalu besar, aku pusing. Aku juga takut patungnya." Jawab Alexa dengan polos. Harry tersenyum hingga cetakan lesung pipi bisa kulihat jelas. Aku ingin memencetnya!
"Kalau aku mengajakmu tinggal di apartemenku apa kau mau?" aku mencubit tangan Harry yang sedang melingkari pinggangku ketika bertanya demikian pada Alexa.
"Mau." Alexa mengangguk beberapa kali dengan antusias. "Kecuali jika Mom melarangnya." Keantusiasan Alexa hilang saat aku menatapnya. Oh ya ampun! Kenapa mereka terlihat sangat lucu jika sudah berbincang?
"Mom?" Harry menggodaku. Aku menghela napas dan menatap keduanya yang menggantungkan harapan pada jawabanku.
"Oh. Ini serius? Aku kira.hanya perbincangan biasa." Aku cekikikan di saat Harry dan Alexa menatapku dengan dingin dan tak penting. "Nanti setelah pulang kita bahas." Aku menggaruk kepalaku bingung.
"Baiklah." Harry melepas lingkaran tangannya dari pinggangku dan bertekuklutut di hadapan Alexa. Harry menggenggam kedua tangan kecil Alexa dengan sayang. Aku tertakjub melihatnya. Bukankah ini sudah kesekiankalinya Harry bertekuklutut di hadapan Alexa? Tapi setelah membangunkan diriku tentang aku lebih memilih bersama Harry, perasaan takjub ini begitu bergejolak, mendidih di dalam anganku untuk segera menyatukan Harry denganku. Menyatukan Harry dengan Alexa.
"Aku ingin kau menemui kakak dan ibuku." Harry meraup beberapa helai rambut Alexa dan menyelipkannya di balik daun telinganya dengan manis. Kedua mataku terasa basah dengan haru.
"Kau masih punya ibu?" mata Al membesar antusias. Aku ingat sekali Al pernah bertanya di mana kakek neneknya berada. Dan aku memberitahunya dengan jujur. Jika neneknya--sudah berada di atas sana, di surga bersama kakeknya. Alexa juga seharusnya memiliki om: Zac. Tapi ia sudah berkumpul bersama Ibu dan Ayah.
Harry mengangguk sambil tersenyum.
Apa Anne mau mengakui Alexa sebagai cucunya? Mengingat terakhir kali kami bertemu adalah pertengkaran yang cukup besar dan tak terkendali.
"Baiklah. Aku siap." Alexa mengangguk antusias. Harry kembali berdiri dan melingkari pinggangku dengan tangan kekarnya.
Kami melangkah beriringan. Aku mencengkram lengan Harry dengan kuat saat Gemma dan Anne sudah dekat dari pandangan kami. Harry mengusap punggungku untuk menenangkanku. Aku melirik Alexa yang berjingkat-jingkat bersemangat. Tentu saja, memang apa yang harus Alexa khawatirkan?
"Gemma?" jantungku tergeretak keras sekali saat Harry memanggil nama kakaknya untuk menoleh ke arah kami. Anne dan seorang lelaki yang kuduga sebagai Ian pun ikut menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
(TERBIT) Alter Ego 2
FanfictionI love you Brittany... I love you Alexa... I fucking hate you Harrold...