30. Ariana's Announcement

9.9K 1.2K 216
                                    

Semua request Alter Ego Book2 kayaknya gda yg suka sma Things I Can gue!!? *murung

Pagi ini, aku berdiri berdua dengan Devan di dalam ruangannya. Ketidakpercayaannya atas kondisiku yang mengerikan membuatku memaksakan diri untuk pergi bekerja. Dan kini, di sinilah kami berdebat soal Devan yang menyuruhku pulang untuk istirahat. Kenapa ia tak percayaan sekali sih? Jika akhirnya setelah di sini aku dimintanya pulang?

"Aku antar." Katanya dengan biasa, dingin dan memerintah. Membuatku seperti kembali saat bekerja menjadi sekretaris untuk Harry.

"Sudahlah Devan, aku tidak apa-apa serius." Tampikku untuk ke seratus kalinya.

"Lalu kenapa tadi kau menolak untuk bekerja kalau kondisimu baik saja?" halisnya berkerut marah.

"Aku hanya tidak percaya diri dengan penampilanku. Luka ini." Aku menunjuk pada perban di pipiku hasil karya Niall tadi malam.

"Kalau begitu pulang untuk ketidakpercayadirianmu." Devan mengambil kunci mobil di atas mejanya sebelum kucegah.

"Tak apa Devan. Lagipula sudah banyak pekerjaan yang terbengkalai olehku." Kataku kekeuh.

"Jangan membuat repot."

"Kenapa aku membuat repot?" kataku gusar.

"Aku khawatir!" Teriaknya! Aku menunduk merasa terkalahkan begitu saja. Kenapa banyak sekali orang yang memberiku perhatian? Aku sama sekali tak menginginkannya. Kadang aku bercermin dan gadis batinku mencemooh bahkan aku tak pantas menerima kehidupan dari Tuhan.

"Jangan begitu Devan." Aku menggelengkan kepalaku tak terima.

"Kau pikir aku mau?"

"Aku tidak mau pulang."

"Kalau begitu aku pecat." Gertaknya.

"Apa?" seenaknya sekali.

"Kalau kau bekerja hari ini, aku akan memecatmu!" Katanya.

"Mana ada aturan seperti itu?"

"Aku pemilik perusahaan ini, aku bebas menerapkan peraturan apa pun di sini." Tekan Devan bergemuruh di telingaku.

"Demi Tuhan, kenapa kau berisik sekali?"

Aku dan Devan menoleh ke sumber suara. Seorang wanita dengan derap langkah heels sombong seolah hentakan kakinya itu bisa membuat orang menerka mahal sepatunya.

"Ariana." Mulutku terbisik otomatis saat melihat rambut merah panjang yang selalu terikat separuhnya itu.

"Mau apa lagi kau ke sini?" Devan mendecih. Ariana tak melirikku sama sekali. Atau bahkan jangan-jangan ia tak menyadari kehadiranku di sini?

"Terimakasih atas sambutannya saudaraku. Aku hanya ingin menengokmu apa itu salah?" kata Ariana dengan inosens.

"Kalau kau hanya ingin minta uang, bilang pada sekretarisku dan pergi." Jamu Devan sarkastik.

"Devan." Aku memperingatinya agar tak terlalu kasar.

"Britney?" oh di sini Ariana. Baru sadar dia aku sedari tadi ada di sampingnya.

"Hai Ariana."

"Kenapa dengan wajahmu?" ia terheran menunjuk rahangku yang dipenuhi perban. Ck, seharusnya Niall tidak terlalu berlebihan seperti ini. Lukaku kan tidak terlalu parah.

"Ah, ini..." aku mengusap pipiku naas.

"Sebenarnya Ariana, itu bukan urusanmu. Ada apa kau kemari datang mencariku?" Devan melangkah dan diam di antara kami dengan posisi membelakangiku untuk menghadap Ariana.

(TERBIT) Alter Ego 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang