Gue masih belom putusin peran Devan dan anaknya Gee. Gue masih pikirin tp saran masih ttp boleh masuk :)
“Silahkan nikmati jabatan baru kalian, dan aku harap kalian bisa diandalkan. Dengan semua ini artinya aku telah memercayai kalian dalam kinerja, kalian tahu aku tidak suka dikecewakan. Aku tidak pernah mengembalikan jabatan seseorang. Jika mereka gagal, aku akan selalu memecatnya. Dimengerti?” aku menatap semua karyawan yang baru saja menerima promosi yang kuberikan. Seharusnya aku melakukan ini kemarin kalau saja Niall membiarkan aku bekerja.
Semua karyawan mengangguk patuh. Aku membalas anggukan mereka dan mendahului mereka keluar dari ruangan.
Aku berjalan dengan terburu-buru di sepanjang koridor kantor. Tidak ada yang kukejar, hanya saja langkahku jika sedang bekerja mendadak cepat.
“Devan, seribu saja.”
Aku mengerem langkahku dan mengintip siapa yang sedang ada di ruangan Devan—meski kutahu kalau aku takkan bisa melihat siapa yang ada di dalam sana karena jendelanya tertutup buram. Samar-samar aku melihat seorang gadis berambut panjang, terlalu panjang untuk gadis pendek sepertinya. Tapi aku merasa aku mengenal suara melankolisnya. Seperti pernah mendengar, bahkan sering.
“Britney, apa itu kau?” suara Devan memergokiku yang sedang berdiri di depan jendelanya mengintip dengan penasaran. Aku memejamkan mataku malu, tapi aku sudah ketahuan jadi mau apa lagi? Aku menghitung di dalam hati sampai tiga, lalu setelah yakin aku menyahut panggilan Devan.
“Ya Dev.”
“Kemarilah. Aku membutuhkanmu.” Suruhnya seperti biasa dengan nada penguasa yang mengintimidasi. Sebagai bawahan, sudah seharusnya aku mematuhi apa pun keinginan Devan. Dan itulah yang sedang kulakukan sekarang. Aku masuk tanpa mengetuk pintu.
“Tidak bisakah kau memanggilnya nanti? Aku masih di sini.” Bisik gadis itu keras.
“Dia jarang sekali berkeliaran di kantor. Tunggu saja lagi pula kau tidak membawa keuntungan bagiku.” Sembur Devan sebelum matanya menangkapku yang tengah berdiri di depan pintu ruangan super mewahnya. “Ah, Brit.” Ia mengangkat telunjuknya ke arahku lalu menunduk mencari sebuah dokumen di laci mejanya.
Aku terkesiap saat gadis itu menoleh ke arahku. Secara otomatis aku menelan ludahku ketika yang kutatap saat ini adalah mantan kekasih Niall. Ariana! Mau apa dia kemari? Ada urusan apa dia dengan Devan? Aku ingat sekali berakhirnya hubungan mereka dikarenakan Niall yang akan menikahiku. Aku merasa sangat bersalah padanya. Jika saja dia tahu bahwa aku tidak jadi menikahi Niall, mungkin dia akan senang. Atau justru marah? Marah padaku karena aku mengecewakan cinta Niall yang sudah ia relakan untukku.
Matanya pun melotot menghadapiku. Kebencian dengan jelas tersirat dari tatapan tajam itu. Aku tidak pernah suka pada Ariana. Tapi untuk beberapa alasan saat ini, aku begitu merasa ingin memeluknya. Entahlah, aku tidak merindukannya, aku tidak mengasihaninya—hanya ingin memeluknya. Tidak salah kan? Apa memeluk seseorang harus beserta alasan yang pasti?
“Brit? Apa kau mendengarku?”
Aku terkesiap saat menyadari Devan sudah berdiri di sampingku beserta dokumen yang ia sodorkan padaku. Aku masih membeku menatap Ariana dan Devan bergantian. Aku perlu tahu apa yang Ariana lakukan di sini. Aku masih berharap cinta Ariana untuk Niall, bukan Devan. Kuharap.
“Brit?”
“Ya—ya Devan. Ada apa?” akhirnya aku memutuskan untuk memusatkan perhatianku kembali pada Devan. Mungkin setelah Ariana keluar dari ruangan Devan, aku bisa mengajaknya bicara.
“Ada apa? Kau tidak mendengar ocehanku barusan hm?” kedua halisnya terangkat menatap ke arahku dengan mengancam.
“Maafkan aku. Aku—” aku menoleh ke arah Ariana yang masih menatapku tajam. “aku hanya sedikit pusing, ada apa?” aku kembali bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(TERBIT) Alter Ego 2
FanficI love you Brittany... I love you Alexa... I fucking hate you Harrold...