17. I'm Not Ready To Meet All the Fucking Of You (2)

9.8K 1.3K 99
                                    

"Devan?" mata Kendall terbelalak melihat keberadaannya di sini. Sedangkan aku terbelalak kaget mengetahui Kendall dan Devan yang saling mengenal. Bisakah kejutan satu per satu saja datangnya? Jangan keroyokan seperti ini!

"Hai Kendall." Devan menyapa Kendall dengan senyuman menawannya.

"Tapi... kau." Kendall tergelagap. Devan memberiku segelas anggur dan melingkari pinggangku dengan sebelah tangannya.

"Brit, mana Alexa?" tanya Devan.

"Ah... Alexa sedang main." Aku mengangguk padanya beberapa kali entah dimaksudkan untuk apa.

"Kau datang ke mari bersama Devan?" Kendall terlihat gusar.

Tiba-tiba sebuah ide menampar otakku.

"Ya, kami datang bersama. Dan gaun ini juga pemberian Devan. Iya kan Dev?" aku menatapnya dengan konspirasi. Devan menyeringai. Ia pernah bilang padaku bahwa berjalan denganku merupakan kebanggaan untuknya.

"Ya, tentu Sayang." Aku memutar bola mataku. Tak perlu menyebut sayang juga dasar Bos Murahan.

"Sayang? Kalian pacaran? Oh." Kenapa dengan Kendall? Apakah mereka memunyai hubungan? Kenapa dunia ini sempit sekali?

Devan membuka mulutnya dan buru-buru kuklarifikasi sebelum Devan berbicara yang bukan-bukan.

"Tidak. Aku karyawannya. Kami ke sini karena mendapat undangan yang sama." Aku mencubit tangan Devan yang melingkar di pinggangku.

"Senang bertemu denganmu Tuan Grey." Giselle menjabat tangan Devan di saat Kendall terlihat kebingungan.

"Maaf kami harus pergi." Devan merangkulku.

"Tapi aku dan Giselle..." Giselle menyelipkan kartu namanya di telapak tanganku saat Devan dengan rasa kepemilikannya memboyongku pergi.

"Kenapa kau panggil aku Sayang?" aku mengeluh sambil meneguk anggurku dengan penuh. Aku menjulurkan lidahku saat kusadari rasanya yang pahit dan membakar. Devan menarik kembali tangannya dengan anggun.

"Lalu untuk apa kita bersandiwara? Aku tak ingin Kendall berpikir aku belum move on darinya."

"Kau mantan Kendall?" halisku bertautan.

"Entahlah. Tapi kami sempat dekat dan tinggal bersama selama beberapa bulan." Jawab Devan santai. Sementara aku menepuk dahiku tak habis pikir.

"Kenapa seleramu selalu sama dengan Harry?" gumamku.

"Harry mantanmu?" Devan memastikan.

"Ya, dan Harry dan kau adalah mantan Kendall yang mana itu membuatku tak habis pikir." Cerocosku padanya. Devan tertawa dengan pemaparanku.

"Kenapa?"

"Kau bilang aku dan Harry punya selera yang sama. Itu juga membuat seleramu dan selera Kendall sama." Ejek Devan. Sepertinya dia melihat ketidaksukaanku terhadap Kendall sehingga ia mengataiku dengan nada yang tidak sopan.

"Aku tidak menyukaimu." Ujarku membela diri.

"Aku ragu itu yang kaukatakan saat kita seranjang." Kata Devan sambil melirikku dari balik gelas wine yang sedang ia teguk.

"Kita sudah sepakat untuk tidak membahas itu lagi Bos."

"Kau yang mulai." Aku? Oh dia mulai ngelantur.

"Dengar Devan, aku ingin pulang."

"Ya aku juga. Pestanya membosankan. Aku belum bertemu Ian juga." Timpal Devan.

"Aku akan mengambil kunci mobilku di kamar Harry."

"Tunggu. Kuncimu apa?" dia terlihat marah. Aku menggelengkan kepalaku menghiraukan pertanyaannya.

(TERBIT) Alter Ego 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang