Sayangku sekalian. Maafkan authormu yang berdosa ini. Genap dua bulan ya AE2 gak di update. Sedih bgt :'(
Ini murni kesalahan gue. Gue terlalu males next dan ga kerasa dua bulan sudah ini gak di next.
Oke kita buat deadline aja. Gue bakal usahain next cerita stiap hari jumat. Baik itu Alter Ego atau Things I Can. Nanti kita liat perkembangannya apa gue bisa. Klo gue ga bisa, klian boleh bully gue :'(
Dimulai jumat depan yah?
Okay. Next to the point!
Untuk beberapa saat, Harry terdiam menundukkan kepalanya di hadapanku. Tak ada gerakan yang berarti di antara kami. Hanya diam, senyap dan sunyi.
Jika bisa kutebak--
Dirinya sedang bergelut dengan pikirannya sendiri atau menahan amukan Harrold yang berontak di dalam sana. Aku tak berani melakukan apa pun. Sumpah demi apa pun, nuraniku ingin menarik kembali kata-kata yang baru saja terlontar dari mulutku. Tapi apa daya? Inilah yang memang harus aku lakukan. Berpisah demi kebaikan semuanya.
Aku bagai seorang aktris yang harus mengikuti skenario dari sutradara yang tak kukenali siapa. Aku bagai buih ombak yang bertepi tanpa adanya jejak. Aku binatang yang sampai hati membuat Harry terluka.
Lamunanku terbuyarkan saat Harry tiba-tiba mendongak dengan mata yang memerah marah. Oh tidak!!!
"Kau mencintaiku?" seringainya muncul bersamaan dengan air mata yang jatuh.
Aku sangat hapal seringaian, tatap mata, deru napas, bahkan hingga gerakan-gerakan kecil yang tak bisa orang lain rasakan ini. Ini Harrold!
Dan apa yang terjadi? Apa aku baru saja membuat seorang bajingan menangis? Seorang brengsek berdarah dingin sepertinya mengeluarkan air mata? Tuhan memberkatiku!
"Akhirnya kau mengakuinya dari bibirmu ini..." ia mengusap bibirku dengan jempolnya yang membuatku terasa tersetrum dalam sekejap. Mataku secara refleks terpejam membuatnya meneteskan air mata yang sejak tadi kutahan.
Gerakan jempolnya menyusuri sisi bibirku, ke rahangku, lalu ke leherku. Ini sangat sensasional. Hingga dadaku mengembang-kempis menahan sebuah gejolak yang meraung-raung ingin keluar.
"Aku mengakuinya sebagai salam perpisahan Harrold."
"Ssshhh! Jangan berkata-kata lagi." Jempol yang bermain kini digantikannya dengan telunjuk yang ia simpan tepat di bibirku. Matanya menatap dalam ke sana hingga jakunnya bergerak menahan air liur. "Kau akhirnya memilih Pecundang Pirang itu? Pilihan bagus. Karena kau tak bisa membuat Harry bahagia, Brit. Kau hanya menghancurkannya secara perlahan." Bisiknya membuat dadaku sesak mengingat kepiawaiannya untuk berkata jujur. Dan itu memang kenyataan pahit yang tak bisa terelakan.
"Sayang sekali kau tak bisa menonton aksiku nanti ketika aku sepenuhnya bisa merebut jasad ini dari Harry. Aku akan melenyapkan Harry dalam sekejap, sangat lembut dan tanpa sepengetahuanmu." Bisiknya mendekatkan diri pada telingaku. Seketika aku menggigit keras bibirku mencegah diriku sendiri meraung-raung dan tak terima atas perkataan Harrold. "Nanti, kau akan berduka cita atas matinya Harry. Sendirian, di atas ranjang reyotmu bersama sesal tiada berujung. Memerhatikan lelaki di sebelahmu bukanlah lelaki yang kauingin habiskan seluruh hidupmu bersamanya. Menikmati asin air mata setiap detik meratapi kepergian Harry yang hanya kau yang tahu. Karena semua orang akan terpukau dengan datangnya jiwa baru yang terlahir kembali dari mimpi buruk. Aku. Harrold."
Aku mencengkram kerah kemejanya dan kuhempaskan jauh-jauh dari tubuhku. Berteriak dengan keras hingga terasa seluruh uratku terputus. Darahku bergejolak panas dalam sebuah amarah yang tak asing kurasa setelah tujuh tahun. Saat mengetahui Harry adalah satu-satunya orang yang menyebabkan lenyapnya nyawa ayahku, dan disusul oleh lenyapnya nyawa Zac; cinta pertamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
(TERBIT) Alter Ego 2
Fiksi PenggemarI love you Brittany... I love you Alexa... I fucking hate you Harrold...