Sepasang borgol mengiringi kepergianku dari dunia luar. Gemerincing bunyinya begitu memuakkan. Bau besi bercampur keringat para pembunuh berdarah dingin, bau bubuk mesiu dan kebencian menyeruak di seluruh penjuru bui.
Aku menunduk meratapi nasib. Hakim telah menyatakan ketidakbersalahanku atas kematian Jeff. Karena aku dinyatakan membela diri dan masih dalam usia yang sangat dini untuk tidak panik. Namun, di sinilah aku yang memaksa hakim untuk memenjarakanku. Meskipun ya, aku tahu itu bukan tindakanku, melainkan kepribadian gandaku. Harrold, atau justru kekuatan lainnya. Aku tak pernah tahu.
Peluru tetap keluar dari tanganku, aku tetap setengah sadar saat melakukan itu, dan aku cukup tahu benda yang kupegang itu adalah senjata api yang bisa melenyapkan nyawa seseorang. Aku patut disalahkan. Lagipula, Brittany takkan senang jika aku tak dihukum atas kematian ayahnya. Aku membunuh Jeff dan membuat Brittany juga Zac menjadi yatim. Mereka terlantar dan memiliki masa lalu yang sangat pahit. Itu semua salahku.
Salahku jika Jeff mati, salahku jika Zac ikut mati, salahku jika Brittany harus berusaha keras untuk kuliahnya, salahku jika Angie sakit-sakitan, salahku jika Brittany ingin aku masuk penjara, salahku jika aku membuatnya menderita karena mencintaiku. Semua salahku.
Dan kurasa, hukum tujuh tahun terlalu singkat untuk semua kesalahan itu.
Semua pasang mata narapidana menatapku dengan jijik. Mereka tahu kasus pembunuhanku tidak sekeren mereka. Ada yang melakukan pembantaian, perampokan, pemerkosaan, yang semuanya berujung pembunuhan. Aku ditahan bersama mereka yang pasti meremehkanku karena melakukan pembunuhan tak sengaja, di umur yang masih belia pula. Mereka pasti akan menjadikanku upik abu di sini. Tetapi dengan itu aku lega, selain dikurung, aku juga mendapat hukuman yang lain.
2027 adalah nomor selku. Aku dimasukkan ke sana dengan punggung yang terdorong. Seolah polisi yang mengantarku itu sangat membenciku karena aku sudah menyedot seluruh darahnya hingga tak bersisa.
Dia membuka borgolku dengan kasar hingga ada sedikit gurat merah di pergelangan tanganku saat ia berhasil membukanya. Aku menggerak tanganku karena pegal. Polisi itu lalu pergi melenggang dariku. Meninggalkanku di tempat yang gelap, kotor dan pengap ini.
Aku menoleh pada seseorang yang bersandar di pojok dengan kekehan jahat yang entah ia tujukan untuk siapa. Siapa lagi jika bukan aku?
Aku bangun dan duduk di sisi lainnya, bersebrangan dengannya yang terlihat terlalu muda untuk menjadi pembunuh. Seperti aku.
"Kau adalah manusia terbodoh yang pernah berkunjung di sini." Cemoohnya dengan suara yang lumayan berat untuk seusianya. Tinggi dan kekar tubuhnya hampir sama denganku. Usianya juga. Ia menyeringai seolah aku bisa melihat semua aura kejahatannya dari kegelapan ini. "Kau sudah dinyatakan tidak bersalah meskipun tak pakai pengacara. Apa kau terlalu miskin untuk hidup di dunia luar dan berpikir hidup di penjara lebih hemat?"
"Aku pemilik perusahaan Diageo asal kau tahu. Semua minuman keras yang pernah kaurasa adalah aku yang memproduksi." Kataku dengan sombong. Lelaki itu tersenyum miring.
"Dari nada kesombonganmu itu aku percaya kau seorang kaya."
***
Seminggu sudah aku mendekam di sini. Semua terasa berjalan cepat. Orang-orang mulai mengenal namaku di saat aku tak bisa ingat satu pun dari nama mereka. Bahkan teman se-selku. Aku tak mengerti kenapa mereka terlihat ketakutan ketika aku lewat di depan mata mereka. Tatapan jijik yang pertama mereka lemparkan padaku diganti menjadi tatapan ngeri dan juga waspada. Padahal seingatku, aku tak pernah melakukan apa pun kepada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
(TERBIT) Alter Ego 2
FanfictionI love you Brittany... I love you Alexa... I fucking hate you Harrold...