11. Devan

9.9K 1.2K 28
                                    

Brittany’s PoV

“Brit!!!”

Mataku terbuka ketika mendengar suara jeritan barusan. Otomatis mataku langsung tertuju pada Niall. Aku menatapnya penuh pertanyaan sekaligus untuk mengumpulkan sarap-sarap tubuhku kembali normal.

“Ada apa Niall?” kataku dengan suara parau. Niall meloncat dari ranjang dengan cepat seperti ketakutan akan sesuatu. Oh mungkinkah ada seekor kecoak? Aku ikut bangun karena aku juga takut.

“Ada apa? Kau tidak melihat jam?” bentaknya padaku. Melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7.15 am pun membuatku sama-sama meloncat dari ranjang dan buru-buru bangun dan berlari menuju kamar mandi yang berada di sini, di kamar Niall.

“Brit, aku duluan aku sudah terlambat!” teriak Niall dari luar. Tapi aku mengabaikannya dan mengunci pintu kamar mandi. Dia bisa mandi di ruang tengah kan? Aku memulai melucuti pakaianku sebelum akhirnya aku mendengar suara gaduh dari luar.

Keparat!”

Kalau aku tidak salah berarti aku benar? Maksudku kalau aku tidak salah itu suara Harry kan? Dengan berat hati aku kembali mengenakan piyamaku dan keluar dari kamar mandi.

Betapa kagetnya aku ketika melihat Niall telah tersungkur di dekat ranjang dengan tangan yang meremas perutnya. Matanya terpejam dan mulutnya terbuka hendak berteriak tapi tidak ia lakukan. Tatapanku menangkap sosok Harry yang berdiri di ambang pintu menatapiku dengan amarah yang berkobar.

Dia bukan Harry.

Lantas Harrold langsung masuk dan menarik tanganku sebelum aku sempat memeriksa keadaan Niall. Oh, kumohon jangan sekarang! Aku—kami sudah terlambat. Bukan hanya aku dan Niall. Tapi Alexa, Alexa harus sekolah!

Tangan Harrold membimbingku masuk ke dalam kamarku. Dan setelah sampai, ia menghempaskan tubuhku jauh-jauh darinya hingga punggungku menabrak tembok. Bisakah sekali saja ia tidak tempramen?

“Kau tidur dengannya? Kau bilang padaku kau sedang mens.” Oh aku seharusnya tahu penyebab fuck ini, ia tak menemukanku di kamarku lalu ia menemukanku di kamar Niall. Alhasil, otak keras kepalanya hadir lagi menyapa dirinya yang sempat membuatku kagum atas perubahannya. Ternyata ia masih sama saja, Harrold takkan berubah.

“Aku memang biasa tidur dengannya! Kau tak berhak melarangku.” Balasku berteriak. Dia pikir siapa dia melarangku dan bisa menyakiti Niall seenaknya? “Aku tak terima atas perlakuanmu pada Niall! Dia Tuan Rumah di sini. Di mana sopan santunmu?” aku menunjuk-nunjuk dirinya dengan berani.

“Persetan dengan Gigolo Pirang itu.”

“Harrold!” aku memukul rahangnya dengan keras. Tapi apalah dayaku ketika pukulanku sama sekali tak terasa olehnya. Aku hanya bisa membuat rambutnya berantakan ketimbang wajahnya berbalik ke lain arah seperti yang kuharapkan.

Kekagetanku belum surut ketika tangan Harrold menyusup paksa ke dalam seksku. Aku terkejat dan menarik-narik tangannya untuk segera keluar dari celana dalamku yang kuakui sudah basah sejak tadi kami bertengkar. “Lepaskan Bajingan!” teriakku dengan susah payah menarik keluar lengannya. Tapi Harrold tidak kehabisan akal. Ia mencekikku hingga aku kesulitan bernapas. Kini otakku berperang harus melawan lengan Harrold yang mencekik leherku atau menjamah yang kemaluanku?

Kedua tanganku kugerakkan ke atas untuk melepaskan tangan Harrold dari leherku. Gerakan memutar jarinya di klitorisku membuatku tak bisa berbohong pada Harrold. Karena basah dan kedutannya tak bisa kukontrol untuk berbohong padanya.

“Kau sudah bersih dari darah dan kau menemui Gigolo Sialan itu, bukan aku?” geram Harrold membuat wajahnya bergetar menahan amarah, menatapku dengan tatapan paling membunuh yang ia punya.

(TERBIT) Alter Ego 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang