41. Misa (2)

2.1K 246 149
                                    


"Niall . . . "Al memelukku yang bersimpuh di hadapannya. Aku menggendong Alexa dan menghadapi Zayn juga Ariana.

"Tanganmu itu sangat kuat, ya, Niall. Aku saja pegal terus-menerus menggendong Alexa," puji Zayn berlebihan. Aku terkekeh paksa, tidak enak juga kalau tidak tertawa di saat dia bergurau. "Sayang, aku mau yang seperti itu. Tetapi kembar. Bisa, kan?"

Sayang? Ariana terlihat kesal dan tidak nyaman. Padahal ia tak perlu seperti itu. Aku menunduk merasakan Al mencubit tanganku. Aku menatap Al penuh pertanyaan.

"Niall, apa kau kenal tante ini? Dia sangat baik, aku tiba-tiba saja menyukainya. Rambutnya sangat lucu, aku mau dikuncir seperti itu," Alexa meminta manja. Aku mendadak kikuk. Ariana memang terlihat jauh lebih cantik dari dulu. Ia terlihat semakin dewasa.

"Oh, kau manis sekali, Sayang." Ariana mencubit pipi Alexa. Aku menoleh ke belakang dan tak kutemukan Des di sekeliling kami. Ke mana dia? Aku memutar pandangan, tetapi yang kulihat malah Brit dan Harry yang masih saja berbincang. Aku menghela napas sabar.

"Al, lihat, ada Adam!" Zayn menunjuk ke luar pintu membuat Alexa terkesiap dan menyembunyikan wajahnya di atas bahuku. Aku melihat ke pintu tidak ada siapa pun, dan aku mulai menatap Zayn dengan pertanyaan, sama seperti Ariana.

"Hahaha! Kena, kau!" Tawa Zayn meledak menjahili putriku. Aku pun kebingungan saat kini semua tamu memusatkan perhatian kepada kami.

"Zayn, hentikan!" Ariana menggeretak. "Tidak bisakah kau serius sedikit? Di sini, saat ini, tempatnya orang-orang bersedih!" Ariana mengerutkan keningnya marah. Zayn pun segera menutup mulut.

"Tidak apa-apa, Sayang." Aku berbisik pada Alexa yang sepertinya sudah sangat phobia jika sudah mendengar nama Adam.

"Apa kabar, Ariana?" tanyaku. Kusadari aku belum menyapanya sejak ia datang kemari.

"Kalian saling kenal?" Zayn melongo menatap kami bergantian.

"Itu karena kau tak pernah mengenalkan aku pada siapa pun! Aku mau pulang." Ariana menghentak sebelah kakinya dan memutar tubuh. Ia berjalan keluar.

"Dude, kau tidak mengejarnya?" tegurku. Zayn memutar kedua bola matanya.

"Dia sedang mens. Begitulah, nanti juga kembali lagi." Aku tersenyum pada Zayn. Dia sangat kekanak-kanakan.

"Niall, aku mau ke Harry." Al mengguncang kakinya ingin turun. Aku pun melepaskannya.

"Aku ikut!" Zayn menyeru. Alexa menatap Zayn kesal, bersidekap, dan membuang wajahnya dengan gemas. Ia melenggang pergi meninggalkan Zayn yang lagi-lagi tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Al. Mereka pun berlalu.

Aku memperhatikan Ariana yang masih terlihat sangat kesal itu. Aku merasa berdosa jika harus tak acuh. Jadi, aku memutuskan untuk menghampirinya.

Aku mengambill dua gelas anggur yang berjejer di atas meja dekat pintu.

"Hai." Ariana menoleh atas kedatanganku.

Aku terkesiap saat mendapati Ariana tengah memelukku dengan erat. Bersyukur minuman yang kubawa tak tumpah. Aku tidak membalas pelukannya, karena menggenggam gelas. Tetapi aku juga tak bisa menolaknya, jadi aku pasrah saja.

Buru-buru Ariana melepas pelukannya dan tertunduk. Wajahnya memerah.

"Maaf," gumamnya.

"It's okay, ini." Aku menyodorkan gelas padanya. Ariana tersenyum dan mengambil anggur itu, lalu meneguknya sampai tak bersisa dengan cepat.

(TERBIT) Alter Ego 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang