Bab 3 : The Shadow of Past

1.7K 155 1
                                    

Bab 3: Bayangan Masa Lalu

Leewon terbangun dengan rasa nyaman yang sudah lama tidak dirasakannya. Cahaya matahari pagi menyinari kamar apartemen Taekjoo, dan dia bisa mendengar suara samar dari ruang tamu. Dia menguap, meregangkan tubuhnya yang lelah, lalu bangkit dari tempat tidur.

Saat dia berjalan keluar kamar, dia mendengar suara Taekjoo berbicara di telepon. Nada suaranya terdengar frustrasi. Leewon berhenti sejenak, mendengarkan dari balik pintu yang sedikit terbuka.

"Ya, aku mengerti, tapi ini bukan sesuatu yang bisa kita selesaikan secepat itu," kata Taekjoo dengan nada yang jelas menunjukkan kebingungan dan tekanan. "Aku akan segera ke kantor dan mencoba menyelesaikannya. Tolong beri aku sedikit waktu."

Leewon memutuskan untuk keluar dan melihat Taekjoo menutup telepon dengan wajah muram. "Siapa itu?" tanya Leewon sambil mengusap matanya yang masih sedikit mengantuk. "Apa itu pacarmu?"

Taekjoo menggeleng dengan senyum lelah. "Bukan, itu bosku. Maaf, aku harus ke kantor sekarang. Ada masalah mendadak yang harus aku tangani."

Leewon mengangguk pengertian. "Semoga harimu tidak terlalu berat. Hati-hati di jalan."

Taekjoo menghela napas dan mengambil tas kerjanya. "Terima kasih, Leewon. Aku senang kau di sini. Kita akan bicara lebih banyak nanti malam."

Leewon mengantar Taekjoo sampai pintu depan, memberikan dukungan dengan senyuman. Setelah pintu tertutup, dia kembali ke ruang tamu dan memutuskan untuk menonton televisi sambil menikmati secangkir kopi dan roti.

Dia menyalakan TV dan mengganti-ganti saluran sampai menemukan berita pagi. Leewon menyesap kopinya, menikmati rasa hangat dan aromanya, hingga tiba-tiba matanya tertuju pada sosok yang tak asing di layar.

Caesar. Pacarnya yang obsesif dan berbahaya, terlihat dalam liputan berita Korea.

Leewon hampir menyemburkan kopinya. Dengan mata terbuka lebar, dia menyaksikan gambar Caesar yang sedang berjalan keluar dari sebuah gedung mewah, dikelilingi oleh beberapa pria bertubuh besar.

"Seorang tokoh terkenal dari Rusia, Caesar Alexandrovich Sergeyev, baru-baru ini terlihat di Seoul," kata pembawa berita itu. "Keberadaannya memicu spekulasi tentang bisnis dan tujuan kunjungannya ke Korea."

Leewon merasa jantungnya berdetak kencang. Kenapa Caesar ada di sini? Apakah dia mencarinya? Ribuan pikiran berputar di kepalanya, dan ketakutan yang sudah lama ditekan mulai muncul kembali.

Dia meletakkan cangkir kopi dengan tangan yang gemetar. Keberadaan Caesar di Seoul tidak mungkin kebetulan. Leewon tahu dia harus segera bertindak dan memastikan keselamatannya serta Taekjoo.

Tapi untuk saat ini, dia hanya bisa duduk terpaku di sofa, mencoba memproses apa yang baru saja dilihatnya.

10 menit dua puluh menit, Leewon masih duduk terpaku di sofa, mencoba menenangkan pikirannya yang kalut.

Matanya tak lepas dari layar televisi, seolah-olah berita itu akan memberinya petunjuk lebih lanjut tentang keberadaan Caesar di Seoul. Rasa takut yang sudah lama dirasakan kini kembali menyeruak, menghantui setiap sudut pikirannya.

Tiba-tiba, ponselnya berbunyi, membuatnya tersentak. Di layar, muncul tulisan "Unknown Caller."

Jantung Leewon berdetak lebih kencang.

Itu adalah nomor baru.

Nomor lamanya telah ia buang ketika ia memutuskan untuk melarikan diri dari Rusia. Selain Taekjoo, ia belum pernah menelepon siapapun dengan nomor baru itu.

"Siapa ini?" gumamnya pelan, merasa panik. Tidak mungkin kan Caesar? Sial! Leewon menggigit bibirnya, tangannya gemetar saat meraih ponsel.

Dengan ragu, ia menggeser ikon hijau untuk menjawab panggilan. "Halo?" suaranya terdengar kaku dan tegang.

"Halo, Leewon," suara di seberang telepon itu terdengar tenang, tetapi ada nada dingin yang membuat Leewon merasa tak nyaman.

"Bagaimana kabarmu di Seoul?"

Leewon menelan ludah. "Siapa ini?" tanyanya, meskipun dalam hati dia sudah bisa menebak jawabannya.

"Ah, kau tahu siapa aku," suara itu melanjutkan dengan nada sedikit mengejek. "Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Kita akan segera bertemu."

Tangan Leewon berkeringat, dan dia merasa kepalanya mulai berputar. "Caesar?" bisiknya, meski tak ada jawaban yang dia harapkan.

"Tepat sekali," jawab Caesar dengan tawa kecil yang menyeramkan.

"Jangan khawatir, aku hanya ingin kita bertemu dan berbicara. Banyak yang perlu kita bicarakan, bukan?"

Leewon merasa darahnya mendidih, antara marah dan takut.

"Aku tidak ingin bertemu denganmu," katanya dengan suara bergetar. "Tinggalkan aku sendiri."

"Sayang sekali, Leewon. Kau tahu aku tidak bisa melakukan itu," jawab Caesar sambil mencium ponsel miliknya.

"Sampai bertemu lagi, kekasihku."

Sambungan terputus, meninggalkan Leewon dalam keheningan yang mencekam. Dia menatap ponselnya, berharap semua ini hanya mimpi buruk. Namun, kenyataan menghantamnya keras.

Caesar ada di sini, di Seoul, dan dia tahu Leewon ada di sini juga.

Leewon berdiri dan mulai mondar-mandir di ruang tamu, mencoba memikirkan langkah selanjutnya. Dia tidak bisa tinggal di apartemen Taekjoo, itu terlalu berbahaya.

Dia juga tidak bisa melibatkan Taekjoo dalam masalah ini, terlalu berisiko. Tapi ke mana dia harus pergi? Siapa yang bisa dia percayai? Dia meraih ponselnya dan menelpon Taekjoo.

"Halo, Taekjoo. Aku... ada sesuatu yang harus kuceritakan. Bisa kau pulang secepatnya?" suaranya terdengar putus asa.

Di seberang sana, Taekjoo terdengar khawatir. "Ada apa, Leewon? Apa yang terjadi?"

"Aku tidak bisa menjelaskan sekarang. Tolong, pulanglah segera. Aku butuh bantuanmu."

"Baik, aku akan segera pulang. Tunggu di sana," jawab Taekjoo sebelum menutup telepon.

Leewon menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya.
Dia tahu ini bukan saatnya untuk panik. Dia harus kuat, untuk dirinya sendiri dan untuk Taekjoo.

"Semoga keputusanku untuk memberitahunya tepat."

---------------

Vote and comment ~

Run ! Run ! Run ! [ BL Crossover Rose And Champagne, CA, Shutline, Passion]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang