2

7.3K 665 16
                                    

Happy Reading!

Diandra melotot kaget lalu segera berlari mendekati kedua orang tuanya.

"Mama sama papa kok di sini?"tanya Diandra setelah berdiri tepat dihadapan mamanya, sedang papanya masih bicara dengan seseorang.

"Kenapa, tidak boleh?"tanya Tina seolah marah.

Diandra menggeleng. "Bukannya gitu, tapi__"

"Kami juga diundang, memangnya hanya kamu yang diundang."potong Tina membuat Diandra tersenyum lalu memeluk mamanya itu.

"Diandra senang karena mama ada di sini."bisik Diandra membuat Tina mengernyit.

"Kenapa?"bisik Tina pelan.

Diandra langsung menjawab. "Karena pak Anton tidak akan berani marah jika kalian ada di sini."ucap Diandra lalu tertawa saat mengingat wajah atasannya tadi saat tahu mereka akan terbang ke Bali dengan jet pribadi.

"Memangnya kamu melakukan apa lagi?"tanya Tina yang mulai frustasi akan setiap kelakukan putrinya. Untung saja mereka tidak tinggal serumah, jika iya mungkin ia akan pusing setiap saat.

"Putrimu berhasil membuat jet pribadi Anton terbang hari ini."ucap Minu yang tiba-tiba saja datang.

"Apa?"kaget Tina lalu mengacungkan jempol pada putrinya."Lalu apa Anton marah?"tanya Tina membuat Diandra mengangguk.

"Menurut mama kenapa aku kabur dari pak Anton sejak keluar dari jet tadi siang."ucap Diandra membuat Tina dan Minu tertawa.

Minu mengusap punggung Diandra. "Kamu melakukan pekerjaan besar hari ini. Tante bangga sekali."puji Minu membuat Diandra menepuk dadanya bangga. Semua orang juga tahu bahwa Anton Darmawan sangat pelit. Sangat! Setiap hal yang dia beli harus mendatangkan manfaat dan keuntungan. Seperti jet pribadi yang tidak akan terbang jika bukan untuk urusan pekerjaan.

"Tante harusnya lihat wajah pak Anton tadi, Benar-benar sangat lucu. Sayang saja tadi aku tidak mengambil video."ucap Diandra dengan tawanya. Wajah kaget Anton saat tau mereka akan terbang dengan jet pribadi benar-benar menggemaskan, Diandra bahkan hampir membatalkan penerbangan dan membawa atasannya itu ke rumah sakit untuk periksa jantung.

Minu ikut tertawa. Ia jadi membayangkan wajah putranya yang pelit itu."Tante harap jantung Anton masih berada di tempatnya." ucap Minu menimpali lalu menatap sosok pria yang berdiri tak jauh dari mereka berada.

Minu segera menyentuh lengan Diandra."Tapi jangan terlalu senang dulu."ucap Minu membuat Diandra diam lalu mendadak perasaannya tak enak.

"Anton tepat di belakangmu." beritahu Tina membuat Diandra melotot lalu perlahan berbalik.

Deg

Diandra langsung memperlihatkan senyum manisnya lalu mengambil ancang-ancang untuk pergi namun tangannya malah ditahan oleh mamanya.

"Mama."tegur Diandra panik membuat Tina tertawa lalu melirik Anton yang berjalan mendekat ke arah mereka.

Diandra melotot lalu berusaha berontak namun percuma, atasannya itu kini sudah berdiri tepat dihadapannya.

Tina tertawa lalu melepas pegangan pada lengan putrinya. Sedang Diandra langsung menahan napas lalu_

Bukk

Tanpa tahu malu, Diandra langsung memeluk tubuh Anton kemudian meraba-raba tubuh atasannya itu.

"Diandra!"kaget Anton sedang Minu dan Tina hanya diam dan saling bicara lewat lirikan mata. Bahkan orang-orang yang ada di sana sudah meninggalkan aktivitasnya hanya untuk menonton pertunjukkan seru antara bos dan sekretaris.

"Hm, tubuh pak Anton kok wangi banget,"puji Diandra lalu menyentuh wajah atasannya itu dengan berani. "Wajah bapak juga terlihat ribuan kali lebih tampan dari biasanya."

Anton melotot lalu berusaha menjauhkan Diandra dari tubuhnya namun gagal karena wanita itu bersikeras tetap memeluknya.

Sedang anggota keluarga yang melihat itu hanya tertawa geli. Anton memang tidak akan bisa berkutik jika berhadapan dengan Diandra.

"Pak Anton jangan marah. Kalau bapak marah nanti saya ngambek, nggak mau kerja lagi loh." ancam Diandra membuat Anton mendengus lalu mendorong tubuh sekretarisnya itu sedikit kuat.

"Ck! Kasar banget."cibir Diandra lalu mengusap lengannya yang sedikit sakit.

Anton menatap sekretarisnya itu tajam."Ikut saya, sekarang!" tegas Anton lalu menarik tangan Diandra.

"Bye, sayang. Hati-hati!"teriak Tina membuat Diandra mendengus kesal. Padahal tadi bisa saja ia kabur.

Anton menarik lengan Diandra hingga tiba di depan sebuah mobil.

"Masuk!"titah Anton tak sabaran.

"Sabar dong, pak. Masa pelit sama nggak sabaran bapak borong semua. Kasihan yang lain."ucap Diandra kesal saat tubuhnya didorong masuk ke dalam mobil.

"Makanya jangan lelet,"balas Anton."Masa boros dan lelet, kamu borong semua. Kasihan yang lain."

Diandra langsung melotot namun tidak mengatakan apapun lagi, apalagi kini mobil juga sudah melaju meninggalkan halaman hotel tempat resepsi dilaksanakan.

"Kita mau ke mana, pak?"tanya Diandra setelah diam cukup lama.

"Menemui pak Faruq di hotel MH."sahut Anton singkat lalu menekan pedal gas mobilnya lebih kuat.

Diandra hanya mengangguk. Pak Faruq adalah pengusaha asal Dubai, beliau sangat sulit untuk ditemui dan kali ini malah berkunjung ke Bali. Pantas saja pak Anton tidak menyia-nyiakan kesempatan.

Namun mobil yang tadinya melaju kencang tiba-tiba saja melambat dan akhirnya berhenti.

"Lah kok berhenti, pak?"tanya Diandra membuat Anton berdecak lalu memukul setir mobil. Sial sekali, mobilnya habis bensin.

Diandra memijat keningnya. Ini adalah masalah yang biasa muncul jika mereka ke luar kota dan pak Anton sendiri yang menyewa mobil.


Antara mogok karena menyewa mobil tua atau habis bensin.

Bersambung

Bos Pelit dan Sekretaris BorosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang