10

5.7K 611 81
                                    

Happy Reading!

Akhirnya untuk pertama kalinya dalam empat tahun, Diandra dan Anton duduk dalam kecanggungan. Mereka satu mobil tapi seperti beda kecamatan. Tidak ada obrolan dan hanya diisi suara napas dan kentut Diandra yang tidak bisa ia tahan lagi.

Namun meski tercium wangi semerbak, Diandra sama sekali tidak mendapat teguran.

"Diandra.. "

"Iya, pak?"akhirnya pak Anton bicara juga pikir Diandra.

"Maaf, untuk kejadian tadi malam saya benar-benar minta maaf."

Diandra diam lalu mengangguk."Sebenarnya biasa aja sih, pak. Lagipula kita sudah sedewasa ini."

Anton melotot."Biasa? Ini bukan hal biasa Diandra."bentak Anton tak sadar.

Diandra menatap pak Anton lalu menyeringai."Jangan-jangan itu ciuman pertama pak Anton?"tanya Diandra lalu tertawa.

"Memang itu bukan yang pertama buat kamu?"tanya Anton heran.

Diandra mengangguk."Ya bukan lah_"

Ckitt

"Arghh_ pak Anton!"bentak Diandra karena mobil tiba-tiba berhenti.

Tinn tinn

Anton segera menurunkan kaca mobil lalu berteriak."Berisik!"

Diandra segera menarik tangan bos nya itu."Bapak bikin malu deh. Kan emang bapak yang salah, berhenti sembarangan."tegur Diandra membat Anton berbalik dengan tatapan garang.

"Sama siapa kamu ciuman?"tanya Anton membuat diam.

"Jawab!"desak Anton membuat Diandra berdecak.

"Bapak apaan sih? Itu kan privasi saya."

"Sebagai calon sua__maksudnya bos kamu. Saya harus tahu dengan siapa kamu ciuman untuk pertama kalinya."Anton mengatakan itu dengan wajah super kesal.

"Nggak ada hubungannya dong, pak. Lagipula bapak marah kenapa sih? Normal aja dong kalau cwe secantik saya pernah ciuman."Diandra mengatakan itu dengan gaya angkuh membuat Anton semakin merasa menyala.

"Oh normal ya?"tanya Anton menahan kesal.

"Iya."

Cupp

Diandra melotot. Sekali lagi pak Anton mencium bibirnya. Namun kali ini bukan sekedar menempelkan bibir tapi juga ada adegan lumat melumat. Lidah keduanya menari dengan begitu lihat. Diandra bahkan tidak yakin jika ini pertama kalinya bagi pak Anton, karena pria itu terlihat sangat menguasai permainan.

"Hngg"Diandra dengan kuat memeluk leher pak Anton. Sesekali juga menggigit bibir pria itu. Tarikan napas mereka juga sudah mulai terdengar berat hingga akhirnya Diandra mendorong tubuh pak Anton.

Anton segera mengambil tisu dan membersihkan bibirnya.

"Bibir bapak berdarah."ucap Diandra cemas lalu menyentuh sudut bibir atasannya itu.

"Gara-gara kamu ini."sungut Anton lalu kembali melajukan mobilnya.

Begitu tiba di perusahaan, Anton langsung saja menarik Diandra menuju lift khusus pimpinan. Jangan sampai ada yang melihat bibir mereka saat ini.

Diandra menghela napas lega begitu pintu lift tertutup."Bibir saya jadi bengkak gara-gara bapak."ucap Diandra kesal. Pasalnya tadi saat di parkiran mereka kembali ciuman, bahkan lebih panas dari tadi.

Anton melirik Diandra lalu kemudian menyudutkan wanita itu ke dinding."Lagipula sudah terlanjur."ucap Anton lalu kembali melahap bibir sekretarisnya itu. Keduanya berhenti saat pintu lift terbuka.

Anton melangkah keluar lebih dulu diikuti oleh Diandra yang berpura-pura batuk untuk menutupi bibirnya. Sedang Anton hanya melangkah dengan santai.

"Pagi, pak Anton."sapa beberapa orang yang memang bekerja di lantai itu.

"Pagi."balas Anton lalu segera masuk ke dalam ruangannya.

Diandra langsung menutup pintu kemudian bergegas menuju mejanya namun seseorang terasa mengikuti pergerakannya.

"Ya ampun, pak Anton."jerit Diandra saat pak Anton malah memegang pinggangnya kemudian dengan enteng membuatnya duduk di atas meja.

Anton mendekat lalu mengusap bibir Diandra."Lagipula kita sudah dewasa."bisik Anton lalu kembali mencium bibir Diandra. Namun kali ini tangannya lebih berani. Anton dengan sadar meraba paha dan menyusup masuk kebagian terlarang milik Diandra.

"Enghh__"Diandra melenguh pelan. Ia sadar seratus persen dengan apa yang sedang pak Anton lakukan, hanya saja ini terlalu nikmat untuk dihentikan.

Anton menyeringai, jika sejauh ini dia tak mendapat penolakan artinya Diandra memang tak ingin menolak. Karena itu dengan berani dia menggeser celana dalam yang sekretarisnya itu pakai kemudian memasukkan satu jarinya.

Diandra melotot lalu mendorong tubuh pak Anton hingga ciuman mereka terlepas. Namun meski tak lagi ciuman, Anton tetap memainkan jarinya di bawah sana.

"Pak Anton.."desis Diandra tertahan lalu mendongak saat satu jari lagi masuk mengisi tubuhnya.

"Kamu suka kan?"bisik Anton membuat tubuh Diandra meremang. Dan setelah itu dua jari di dalam tubuhnya bergerak semakin cepat.

Diandra menguatkan pegangannya di sudut meja kemudian membuka kakinya lebar. Masa bodoh dengan apa yang dipikirkan oleh pak Anton, saat ini yang Diandra pikirkan hanya rasa aneh yang menjalar di tubuhnya.

Gerakan jari pak Anton sukses membuat Diandra membuka mulutnya lebar dan tubuhnya mulai bergetar.

"Pak Anton."jerit Diandra saat pelepasannya datang. Tubuhnya langsung lemas dan berbaring di atas meja dengan kaki yang terbuka.

Sedang Anton langsung melepas celana dalam yang Diandra kenakan kemudian menunduk dan menghisap habis cairan yang baru saja sekretarisnya itu keluarkan.

Diandra memukul meja lalu kembali mendesah dan meneriakan nama Anton. Kegiatan itu selesai saat sebuah ketukan pintu terdengar.

Ternyata mereka hampir melewatkan rapat penting. Tapi memang harus dilewatkan karena Anton Darmawan yang ijin ke kamar mandi tak kunjung kembali.

Bersambung

Bos Pelit dan Sekretaris BorosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang