(21+) 12

10.5K 694 33
                                    

Happy Reading!

"Pak Anton ini saya, pak. Sadar, pak."teriak Diandra saat tangannya ditarik dan dibaringkan di kursi belakang.

"Justru karena ini kamu, saya tidak bisa menahannya."

Diandra melotot lalu berusaha melawan namun rasanya percuma. Pergerakannya sangat terbatas dan ia juga kalah tenaga.

"Saya tidak bisa menahannya.. Benar-benar tidak bisa."ucap Anton lirih lalu mulai mencium bibir Diandra.

"Pak__empp."awalnya ia memang kekeh menolak tapi akhirnya pasrah juga. Lagipula Diandra baru menyadari sesuatu. Sepertinya ini efek dari minuman yang diberikan pak Hamdi tadi.

Jika apa yang dipikirkannya benar maka Diandra bisa menebak betapa terbakarnya tubuh pak Anton sekarang. Pria itu hampir seperti orang gila yang tidak mengingat apapun lagi.

Desahan pertama Diandra akhirnya keluar saat gumpalan daging kenyal miliknya disentuh.

'Anggap saja jika aku juga sudah hilang akal.' batin Diandra lalu membalas permainan Anton tak kalah panas.

Lagipula mereka sudah dewasa dan ia juga penasaran bagaimana rasanya bercinta. Meski harusnya pengalaman pertamanya tidaklah di mobil.

Anton langsung menarik turun rok kerja beserta celana dalam yang dipakai Diandra lalu memposisikan miliknya yang sedari tadi sudah bebas menantang.

"Tunggu, pak!"cegah Diandra panik. Walau bagaimana pun ini adalah pengalaman pertamanya.

Anton kembali mencium dan bermain di sekitar leher Diandra. Sebisa mungkin dia membuat tubuh Diandra tenang kemudian mulai menggesek batangnya dengan milik Diandra. Hanya gesekan saja namun sangat mampu membuat tubuh keduanya semakin terbakar.

"Siap?"tanya Anton dengan napas memburu.

Diandra mengatur napas lalu mengangguk."Pelan-pelan engh__"Diandra langsung mencakar punggung Anton saat sesuatu yang besar dan keras mencoba memasuki daerah intimnya.

"Tahan."bisik Anton lalu mencium kening Diandra dan_

Bless

"Arghhhh__"mulut Diandra terbuka lebar dengan tubuh yang tersentak ke belakang. Kedua kakinya juga bergetar karena menahan sakit.

Sedang Anton hanya mendesis karena perih akibat cakaran Diandra dan jepitan pada batangnya yang begitu ketat.

"Hiks"

Anton segera menghapus air mata yang mengalir di pipi Diandra.

"Jangan menangis."bisik Anton lalu menenangkan Diandra dengan ciuman dan untungnya cara itu berhasil.

"Bapak bisa bergerak sekarang."ucap Diandra serak membuat Anton mengangguk lalu mulai menarik miliknya keluar kemudian menghentaknya masuk. Itu dia lakukan berulang kali hingga akhirnya gerakannya stabil mendekati cepat.

Desahan Diandra terdengar samar karena suara hujan namun hal itu tidak menyurutkan gairah Anton yang memang sejak tadi memaksa untuk dikeluarkan. Anggap saja jika hujan menambah suasana yang mereka lakukan semakin nikmat.

Pompaan Anton yang semakin cepat membuat Diandra menjerit tak karuan. Tubuhnya bergerak tak tentu arah dan mulai bergetar.

"Pak Antonnn__"jerit Diandra saat pelepasannya datang namun hujaman yang ia terima sama sekali tidak berhenti membuat teriakan Diandra terdengar begitu keras.

"Berhenti, pak.. Berhen___"tubuh Diandra kembali mengejang dengan kedua mata yang melotot.

Sedang gerakan Anton semakin membabi buta. Miliknya sudah berdenyut dan siap untuk memuntahkan lahar panas.

"Diandraa__"desah Anton lalu mendorong miliknya sedalam mungkin ke tubuh Diandra.

Diandra langsung melotot kemudian memukul paha Anton beberapa kali."Jangan___"namun suaranya tertahan akibat pelepasannya yang juga datang.

Belum selesai mengatur napas, Anton kembali membawa tubuh Diandra ke pangkuannya.

"Jangan di dalam."sungut Diandra marah membuat Anton terkekeh.

"Lagipula kita akan menikah."balas Anton santai.

"Tidak mau."balas Diandra membuat Anton melotot kemudian kembali bergerak dan akan dia pastikan untuk mengisi full rahim Diandra dengan benih-benih terbaiknya.

Percintaan mereka selesai tepat saat hujan berhenti. Anton segera merapikan pakaiannya kemudian memakaikan celana dalam dan juga rok Diandra. Setelah itu dia bergegas ke kursi kemudi dan melajukan mobil menuju rumah yang mereka sewa.

Anton memutuskan menggendong Diandra karena wanita itu sepertinya sudah tidur begitu lelap. Dia juga berbaik hati membersihkan tubuh Diandra dan menggantikan pakaian kerja dengan baju tidur wanita itu.

Setelah selesai, Anton hanya duduk di sisi tempat tidur Diandra. Memperhatikan wajah cantik gadis yang baru saja dia jadikan wanita itu.

"Maaf. Harusnya ku lakukan saat kita sudah sah."ucap Anton lalu mencium kening Diandra kemudian menyelimuti wanita itu dengan benar.

Anton kembali ke kamarnya lalu bergegas membersihkan diri. Jika dia tak salah tebak, ini pasti efek dari minuman yang tadi Diandra bawa.

"Diandra bilang itu minuman dari papa."gumam Anton. Tapi bisa saja minuman itu memang dibuat oleh Diandra sendiri.

Apapun itu dan siapapun yang melakukannya, Anton sama sekali tidak menyesal meski harusnya memang tidak terjadi. Tapi sebagai pria dia akan bertanggungjawab. Tentu saja meski tanpa kejadian ini pun, Anton akan tetap menikahi Diandra karena memang itu adalah tujuannya.

Paginya, Anton bangun lebih awal dan bergegas menuju dapur untuk memasak sesuatu. Mungkin nasi goreng dan segelas susu untuk sarapan pagi ini.

Setelah selesai, Anton segera membawa hasil masakannya ke kamar Diandra. Ternyata wanita itu masih tidur. Mungkin karena terlampau lelah.

Tak mau membangunkan Diandra, Anton segera menyimpan makanannya di atas meja kemudian menulis catatan bahwa wanita itu tak perlu ke kantor hari ini.

Anton menatap wajah Diandra lalu mendekat dan melayangkan sebuah kecupan.

"Enghh"mata Diandra tiba-tiba saja terbuka membuat Anton menegang lalu segera memasang senyum.

"Selamat pagi."sapa Anton lembut. Namun Diandra hanya diam dan Anton bisa memaklumi itu.

"Pak Anton, ini sudah jam berapa?"tanya Diandra akhirnya.

"Masih begitu pagi dan untuk hari ini tidak perlu ke kantor."balas Anton membuat Diandra menggeleng.

"Tapi ada banyak rapat aww"

Anton segera meminta Diandra kembali berbaring."Istirahatlah! Makanannya juga sudah saya siapkan."

Diandra menatap nasi goreng dan segelas susu yang ada di atas meja.

"Mau saya suap?"tawar Anton.

"Tidak perlu."balas Diandra cepat.

Anton mengangguk."Dan untuk kejadian tadi malam, saya ingin mem__"

"Kita lupakan saja. Lagipula terjadi karena pak Anton dalam pengaruh obat dan mungkin tadi malam saya juga sedikit gila."

"Tapi__"

"Tidak ada kata tapi, pak Anton."potong Diandra cepat membuat Anton mengangguk lalu segera melangkah keluar.

"Istirahatlah."ucap Anton sebelum menghilang dibalik pintu.

Diandra langsung mengusap wajahnya. Ia pasti sudah gila. Harusnya kan ia mengamuk meminta pertanggungjawaban dan bukannya minta dilupakan begitu saja.

Bersambung

Bos Pelit dan Sekretaris BorosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang