11

6K 635 130
                                    

Happy Reading!

Anton mengambil minuman yang dibawa oleh Diandra untuknya.

"Beli di mana?"tanya Anton sambil membuka tutup botolnya. Pas sekali, dia memang haus.

"Dari pak Hamdi, tadi ketemu di luar."jelas Diandra lalu mulai beres-beres karena memang sudah hampir jam pulang.

Anton hanya mengangguk lalu menghabiskan minumannya meski rasanya sedikit aneh. Tapi sayang kan kalau dibuang.

"Dokumen untuk rapat besok sudah siap kan?"tanya Anton sambil melempar botol kosong ke dalam bak sampah.

"Sudah. Semuanya sudah siap. Bapak tidak perlu khawatir,"sahut Diandra lalu bergegas memperbaiki riasannya."Hanya saja rapat yang harusnya kita lakukan hari ini, dialihkan besok. Jadi mungkin kita akan sangat sibuk."

Anton menghela napas lalu mengangguk. Tidak pernah seperti ini, sebelumnya tidak ada yang bisa menganggu konsentrasinya dalam bekerja. Tapi tadi benar-benar di luar kendali. Bahkan sekarang wajahnya kembali memanas.

"Kita pulang sekarang?"tanya Diandra membuat Anton segera berdiri dan mengambil jas serta kunci mobilnya.

Keduanya melangkah dengan santai keluar dari ruangan kemudian memasuki lift.

"Bagaimana jika malam ini kita makan di luar?"tawar Anton membuat Diandra menoleh.

"Ada restoran yang diskon lagi?"

Anton menggeleng.

"Ada nikahan teman bapak?"

"Tidak ada."

"Lalu?"kali ini Diandra mulai merasa tertarik.

"Sesekali makan di luar kan tidak masalah. Lagipula kenapa banyak tanya, kan saya yang bayar."

Diandra tersenyum lalu mengangguk. "Jadi kita makan di mana?"tanya Diandra.

"Terserah kamu."sahut Anton.

"Terserah saya? Nanti bapak marah kalau saya ajak ke restoran mahal."

"Tidak akan. Paling cuma gemetar dikit pas bayar."

Diandra langsung tertawa lalu menggandeng lengan Anton."Baiklah. Saya akan ajak bapak  ke tempat yang enak."

Keduanya akhirnya tiba di warung bakso pinggir jalan.

"Benar makan di sini?"tanya Anton memastikan. Padahal tadi dia sudah menyiapkan mental.

Diandra mengangguk lalu mengajak Anton masuk dan mencari tempat duduk.

"Di sini ada bakso dan mie ayam. Bapak mau yang mana?"tanya Diandra.

"Bakso, minumnya air putih hangat."sahut Anton.

"Di sini harganya murah kok, pak. Nggak masalah kalau pesan minum es teh."canda Diandra lalu melangkah untuk memesan.

Setelah beberapa menit menunggu,  akhirnya pesanan mereka datang juga.

"Terima kasih."ucap Diandra pada wanita yang mengantar pesanan mereka lalu memberikan bakso bagian pak Anton beserta air putih hangatnya.

"Sepertinya hujan."beritahu Anton membuat Diandra mengangguk. Pas sekali, hujan sambil makan bakso.

"Pakai cabenya, pak."ucap Diandra lalu membantu Anton untuk meracik baksonya.

Setelah itu keduanya makan dalam diam, lagipula mau bicara juga percuma karena hujan turun semakin deras.

Selesai makan, Anton segera memberikan dompetnya agar Diandra bisa membayar.

"Bapak tunggu di sini."ucap Diandra lalu berdiri dan membayar kemudian kembali lagi.

"Kita pulang sekarang."ajak Anton setah menyimpan dompetnya kembali namun Diandra malah menggeleng.

"Hujannya terlalu deras, pak. Kita mungkin harus menunggu sebentar."ucap Diandra sedikit berteriak. Mereka memang menggunakan mobil, tapi jalan menuju mobil lumayan jauh. Apalagi hujannya juga begitu deras, lima detik saja pasti sudah membuat seluruh badan basah kuyup.

Anton mengangguk lalu keduanya kembali duduk. Setelah menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya hujan sedikit mereda namun tidak berhenti.

Diandra segera mengajak Anton untuk pulang. Basah sedikit tidak masalah, nanti di rumah mereka bisa mandi air hangat.

"Larinya yang cepat, pak."ucap Diandra lalu bersiap berlari namun Anton malah memegang tangannya.

"Sebentar,"ucap Anton lalu melepas jas yang dia pakai kemudian menggunakannya sebagai penutup kepala Diandra."Tidak perlu berlari. Jalan pelan saja, nanti jatuh."

Diandra hanya diam saat ia dirangkul dan diajak melangkah dengan hati-hati. Pak Anton bahkan membukakan pintu mobil untuknya dan memastikan ia duduk dengan nyaman kemudian baru menutup pintu.

'Ya ampun.'batin Diandra kemudian membantu merapikan jas atasannya itu.

"Terima kasih, pak."ucap Diandra begitu Anton masuk ke dalam mobil.

Anton mengangguk lalu segera melajukan mobilnya. Dia juga menambah suhu AC membuat Diandra mengernyit bingung.

"Bapak tidak kedinginan?"

"Tidak. Saya justru merasa panas."sahut Anton dengan tarikan napas yang tidak beraturan.

Diandra langsung memperhatikan wajah sang atasan. Perasaan tadi pak Anton tidak menggunakan banyak cabe lalu kenapa sekarang malah keringatan.

"Bapak sakit?"tanya Diandra lalu mengambil tisu dan membersihkan keringat di wajah Anton.

Anton menangkap tangan Diandra lalu menggeleng. Napasnya mulai memburu lalu secara tiba-tiba menggeram keras.

Diandra yang kaget langsung meminta berhenti."Biar saya yang bawa mobilnya, pak."ucap Diandra membuat Anton akhirnya menghentikan mobilnya. Dia langsung meremas kepalanya membuat Diandra bingung sekaligus kasihan.

Anton segera berpindah ke kursi belakang sedang Diandra segera mengambil alih posisi pengemudi. Namun saat ia ingin menekan pedal gas. Hujan yang tadinya sudah hampir berhenti malah turun begitu deras. Sangat deras disertai angin dan petir.

Tak ada pilihan lain lagi, Diandra terpaksa mematikan mesin mobil dan menunda pulang. Karena sangat bahaya menyetir dalam keadaan seperti ini.

"Hngghh"

Diandra langsung menatap ke belakang, dan__

"Pak Anton!"jerit Diandra kencang

Bersambung

Bos Pelit dan Sekretaris BorosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang