19

6.6K 753 54
                                    

Happy Reading!

"Sebenarnya saya mendengar sesuatu."ucap Diandra jujur membuat Anton mengernyit.

"Mendengar apa?"

"Rencana bapak untuk membuat saya cemburu."

"Apa?"kaget Anton membuat Diandra tersenyum. Ia juga sengaja pergi bersama Yusuf karena tahu pak Anton akan mengikutinya, hanya saja tidak akan ia katakan.

Jujur saja saat melihat pak Anton pergi bersama Vanes, Diandra merasa cemburu dan merasa lega bahwa itu hanya rencana pak Anton membuatnya cemburu. Lagipula ia sudah diperawani, tidak ada pilihan lain lagi selain menikah dengan pak Anton. Hanya saja ia memang pernah menolak dan menyesalinya. Namun perkataan pak Anton saat ia datang membuat Diandra kesal juga. Jadilah keduanya sama-sama menyiapkan rencana. Tapi untungnya sekarang mereka bisa saling menurunkan ego.

"Apa setelah tahu ini, bapak mau berubah pikiran?"

"Tidak. Tentu tidak."sahut Anton cepat lalu memeluk tubuh Diandra erat. Saat ini keduanya memang berpelukan di atas tempat tidur.

Diandra menyentuh wajah Anton."Bapak masih panas."

Anton memegang tangan Diandra."Tidak masalah. Sebentar lagi juga demamnya turun."setelah mengatakan itu akhirnya Anton mulai mengantuk dan tertidur. Mungkin karena efek obat atau memang terlalu nyaman memeluk Diandra.

Jari-jari Diandra mulai berselancar di wajah tampan Anton. Pria itu sangat tampan hanya saja sifat menyebalkannya membuat fisik sempurnanya tertutupi.

"Andai saja pak Anton tidak pelit."gumam Diandra lalu menutup mata dan mulai tertidur.

Tepat jam satu siang, Minu pulang dan langsung menuju kamar putranya. Pemandangan pertama yang ia lihat benar-benar mampu membuat senyumnya mengembang lebar.

"Benar-benar pasangan yang cocok."puji Minu lalu mengeluarkan ponselnya dan memotret pemandangan di depannya untuk dikirim pada calon besan.

Sebenarnya Minu ingin membiarkan keduanya tidur lebih lama. Hanya saja keduanya harus makan siang, apalagi Anton yang sedang sakit harus kembali minum obat. Walau sebenarnya menurut Minu, putranya itu sudah sembuh karena obatnya sekarang sudah dipeluk erat.

"Anton, Diandra."panggil Minu lalu melangkah mendekat kemudian menyentuh kening putranya.

Aman. Ternyata demamnya sudah turun.

Setelah memastikan keadaan putranya, Minu segera menyentuh lengan Diandra untuk membangunkan wanita itu tapi kok panas.

Minu segera menyentuh kening dan area leher Diandra dan sama saja. Begitu panas, bahkan lebih tinggi dari pada suhu Anton tadi pagi.

"Ya ampun."gumam Minu panik lalu segera membangunkan putranya.

"Anton Darmawan, bangun! Anton!"

"Enggh"

Minu sampai menggeram kesal karena bukannya bangun, putranya malah mengeratkan pelukannya pada tubuh Diandra.

Plakk

"Awhh_mama."bentak Anton kesal saat kepalanya dipukul lalu segera duduk.

"Lagipula kamu tidur atau mati."bentak Minu kesal.

Anton berdecak lalu mengusap tengkuknya. Demamnya sudah turun dan tubuhnya terasa sangat segar. Ini pasti karena Diandra. Ternyata tidur memeluk Diandra bisa membuatnya panjang umur.

"Anton, Diandra demam."beritahu Minu membuat Anton melotot lalu segera menyentuh kulit Diandra dan ternyata memang panas.

"Mama rasa demamnya pindah ke Diandra."ucap Minu cemas membuat Anton segera membangunkan Diandra.

Bos Pelit dan Sekretaris BorosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang