4

5.9K 647 26
                                    

Happy Reading!

Diandra tersenyum senang saat tiga baju yang ia pesan online satu minggu yang lalu akan diantar hari ini. Pas sekali karena besok bisa ia pakai saat rapat di luar.

"Selamat pagi, pak Anton."sapa Diandra ceria saat bertemu bos nya di depan lift.

Anton melirik sekilas gadis di sampingnya lalu mendengus."Kamu terlalu semangat untuk ukuran karyawan yang dipotong gaji."ejek Anton membuat Diandra tersenyum.

"Terima kasih pujiannya."balas Diandra membuat Anton berdecak.

Ting

Ketika pintu lift terbuka, Diandra segera saja melangkah masuk diikuti oleh Anton.

"Malam ini kita lembur, jadi persiapkan dirimu."Anton mengatakan itu sambil menekan angka untuk lantai dua puluh.

"Lembur?"kaget Diandra."Tapi malam ini saya ada janji dengan teman."

Anton mengangguk."Pasti ke mall kan?"

"Ting! salah."ucap Diandra lalu tertawa.

"Butik?"

"Salah lagi."

"Toko sepatu?"

"No."

"Toko bangunan?"

"Yang benar aja dong, pak. Masa toko bangunan."rajuk Diandra membuat Anton tersenyum tipis.

"Lalu ke mana?"

"Akan saya beritahu kalau bapak batalkan lembur malam ini."tawar Diandra membuat Anton mencubit pipi sekretarisnya itu lalu berkata dengan tegas.

"Tidak."

"Dih, saya sumpahin bapak punya anak banyak dan semuanya bikin pusing."

"Aamiin."balas Anton lalu segera keluar begitu pintu lift terbuka.

"Dasar nyebelin. Tapi disumpahin banyak anak juga nggak bakal ngaruh, orang nggak ada wanita yang mau jadi istrinya."gumam Diandra lalu segera berlari mengejar langkah pak Anton.

"Oh, ya__"

Bukk

Diandra segera mengusap keningnya lalu memukul punggung Anton.

"Kenapa berhenti tiba-tiba."omel Diandra kesal membuat Anton berbalik.

"Siang ini kita makan bersama."Setelah mengatakan itu, Anton segera berbalik dan lanjut melangkah menuju ruangannya.

Sedang Diandra hanya diam. Tumben sekali ia diajak makan. Apa pak Anton kerasukan?

Diandra menyeringai licik. Sebaiknya ia memesan restoran paling mahal.

Setelah rapat dengan bagian keuangan, Anton segera mengisyaratkan agar Diandra mengikutinya.

Diandra dengan cepat mengangguk."Mobilnya sudah siap, pak."ucap Diandra membuat Anton mengernyit.

"Mobil?"tanya Anton bingung.

"Kita kan mau makan di luar. Saya juga sudah reservasi di restoran paling enak di daerah sini."jelas Diandra lalu merapikan penampilannya. Ia juga mengeluarkan bedak dan memperbaiki riasannya sambil jalan.

Anton langsung berhenti dan menatap sekretarisnya."Untuk apa reservasi di restoran mahal?"

"Kan bapak ngajak saya makan di luar tadi."sahut Diandra membuat Anton terkekeh.

"Makan di luar atau makan bersama?"tanya Anton membuat Diandra mengernyit.

"Makan bersama di luar kan?"tanya Diandra polos membuat Anton menghela napas kesal.

"Makan bersama di ruangan. Tadi pagi bibi masak banyak jadi saya bawa ke kantor untuk kita berdua."jelas Anton lalu bergegas menarik lengan Diandra kembali ke ruangan mereka.

Dan di sinilah Diandra sekarang. Duduk dengan wajah kesal.

"Tidak baik memasang wajah jelek di depan makanan. Itu namanya tidak bersyukur."Anton langsung memberikan makanan bagian Diandra dengan senyum tipis.

Diandra mendelik lalu memakannya dengan kesal."Minimal pesan minum kek, es americano atau cappuccino gitu."omel Diandra membuat Anton segera berdiri dan mengambil dua gelas kemudian mengisinya dengan air galon.

"Minum air putih saja biar sehat."

Diandra langsung mengusap dadanya."Sabar, sabar,"gumam Diandra kemudian berusaha tersenyum."Lain kali jangan ajak saya makan bersama ya, pak."ucap Diandra pelan.

"Kenapa? Padahal saya mau ajak kamu makan di luar malam ini."

"Bukannya kita lembur?"sambar Diandra cepat. Jika lemburnya batal berarti ia bisa pergi bersama temannya.

"Setelah lembur."ucap Anton lalu mengambil tisu dan membersihkan bibirnya.

Diandra menghela napas."Jadi tetap lembur."

"Lembur itu bagian dari pekerjaan, jangan mengeluh. Masih untung setelah itu saya traktir kamu makan."omel Anton. Punya sekretaris kok tidak ada rasa bersyukurnya sama sekali. Padahal dia sudah berbaik hati.

Diandra memutar bola matanya malas."Makan di mana dulu nih?"

Anton tersenyum bangga."Restoran NamJack."

Hah?

Diandra langsung melotot. Itu restoran baru dibuka dan beberapa temannya yang sudah pernah ke sana, bilang kalau semua makanannya enak dan tentu harganya juga mahal.

"Ini beneran, bapak ajak saya makan di sana?"tanya Diandra. Takut juga kalau sampai di sana malah diminta bayar masing-masing.

Anton mengangguk yakin."Itu restoran baru, kamu belum pernah ke sana kan?"

"Iya. Kalau benar ke sana, nggak papa deh kita lembur pak."sahut Diandra senang.

Anton mengacungkan jempolnya."Tenang saja. Kamu bisa pesan apapun dan tidak ada batasan."

"Wow, bapak baru menang taruhan atau bagaimana? Kok tiba-tiba sebaik ini mau neraktir saya makan."tanya Diandra penasaran, meski ia tak begitu peduli. Yang penting kan makan enak dan gratis.

Anton menggeleng."Ada diskon lima puluh persen untuk pasangan yang datang ke sana. Promo terakhir cuma sampai malam ini."

Deg

"Lumayan kan hemat lima puluh persen. Bahkan katanya gratis kalau bisa makan dua ratus sushi tanpa minum."

Diandra langsung menghela napas. Ia yang orang biasa saja tidak tahu ada promo seperti ini, tapi bos nya yang punya aset triliunan kok bisa nemu.

Bersambung

Bos Pelit dan Sekretaris BorosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang