Prologue

200 130 151
                                    

Cinta, apa yang kalian ketahui dengan kata cinta? Cinta bergerak dengan alasan yang datang dan singgah kepada siapa pun, kepan pun, juga di mana pun dan jelas kita mengetahuinya. Cinta adalah sebuah rasa yang timbul, menghanyutkan diri akan rasa suka dan kasih sayang yang bisa kita harapkan.

Tidak bisa dipungkiri dengan seorang gadis yang bisu akan cintanya karena ia tahu bahwa cinta tersebut bukan untuknya melainkan sahabatnya.

***

Bandung, 2007.

#picturepinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#picturepinterest

"Dasar gendut, makanya kalo takut nggak usah naik deh." Ejek Dara kesal pada Sean yang sedang menangis akibat terjatuh dari permainan jungkat-jungkit yang berada di taman rumah.

"Jangan nangis Sean, sini aku bantu berdiri." Irelyn mengulurkan tangannya, mencoba untuk menenangkan dan menghentikan Sean dari tangisannya.
"Huh, jadi cowok kok lemah banget sih." Dara berdecak kesal melipatkan kedua tangannya di depan dada, melihat Irelyn yang terlalu memanjakan Sean.

Irelyn yang kini tengah sibuk menepuk-nepuk badan Sean membersihkan tanah yang tertempel pada bajunya. "Udah jangan nangis Sean, nggak apa-apa kok." Ucap Irelyn kepada anak laki-laki yang kini menerbitkan senyumannya.

"Dasar cowok cengeng, Sean si cowok cengeng." Ejek Dara beberapa kali pada Sean hingga Sean dibuat kesal.
"Awas ya kamu Ra." Ucap Sean berniat untuk menghampiri Dara.
"Kenapa, mau ngejar? Coba aja kalo bisa, kamu kan gendut." Dara mulai berlari dengan Sean yang mengejar dirinya.

Irelyn yang hanya mengeluarkan senyumannya dan menggelengkan kepalanya dengan tingkah kedua sahabatnya itu, dan sepertinya sekarang Irelyn harus ikut bergabung bersama mereka.

"Sean, Dara, ada monster datang, rawrrr." Irelyn berperan sebagi monster mengejar Dara dan Sean hingga mereka berlarian dengan riangnya.

Ketiga anak yang berumur sembilan tahun itu saat ini sibuk berlarian dengan diiringi tawa riang, mereka begitu asik bermain dan selalu menghabiskan waktu bersama. Dara Chevalier, Sean Ryzard dan Irelyn Mather menjalin sebuah persahabatannya dari mereka berumur lima tahun dan tidak hanya mereka saja yang menjalin sebuah persahabatan namun orang tua mereka juga sama, persahabatan yang begitu erat hingga terlihat dan terikat sebagai keluarga.

"Anak-anak, sudah dulu mainnya sekarang ayo kita makan." Teriak Varsha selaku Bunda Sean pada ketiga anak yang tengah berlarian itu.

Semua orang tengah berkumpul, untuk makan malam bersama di rumah Irelyn sekaligus merayakan keberhasilan Yafiq telah selesai menjalankan sebuah perusahan di Turki. Dara cukup tertegun diam dengan tatapan teduh melihat Irelyn dan Sean yang tengah disuapi oleh Ibunya dengan begitu manja penuh akan kasih sayang, sedangkan Dara ia harus berani dan bisa untuk menjadi anak yang mandiri sedari kecil, karena Dara sudah tidak lagi memiliki sosok Ibu, ia sudah ditinggal pergi oleh Ibunya saat berumur dua tahun, saat itu Ibu Dara tertular sebuah penyakit hingga merenggut nyawanya, bahkan dokter ahli dari luar negeri pun tidak sanggup untuk mengobati sekaligus mencegah kematian Ibu Dara.

IMPLIED MESSAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang