Eighteen. Sean

51 38 35
                                    

Sekarang aku jadi orang bodoh yang berusaha tidak mengejarmu melainkan mencoba menghindarimu. - Sean Ryzard.

"Lyn, apa yang ingin kamu ceritakan?" Tanya Dara pada Irelyn yang sudah berada di dalam kamar. Gadis itu managih ajakan Irelyn padanya.

"Bagaimana jika sahabatku ini yang bercerita?" Tanya Irelyn kembali pada Dara. Melihat Dara yang melemparkan pandangannya ke atas sambil mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya itu.

"Apa kamu ingat dengan Nelan? Teman SMA kita." Tanyanya pada Irelyn.
"Nelan? Tentu, aku mengingatnya pria itu pernah menyatakan cintanya padamu Dara."
"Ya, benar Lyn. Tapi aku menolaknya." Ujarnya dengan tarikan nafas yang Dara lakukan.

"Aku tahu, tapi kamu sama sekali tidak memberi tahu aku mengenai alasanmu menolaknya. Dara, Nelan itu sangat keren bukan?"

"Saat itu, entah kenapa aku mempunyai firasat bahwa masih ada menunggu Lyn, dia begitu menungguku. Aku juga tidak mengerti saat itu, akan tetapi Lyn. Aku sudah menemukan jawabannya, orang yang menungguku adalah Sean!" Ucapnya dengan rasa yang begitu bahagia.

Irelyn mengukir senyuman kecilnya. "Sean selalu menunggumu Dara." Ucapnya.

"Irelyn, akan tetapi." Ujar Dara yang belum selesai meneruskan ucapannya, sehingga Irelyn mengangkatkan kedua alisnya menunggu sahabatnya itu.

"Dulu, katamu Sean sering mengirimkan suratnya untukmu. Namun aku tidak membalasnya melainkan dirimu, apa Irelyn ini tidak menyukai Sean?" Tanyanya tanpa aba dengan mata yang micingkan curiga pada Irelyn.

"Apa maksudmu Dara? Tentu sama sekali tidak. Sean hanya menyukaimu juga hanya menjadi milikmu." Irelyn menepuk-nepuk kening Dara dengan pelan, kemudian membaringkan tubuhnya untuk tidur. Dara tersenyum hangat lantas ia mengikuti sahabatnya itu untuk segera tidur. Namun matanya itu sulit sekali untuk tertutup dan tidur, sehingga Dara menepuk Irelyn untuk membangunkannya.

"Lyn, bisa kah kamu menceritakan sesuatu? Untuk membuat rasa kantukku bertambah?" Pintanya pada Irelyn. Sehingga Irelyn tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Tunggu Lyn, aku menjadi penasaran. Apakah selama ini kamu benar tidak pernah menyukai seseorang?" Tanya Dara.

"Biar aku menceritakannya Dara." Jawabnya pada sahabatnya itu, kemudian Irelyn menarik selimut pada kasur tersebut, menutupi tubuh Dara juga dirinya dengan hangat dan tenang.

"Dulu, aku pernah menyukai seorang anak ingusan yang begitu cengeng dan lemah."
"Oh iya? kenapa kamu bisa menyukainya? Jika aku menjadi dirimu, aku sama sekali tidak akan pernah untuk menyukainya." Timpal Dara.

Irelyn tersenyum geli kemudian bersiap untuk meneruskan ucapannya. "Entah kenapa Dara, hatiku bergerak sendiri saat itu untuk menyimpan rasa pada anak tersebut, akan tetapi di kemudian hari dia pernah bilang padaku, bahwa dia menyukai gadis lain."

"Jahat sekali menolak Irelynku yang cantik ini. Sudah ingusan, lemah cengeng. Apa dia sedang menyia-nyiakan sebuah berlian gratis?"

"Rasa suka yang seseorang simpan itu bisa berubah-berubah berdasarkan kenyamanan hatinya Dara, walaupun aku menjadi gadis baik saat itu. Tapi aku bukan gadis yang bisa memiliki hatinya." Ujar Irelyn pada Dara, membuat gadis itu perlahan menutup matanya.

"Seiring berjalan waktu, anak itu ternyata tumbuh dengan lebih baik, tidak lagi menjadi anak ingusan yang cengeng. Melainkan ia menjadi seorang laki-la-." Saat Irelyn tengah meneruskan ucapannya, ia melihat Dara yang sudah tertidur lelap dengan begitu nyaman, Dara pasti merasa lelah.

Kemudian Irelyn juga memilih untuk memejamkan matanya dan tidur. "Sekarang laki-laki itu hanya milikmu Dara." Ucap Irelyn sebelum memejamkan matanya untuk tidur.

IMPLIED MESSAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang