Thirteen. Irelyn

64 50 37
                                    

Entah tokoh utama atau bukan aku berharap kisah hidupku hanya berakhir denganmu. -Irelyn Mather.

"Aws.." Rintih Sean akan tangannya yang kesakitan sedang diobati oleh Irelyn.
"Ini adalah konsekuensimu Sean, siapa yang menyuruhmu untuk memecahkan kaca?" Irelyn begitu teras terang memarahi Sean.

"Setidaknya aku bisa mendapatkan perhatian darimu Lyn." Ucapnya dengan santai membuat bulu kuduk Irelyn terasa geli.
"Sean? Kenapa ini? Lyn ada apa?" Tanya Varsha yang baru saja datang menghampiri Irelyn dan Sean yang berada di ruang tamu, mimik wajahnya begitu terlihat khawatir melihat putranya akan tangannya yang terluka.

"Sean gak sengaja memecahkan kaca Bunda." Ucap Sean pada Varsha.
"Kenapa bisa separah ini?" Tanya Varsha lantas memeriksa kondisi tangan putranya.
"Sean nggak apa-apa Bunda, ini hanya luka kecil." Jawabnya dengan sangat santai seolah tidak merasakan rasa sakit.

Varsha hanya bisa mengeluarkan nafas beratnya dan juga menggelengkan kepalanya, menyadari akan putranya yang belaga sok kuat itu. Namun saat ini Varsha tidak terlalu mengkhawatirkannya karena Irelyn sudah membantu Sean untuk mengobati luka pada tangannya itu, akan tetapi sejenak Varsha mengunci pandangannya pada gadis yang berada di sebelah Sean dengan mata yang cukup sembab merah, jelas sekali bahwa gadis itu sudah mengeluarkan sebuah tangisan.

"Irelyn, ada apa sayang? Kenapa matamu ini memerah dan bengkak?" Tanya Varsha mengerutkan keningnya dan melihat gadis itu dengan tatapan teduh.
"Ah, Irelyn khawatir dengan Sean Bibi." Jawabnya lalu mengusap kedua matanya.

"Terima kasih sayang, Irelyn memang selalu menjadi pelindung bagi Sean, dan sekarang bagaimana kamu makan Sean? Kamu tidak bisa menggunakan tangan kananmu untuk makan." Varsha berdecak kesal melihat putranya itu, tatapan yang begitu tajam dan sinis ia berikan pada Sean.
"Bunda dan Irelyn kan bisa membantu Sean untuk makan, benar kan Lyn?" Sean menyenggol bahu Irelyn dengan mata yang menyipit geli, Irelyn hanya bisa menggelengkan kepalanya diiringi sedikit tawa yang Varsha keluarkan.

Setelah tiba di halaman belakang, Irelyn begitu terkagum-kagum akan mekanan yang sudah disiapkan di meja makan yang dikelilingi dengan berbagai bunga segar, banyak makanan Turkey sebagai hidangan makan malam hari ini namun tidak hanya itu suasana yang begitu segar juga Irelyn dapatkan.

Di tengah lamunan Irelyn yang sedang menikmati suasana yang ada di sekitarnya, secara tiba-tiba dua orang maid mempersilahkannya untuk segera duduk dengan sikap yang begitu ramah mereka berikan, membuat Irelyn tersenyum hangat saat melihatnya.

Saat itu juga Irelyn bersama Sean dan juga orang tuanya menikmati makan malam tersebut dengan berbagai obrolan yang menyenangkan, seperti kata Sean tadi Irelyn harus membantunya untuk makan karena tangannya itu yang terluka. Ah, Irelyn sudah bisa menebaknya bahwa Sean hanya mencari kesempatan untuk Irelyn menyuapinya sepanjang makan malam ini.

"Sean, berhentilah merepotkan Irelyn. Apakah kamu tidak berusaha untuk menyuapkan makananmu sendiri?" Tanya Yafiq keheranan pada sikap putranya itu, sebetulnya Yafiq tidak merasa aneh akan Irelyn dan Sean yang seperti itu, karena sedari kecil Sean memang sering bertingkah demikian pada Irelyn dan Yafiq sudah memakluminya karena Irelyn dan Sean terjalin dengan ikatan persahabatan yang sudah dianggap sebagai saudara.

"Tanganku terluka Ayah, dan ini terasa sakit sekali. Lagi pun Irelyn tidak merasa direpotkan, benar kan Lyn?" Sean melirik gadis itu yang sudah memasang wajah kesalnya, membuat dirinya ingin sekali mengeluarkan sebuah tawa. "Karena makan dari suapan tangan orang lain terasa lebih nikmat." Bisiknya pada telinga gadis itu.

"Iya Paman, sama sekali tidak." Irelyn tersenyum kaku pada Yafiq kemudian mencubit pinggang Sean, hingga laki-laki itu merasa kesakitan.

"Bagaimana hidangan makan malam ini Lyn?" Tanya Varsha pada Irelyn.
"Sangat menarik dan enak, begitu banyak hidangan khas Turkey. Irelyn hampir menyukainya Bibi rasanya sudah melebihi tinggal jempol." Jawabnya membuat Varsha dan Yafiq mengeluarkan tawa, Sean juga tak kalah menatap Irelyn begitu hangat sehingga menerbitkan sebuah senyuman manis pada bibirnya, ia merasa senang akan kehadiran Irelyn saat ini.

IMPLIED MESSAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang