chapter 7

9.4K 543 3
                                    

Sawara mendengar pertengkaran dua manusia di depannya dengan jengah.

"Kita itu udah putus, kamu juga waktu itu baik-baik aja kenapa sekarang kamu jadi gini!"

"Enggak aku enggak pernah baik-baik aja sejak putus dari kamu, kenapa kamu tega ngomong gitu eza!"

Setelah kegaduhan terakhir kali yang di sebabkan mantan seorang eza putra, dan sekarang untuk kedua kalinya mantan pria itu mengulangi hal yang sama dengan orang yang berbeda. wanita berambut sebahu dengan baju merah menyala itu tiba-tiba datang dan melemparkan gelas ke lantai di saat eza tengah asik-asiknya menyuapi adera. kejadian beberapa waktu lalu dilakukan oleh wanita berambut panjang yang di ikat Ekor kuda dan sekarang wanita berambut sebahu yang melakukannya, entah sebanyak apa mantan dari seorang eza putra.

Perdebatan terus terjadi di sertai bumbu tangisan adera yang mengaung keras menambah suasana dramatis dan di ikuti tatapan para pelanggan yang menjadi penonton. bima yang berada di sana untuk menyuruh mereka menyelesaikan masalah di tempat lain malah terkena pukulan dari tas maron si wanita hingga hidungnya berdarah.

Dan dengan akhir yang sama eza mendapatkan jakpot lemparan gelas maut yang menyebabkan keningnya ikut berdarah.

Setelah kepergian eza dan adera yang meninggalkan suasana suram, para pelanggan masih berada di sana menghabiskan makanannya dengan sedikit bergosip mengenai kejadian tadi.

Bima telah di obati oleh intan dan rencana nya resto akan di tutup lebih awal.

"Bang itu dua orang bisa gak sih jangan di kasih masuk lagi kesini? setiap ada mereka pasti ada aja keributan, bisa-bisa ni resto tutup gara-gara mereka."

"Gak tau, coba tanya sama ibuk yang jadi pemilik ini resto kan ibuk."bima tersenyum melihat sawara yang merenggut. hidungnya serasa patah saat wanita tadi memukul nya, sedikit kesal tapi sudahlah ia tak mau memperpanjang masalah.

"Bim pelanggan udah pada pulang resto udah bisa di tutup jadi
sekarang lebih baik lo pulang aja
istirahat, besok kalo belum sembuh biar gue yang minta izin ibuk buat nutup ni resto sehari atau gak nyari pengganti sementara di dapur."kata
intan menepuk pelan pundak bima.

"Iya makasih ya mbak"ucap bima seraya berdiri.

Mereka melangkah keluar dari resto untuk mengistirahatkan tubuh di rumah masing-masing.

Sawara melangkah pelan menuju rumahnya ponsel nya kehabisan baterai yang membuatnya tak bisa memesan ojek online.

Sebuah motor berdiri tak jauh dari tempat sawara berada, sang pengendara menekan klakson cukup keras hingga membuat wanita itu menoleh. Tak lama terlihat si pengendara yang tak lain adalah mikel turun dari motornya menghampiri sawara.

"Mau pulang bareng gak?"

di antara remang remang lampu jalan sawara dapat melihat mikel yang menaik turunkan alisnya.

"Gak usah lo pulang aja duluan." Menggeleng pelan setelah nya sawara melanjutkan langkah nya menjauhi mikel.

Melihat kepergian sawara mikel sedikit berlari untuk mensejajarkan langkah mereka.

"Lo gak takut di daerah dekat persimpangan sana biasanya ada preman yang lagi nyari target buat di palak."mikel menunjuk ke arah depan  disertai sedikit kebohongan untuk menakuti wanita itu.

Sawara diam, ia menimbang-nimbang tawaran Mikel sampai akhirnya wanita itu mengangguk pertanda setuju untuk ikut pulang dengan laki-laki itu. Ia dengan hati-hati menaiki motor Mikel dengan tangannya yang memegang bagian belakang motor karna ia pikir akan canggung bila memegang bahu laki-laki itu.

"Pegangan sama gue ngapain lo pegang itu? lo mau jatuh?"

Mikel mengambil tangan sawara dan melingkarkan di pinggangnya.

"Jangan lepas"sambungnya saat sawara ingin melepas lingkaran tangannya.

"Iya, iya udah lo cepat jalannya"

Di perjalanan terjadi keheningan hingga motor terhenti di depan rumah Sawara.

Turun dari motor Mikel, Sawara buru-buru mengucapkan terimakasih dan dengan cepat berbalik berniat memasuki rumah.

"Lo gak nyuruh gue mampir gitu"kata Mikel setengah berteriak.

Sawara menghentikan langkahnya, ia berbalik dan menatap malas ke arah Mikel.

"Gak usah rumah gue gak ada alas buat duduk lo di atas sofa, sofa gue kan butut banyak bakteri nya!" Balas sawara sedikit menyindir mikel yang pernah mengatakan sofanya butut.

Mikel Terkekeh pelan, tatapannya tak lepas dari sawara yang memasuki rumahnya dan membanting kencang pintunya.

"Bener kan lo itu bisa balikin mood gue."

glass window (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang