chapter 20

6.3K 363 5
                                    


Sawara terbangun dari tidur, berdiri wanita itu berjalan ke arah pintu dan membukanya.

Ketika pintu terbuka, pemandangan mikel yang tertidur meringkuk di atas sofa menyambutnya.ia melangkah tanpa suara mendekati mikel.

"Tidur si setan"

Di luar hujan mengguyur deras, dinginnya cuaca membuat sawara sedikit kasihan melihat mikel yang meringkuk di atas sofa.wanita itu kembali ke kamar untuk mengambil selimut, hati-hati ia menyelimuti mikel agar laki-laki itu tidak terbangun.

"Kalo lagi diam gini muka lo keliatan adem ya"

Sawara berdiri wanita itu membawa langkahnya menuju dapur.tangan lentiknya dengan lihai meracik dua cangkir kopi.

"Gue taruh di meja aja kali ya?biar waktu bangun bisa langsung dia minum"

Wanita itu berjalan menuju teras setelah meletakkan secangkir kopi di meja tepat di depan sofa tempat mikel tertidur.

"Dingin gini memang enaknya minum yang hangat-hangat"

Tangannya mengambil cangkir kopi dan dengan pelan menyeruput isi di dalamnya.

Sedangkan mikel laki-laki itu mulai terusik dari tidurnya saat bau harum kopi memasuki Indra penciumannya.
Laki-laki itu bangun, matanya tertuju ke arah secangkir kopi dengan asap mengepul di atas meja.

"Siapa yang buat,sawara kah?tumben dia baik gini"

Laki-laki itu melihat kiri kanan pandangannya terhenti ke arah jendela yang samar-samar memperlihatkan punggung seorang wanita yang membelakanginya.

Laki-laki itu melangkah keluar dengan secangkir kopi di tangannya.

"Lo ngapain di luar hujan gini,gak kedinginan lo?"

Mikel diduk di kursi samping sawara. laki-laki itu sedikit menoleh kala suara bersin terdengar dari sampingnya.

"Masuk sana ngapain lo di luar dingin-dingin gini, mau masuk rumah sakit lagi lo?"

"Gak"

"Sok cuek "

"Apaan sih mikel,lo bisa diam gak!"

Kekehan merdu keluar dari sela bibir laki-laki itu, rasanya sedikit geli saat wanita ini memanggil namanya.

"Tumben lo manggil nama gue"

"Kenapa lo gak suka!"

"Suka-suka aja sih sebenarnya,coba  panggil lagi"

"Gak"

Duduk berdekatan dengan sawara membuat jantung mikel berdetak sedikit aneh, ia merasakan rasa senang saat duduk berdekatan seperti ini.

Ada apa dengan jantungnya, haruskah ia menemui dokter?, laki-laki itu membatin.

"Gimana sama luka lo masih sakit?"

"Udah gak,cuma kadang-kadang nyeri aja dikit"

"Makanya lain kali hati-hati waktu nyebrang, untung lo masih hidup coba kalo mati?"

"Kalo mati ya bakalan pindah alam"

"Nyaut lagi lo!"

Sawara tersenyum tipis,tumben ia meladeni laki-laki itu tanpa marah. ada apa dengannya, apakah amarahnya bisa hilang hanya karna kecelakaan.

"Gue minta maaf "

Sawara tercengang mendengar ucapan laki-laki itu, seorang mikel yang angkuh meminta maaf, apa yang laki-laki itu mimpikan saat ia tadi tertidur.

"Gue minta maaf karna dulu sempat nyakitin perasaan lo"Mikel menunduk pertanda menyesal.

"Oke"

"Lo dengan mudahnya maafin gue?"

"Kenapa lo gak mau gue maafin?"

Kenapa ia harus tidak memaafkan mikel?yang laki-laki itu sakiti sawara asli bukan dirinya. tapi tidak tau dengan sawara asli bila mendengar ucapan mikel ia memaafkan laki-laki itu atau tidak.

"Yaudah sekarang lo pulang"

"Tapi masih hujan,gimana caranya gue pulang"

"Lo itu naik mobil bukan motor atau jalan kaki jadi ya gak masalah seharusnya"

"Nyetir waktu hujan itu bahaya,gue gak mau gantian masuk rumah sakit setelah lo"

"Alah alasan"Wanita itu memutar matanya malas.

Mikel menyembunyikan senyuman, ia cukup senang karna hari ini bisa berbicara cukup banyak dengan sawara.

glass window (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang