chapter 9

8K 444 13
                                    


"Oi coba lo lihat ke sini" mikel mengarah kan kamera ponselnya pada sawara yang  bersandar lemah di dinding.

Kilatan flash dari ponsel mikel tak membuat sawara mengubah posisinya.

"Sombong gak mau liat kamera"

Melihat sawara yang tak merespon mikel berdiri dari duduknya untuk mendekati sawara.

"Lo kenapa sih? dari tadi diam aja, ngomong dong ngomong kita diciptain mulut itu buat ngomong."

"Bisa diam gak"saut sawara matanya memandang tajam ke arah mikel, mengapa laki-laki di hadapannya ini selalu membuat darahnya naik.

"Gak, mulut gue gak bakalan bisa diam" mikel bersedekap
memandang remeh ke arah sawara."Kenapa lo liat gue kayak gitu?mau ngamuk lo?"sambungnya.ia berbalik berjalan ke arah sofa dan kembali duduk di sana,mikel mengangkat kedua kakinya dan menuruhnya di atas meja.

Sawara tak menjawab ia berjalan ke luar rumah tanpa mengatakan apapun.

Mikel mengerutkan alisnya
bingung, kemana wanita itu akan pergi, walaupun penasaran tapi ia tak beranjak dari duduknya, tangannya merogoh ponsel di saku celana dan sibuk memainkannya.

Tak lama suara gaduh terdengar di luar yang mengarah ke dalam rumah sawara. Ia ingin beranjak melihat apa yang sedang terjadi di luar tapi lebih dulu beberapa warga  memasuki rumah sawara.

"Dia pak, dia yang tiba-tiba datang ke sini untuk merusak rumah saya
pak, bapak bisa lihat sendiri pintu rumah saya yang udah hilang kan"sawara ikut memasuki rumah dengan tangannya menunjuk-nunjuk ke arah mikel dengan cepat.

"Usir dia pak, dia udah ngerusakin pintu rumah saya dan dengan santainya dia duduk di sofa sana."

Bisik-bisik para warga terdengar, dengan mikel yang terdiam kaku tak menyangka sawara keluar dari rumah untuk memanggil para warga agar mengusirnya. terbuat dari apa otak wanita ini sampai bisa memikirkan ide nekat.

       
                              ***

Mikel pulang ke rumahnya dengan muka memerah malu, bisa-bisanya ia dipermalukan di depan banyak orang.
Dan yang paling menyebalkan adalah dia yang dilarang untuk memasuki area rumah sawara.

Mikel menghela nafas kasar ia berjalan ke arah kamarnya, tapi suara notifikasi membuatnya berhenti,
Merogoh saku celana dan membuka ponselnya, dadanya naik turun saat melihat foto eza dan adera yang sedang berada di toko pakaian dengan eza yang merangkul pinggang adera.

"Sialan!"mikel meraup wajahnya hari ini ia mendapat kan kesialan bertubi-tubi.

Mikel melanjutkan langkahnya memasuki kamar dan berbaring di atas kasur, matanya memandang langit-langit kamar mulutnya komat-kamit menyumpahi dua manusia yang menurutnya menyebalkan eza dan juga sawara.

Di Kepalanya berputar berbagai pertanyaan, mengapa adera bisa menyekai manusia playboy seperti eza? mengapa adera tidak bisa menyukai nya? mengapa sawara tidak ingin dekat-dekat dengannya apakah ia memang semenyebalkan itu?

Mikel memejamkan matanya,
lelah memikirkan berbagai pertanyaan yang bersarang di dalam kepala nya.

                                ***

Pintu rumahnya telah di ganti dengan pintu baru setelah mengucapkan terimakasih pada para warga sawara berniat membeli beberapa kebutuhan dapur. ia memasuki toko untuk membeli beberapa barang.

Tak lama sawara keluar dari toko tersebut dan berhenti di bawah pohon untuk menunggu ojek yang dipesannya.

Melihat kiri kanan pandangan nya terhenti pada dua sejoli yang asik bercanda tawa dengan tangan si laki-laki merangkul bahu si wanita.

"Kalo si setan liat dia pasti bakal ngamuk"

Dua sejoli itu eza dan adera,mereka asik tertawa sesekali eza mencium pipi adera yang membuat wajah adera memerah malu.

Tak lama menunggu hingga akhirnya ojek yang di pesan sawara datang,menaiki ojek yang dipesannya dan ojek itu pun berjalan menuju rumah sawara.

                              




glass window (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang