chapter 8

8.8K 483 18
                                    


Bunyi notifikasi membangunkan sawara dari tidur lelapnya, meraba area kasur sampai tangannya menemuka ponsel yang berada di bawah bantal, membuka lock screen
Dan terlihat notifikasi pesan dari intan yang mengatakan bahwa hari ini resto tutup.

Turun dari kasur sawara melangkah ke kamar mandi yang berada di dekat dapur.

Selesai membersihkan diri
dan berpakaian ia keluar dari
rumah, langit mendung di sertai rintikan hujan menyambutnya saat pintu terbuka.

Sawara Duduk di depan teras menikmati dinginnya suasana
hujan, tak lama ia berdiri berniat membuat kopi untuk mengatasi rasa kantuk akibat cuaca dingin, tapi terlintas di pikirannya kopi miliknya telah tumpah akibat kelakuan mikel kemarin.

"Si setan itu ngerugiin banget sih."pagi-pagi ia sudah jengkel kala mengingat mikel yang menumpahkan bubuk kopinya.

"Udah tau gue miskin malah di rugiin lagi"

Menghela nafas kasar sawara kembali duduk memandang rintik air hujan, pandangannya  menajam saat mobil hitam memasuki halaman rumahnya.

"Dia lagi, dia lagi"sawara berdiri buru-buru memasuki rumahnya pintunya ia banting dengan kencang.

Gedoran pintu di sertai teriakan mikel di luar terdengar, tak memperduliakan sawara menuju kamarnya dan berbaring.

"Oi buka, lo tau gak di sini itu dingin!gue cuma mau neduh bentar oi"

"Sawara lo nggak mau buka? jangan salahin gue kalo pintu lo gue dobrak"

Sawara bangun dari pembaringannya dan keluar dari kamar ia membuka sedikit horden jendela untuk melihat mikel yang mengamuk tak jelas.

"Lo ngapai mau dobrak pintu rumah gue? ada konstruksi apa lo dalam pembuatan ini pintu? ada berapa biaya yang lo keluarin buat beli ini pintu?"

Mikel diam tak bisa menjawab tangannya terkepal ingin menghantam muka songong sawara.

"Gak ada kan? jadi ada baiknya lo diam aja di sana kalo lo gak mau ya lo pulang aja sana, yang jelas lo gak bakalan bisa masuk ke dalam rumah gue lagi!"ucap sawara, tangannya bersedekap memandang mikel dengan muka songong, lo pikir lo doang yang bisa songong gue juga bisa, batinnya menjerit bahagia.

"Lo kenapa sih sensi banget waktu ngeliat gue, emangnya gue salah apa sih sama lo?"mikel heran mengapa sawara tak suka saat berhadapan dengannya, padahal ia saat berhadapan dengan
sawara biasa saja.

"Wah, wah, wah lo gak tau kesalahan lo apa?"sawara menunjuk ke arah mikel dramatis.

Mikel menggeleng polos keningnya berkerut mengingat apa kesalahannya, tapi sepertinya tidak ada.

"Singkat aja kesalahan lo itu sebenarnya ada banyak salah satunya lo itu nyebelin."

Kesalahan mikel menurut sawara ada banyak dan kesalahan paling besarnya adalah menjadikan sawara asli mainan saat mereka masih berpacaran.

"Lo pikir lo itu gak nyebelin?"

"Gak, gue nggak nyebelin."

Mikel berdecak kesal, wajahnya berubah masam.

"Liat aja lo apa yang bakal gue lakuin"mikel menunjuk-nunjuk ke arah sawara wajahnya memerah, ia berbalik dan berjalan memasuki mobilnya menjauh dari halaman rumah sawara.

Sawara tersenyum senang dari sekian perdebatan akhirnya ia bisa menang melawan mulut tajam mikel.

Sawara kembali ke kamar ia berbaring dan tak lama kembali tertidur nyenyak.

                               ***

Mikel kembali ke rumahnya dengan gigi bergemelatuk, ia geram mengapa perempuan itu sangat kejam padanya.

Duduk di sofa tangannya mengambil remote untuk menghidupkan televisi.
Pikirannya melayang memikirkan pembalasan untuk sawara. berani-beraninya dia mengusir seorang mikel luwin. sebuah ide terlintas di otaknya yang membuatnya tertawa terbahak-bahak memikirkan bagaimana ekspresi sawara saat ide tersebut terlaksanakan.

Mematikan televisi bergegas mikel menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya yang sedikit basah.

"Lo liat aja pembalasan gue."

                               ***

Waktu menunjukkan pukul satu siang  sawara terbangun dari tidur nyenyaknya, meregang kan otot-otot tubuhnya yang kaku setelah nya ia turun dari kasur dan melangkah keluar kamar, cahaya terang menerpanya saat ia baru saja melangkah keluar, menoleh ke arah pintu ia terdiam kaku melihat pintunya yang telah hilang dari tempat.

"Oh hay sawara"mikel keluar dari dapur dengan senyum ceria terpampang di bibirnya.

"Gue masuk lagi nih kerumah lo gak papa kan?"

Sadar dari keterpakuannya sawara menoleh ke arah mikel,wajahnya memerah marah, baru saja ia merasa menang dari mikel dan sekarang? ah pintunya yang malang.

"Pintu gue lo kemanain?"

"Pintu lo gue__buang"mikel menjawab masih dengan senyum manis yang terpampang di bibirnya. dengan wajah cerah ia melangkah ke arah sofa setelah lebih dulu menaruh baju sawara yang di jemur di luar sebagai alas.

"lo-"

Untuk kesekian kalinya sawara tak bisa berkata-kata akan kelakuan mikel, ia memijit pelan kepalanya yang terasa berdenyut.

"Lo tenang aja nanti pintunya biar gue yang ganti, lo anggap aja gue ikut berkontribusi dalam pembelian pintu baru lo nanti"ucap mikel menekankan kata berkontribusi, dengan tangannya yang sibuk mengotak atik ponsel mengirim pesan pada bawahannya untuk membelikan pintu baru.

"Terserah lo"menyerah akhirnya sawara menyerah menghadapi mikel.

glass window (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang